Part 17

2.1K 315 24
                                    

Matahari yang bersinar pagi ini membuat dia sama sekali tak mendumal, walau harus menunggu berjam-jam lamanya, di hatinya terasa bahagia saja, dia sama sekali tak merasa kalau dia sedang menunggu. Dia menikmati tiap detiknya, menikmati tiap waktu yang berputar lama.

Padahal dia sudah duduk dua jam hanya untuk menunggu. Tapi dia masih setia dengan tenang, tanpa rasa kesal tetap duduk, sampai pada akhirnya yang ditunggu datang juga.

Ketika jatuh cinta apapun terasa membahagiakan, dia tersenyum menyambut sosok yang di cintainya. Menarik sebuah kursi untuk di duduki. Dan gadis lainnya yang dia perlakukan seperti itu hanya menggeleng malu, menurutnya Lidya terlalu berlebihan, tapi dia menyukai setiap hal yang Lidya lakukan untuknya.

"Maaf ya nunggu lama." Ungkapnya penuh penyesalan, dan didepannya Lidya hanya menampakan lesung pipinya mengiyakan tanda tak masalah.

Pagi ini adalah kencan pertama mereka, pertemuan dengan status yang berbeda, itu juga yang membuat Lidya selalu bahagia menikmati tiap waktunya, walau yang terjadi pada mereka hanya saling pandang kemudian tersenyum, menurut mereka ini masih cukup memalukan dan membuat hati begitu berdebar.

"Eu.. mau langsung pulang atau makan dulu disini?"

Melody melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 11 siang, pikirnya, lebih baik habiskan waktu libur dirumah dibanding harus duduk ditempat ramai seperti ini.

"Pulang aja gimana? Aku capek, mau selonjoran." Ucap Melody seakan mengeluhkan rasa lelah yang dia rasakan. Wajar saja, Melody sudah duduk berjam-jam untuk rapat dan membahas hal yang serius, rasanya otaknya pun ingin hal yang lebih menenangkan.

Lidya langsung tersenyum, menyentuh kepala Melody layaknya anak kecil. "Kasian capek, yaudah ayo pulang."

"Gapapa pulang gitu?"

"Iya Melodyku."

Untuk pertama kalinya Lidya memanggil nama Melody tanpa awalan Kaka, dan menurut Melody itu jauh lebih manis, hatinya menghangat saat dimana Lidya menggenggam tangannya, berjalan menuju mobil mereka.




..
.
.



Hari ini tak seperti biasanya, cuaca tampak sangat bersahabat.
Semua tampak cerah dan terang,layak nya hati nya yang sedang bahagia.

Kebahagian yang sekarang menghantuinya,
menciptakan berbagai pertanyaan di hatinya, apa benar dia mencintainya? Dia belum mengerti, kenapa bisa dia mencintai sosok Lidya, yang sama seperti nya.

Jelas, ada ketakutan dalam hatinya saat dia menerima cinta Lidya, cinta seperti ini bukan cinta yang mudah. Dia tahu, setelah ini akan ada banyak hal yang dia harus lewati, untuk saat ini dia sedang meyakinkan hatinya sendiri kalau dia memang benar mencintai Lidya, kebahagian yang dia rasa memang bersumber pada kata cinta.

Melihat Melody yang seolah melamun, Lidya menyentuh tangan Melody yang sedari tadi berpangku rapih tak bergerak.

"Kenapa?"

Suara Lidya yang berat membuat Melody langsung menoleh, dia memberikan senyum pada Lidya, memberitahu Lidya kalau tidak ada hal yang perlu di tanyakan.

Dan Lidya hanya mengangguk, kembali fokus pada jalanan yang padat.

Keputusan Melody untuk keluar dari JKT48 awalnya membuat Lidya kecewa, dia takut kalau nantinya tak akan bisa bertemu lagi dengan Melody, tapi semua cerita rasa kesedihannya itu berubah menjadi rasa bahagia, karna hal ini, dia jadi berani mengungkapkan perasaanya,

Ini adalah sebuah perpisahan untuk lebih dekat.

Mobil yang dikendarai Lidya sudah sampai didepan Apartemant Melody, mereka berdua turun secara bersamaan, berjalan beriringan dab tanpa malu, Lidya langsung menggandeng tangan Melody.

Lidya dengan sengaja mengayunkan tangannya yang sedang menggengam tangan Melody, dan itu membuat Melody tersenyum akan tingkah Lidya yang seperti anak kecil.

Lidya melihat Melody tersenyum dan itu membuat dia jadi bahagia."Seneng ya?" Katanya tanpa menoleh pada Melody.

Melody yang berada disebelahnya pun hanya mengangguk dengan pasti. "Banget."

Lidya semakin menggengam tangan Melody, memberitahu Melody kalau dia juga sangat bahagia.

"Kalau aku gak bilang kelulusanku kemaren malam, apa kita bakal kaya gini sekarang?"

Gerakan tangan itu seketika terhenti, Lidya menoleh, tatapannya berubah serius. "Hm aku gak seberani itu."

Melody sudah menduganya, Lidya tak akan mungkin mengungkapkan perasaanya dengan mudah, keadaan lah yang membuat dia jadi lebih berani.

"Sejak kapan?" Tanya Melody, dia seolah penasaraan akan Lidya yang kapan dan bagaimana bisa mencintainya.

Lidya menghentikan langkahnya membuat Melody ikut berhenti juga, di lorong aparteman yang sepi, mereka berdua saling berhadapan.

Disini cinta seolah bersenandung, mengahantar molekul cinta pada sel sel darah yang mengalir
membentuk sebongkah rasa yang menghujam ke seluruh nadi.

Tatapan Lidya begitu serius, menatap Melody dengan sepenuh jiwa. Tangan Melody yang diam, dia bawa untuk dia genggam keduanya.

"Kamu mau tahu?" Katanya bertanya, gadis mungil dihadapanya itu hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.

Kesiap tatapan mata nya meramu rasa dalam hatinya, seolah meyakinkan kalau dia benar mencintai seorang gadis yang mempunyai umur lebih muda dari nya.

"Kapan?" Kata Melody lagi, mengulang pertanyaanya, seakan tak sabar akan jawaban Lidya.

Lidya menarik nafasnya yang panjang, dia tersenyum begitu tipis masih menampilkan lesung pipi yang selalu Melody sukai.

"Se-jak aku.." Kata Lidya mulai berbicara menyentuh dirinya sendiri dengan telunjuk tangannya.

Lalu dia melanjutkan ucapannya dengan jari telunjuknya yang menyentuh hidung Melody.


"Lihat kamu."

































Bersambung.

#TeamVeNalID

Ada seseorang yang mengatakan, saat kau mencintai seseorang, kau tidak bisa tidur nyenyak sebab mencintai seseorang dalam kenyataan lebih baik dari pada hanya dalam mimpi. Jadi katakan dan jangan ragu.
-Masha

Saya capek baru pulang kerja ini nulis dadakan setelah ingat kalau ini hari jumat, monmaap saya lupa kalau hari ini hari jumat, tapi ini saya ttp up hari jumat kan walau mepet2 ke hari sabtu. Maap dikit namanya juga dadakan.

Melody Lidya [Stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang