Dia diam, menatap jalanan yang padat, dia menyembunyikan senyum bahagianya tapi semburat merah pada pipinya tak bisa membohongi siapapun tak terkecuali Melody.
Melody masih memandangi Lidya, dia gemas dengan tingkah Lidya yang terkesan malu-malu.
"Gitu aja salting." Celetuk Melody, menopang dagunya memandangi trus Lidya yang sedang menyetir.
Lidya menoleh, dia tersenyum menampilkan lesung pipi nya.
Terkadang seseorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama lalu mengagumi dalam diam adalah orang yang di landa kasmaran. Dan itu yang dinamakan jatuh cinta diam diam, mencintai tapi tak bisa memiliki."Biasa aja." Kata Lidya.
Melody mengangguk"Oh biasa aja..."
Kemudian tangannya terulur, menyentuh pipi Lidya. "Kenapa pipinya merah? Mau jawab blush on lagi?"Ini seperti dejavu bagi Lidya, tapi kali ini Lidya tak mau kalah dengan Melody, dia tertawa, dia menurunkan tangan Melody yang berada dipipinya, kemudian menggenggamnya, sebenarnya dia sedang membuat hatinya tenang, berusaha sebiasa mungkin didepan Melody.
Sentuhan Melody selalu bisa membuat hatinya bergetar."Jangan dipegang" kata Lidya menoleh pada Melody, tangan Melody masih dia genggam.
"Nanti makin merah gimana?"Sekarang Melody lah yang dibuat salah tingkah, senyum Lidya sungguh membuatnya terpana. Lidya kembali fokus pada jalanan, senyumnya tak pernah hilang di wajahnya, tangan Melody masih dia genggam, pikirnya, Melody pun tak melepaskannya. Beruntunglah jalanan sedang padat, jadi dia bisa menyetir menggunakan satu tangannya saja.
Mereka terlihat seperti dua orang yang sedang kasmaran. Melody jadi tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan, kenapa rasanya sangat malu saat Lidya menatapnya, dia yang selalu menggoda Lidya kini malah tak punya nyali, hanya sekedar untuk mengeluarkan suaranya.
Sebaris lirik lagu it will rain bruno mars, mampu membuat hati mereka semakin tak tentu rasa. Ini membahagiakan, tapi mereka masih tak paham, karna apa.
Saat mobil mereka berhenti, Melody masih diam dengan tangan yang Lidya genggam, pikir Lidya, baru kali ini Melody berhasil dia diamkan, karna biasanya, dialah yang dibuat diam, bertekuk lutut akan pesona Melody.
"Udah sampe"
Melody juga sadar kalau mobil sudah berhenti didepan apartemannya sebelum Lidya memberitahu kalau ini sudah sampai, tapi rasanya enggan untuk turun dan pergi dari Lidya, dia menatap tangannya yang masih digenggam Lidya, Lidya jadi mengikuti arah pandang Melody.
"Mau dilepas?"
Melody tak mengatakan tidak atau pun iya, dia malah memberi tahu Lidya seakan, harus dilepas walau sebenarnya aku tak mau.
"Udah sampe, aku mau turun."
Bukannya melepaskan genggamannya, Lidya malah mengangkat tangan Melody yang ada digenggamannya, mengarahkan pada pipinya, dia menaruh tangan Melody dipipinya kemudian dia tersenyum.
Lagu itu terus mengalun merdu hingga sampai di lirik If you walk away, every day it will rain, rain, rain. Sebuah lirik yang seakan menyuarakan suara hati Lidya, untuk saat ini rasanya dia enggan di tinggal Melody, rasanya waktu ingin dia hentikan, ntah ini apa, yang dia rasa sekarang, Melody seakan menyambut hatinya.
"Kenapa pipi kamu bolong?"
Tangan Melody mulai bergerak, memberi sentuhan pada lesung pipi Lidya.
"Udah dari sana nya."
"Aku suka."
Mendengar kata itu rasanya Lidya ingin teriak, ingin memberi tahu semua orang kalau dia sedang bahagia, Melody memujinya, tapi lagi-lagi dia harus bisa bersikap tenang. "Suka apa? Aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Lidya [Stop]
FanfictionSebuah regresi kisah Melody dan Lidya dari cerita Dibalik Layar. Cover by Widya Syarif.