Angannya seakan melayang mengembara,
berjejak putih dilangit yang kian gelap, dia menyentuh pipinya yang baru disentuh Melody. Mobil yang dia kendarai, berhenti, dia menoleh dengan gerakan lambat mendapati Melody yang tersenyum begitu manis.Dia berkedip beberapa kali, kini jiwanya terasa dalam buaian
gelombang cinta ya begitu dalam.
Berayun-ayun bagai kehilangan arah
di antara getar dalam denyut nadi.
Berdesir lembut menghangat
di setiap aliran darah."Udah lampu Hijau tuh."
Lagi lagi dia melamun terbuai akan pesona Melody, suara Melody pun seakan tak dengar namun langsung meresap kehatinya, Melody bukannya risih dipandang seperti itu oleh Lidya. Dia malah dengan sengaja menggoda Lidya semakin dalam, sampai Lidya tak bisa menolak pesonanya.
Akhirnya, Lidya tersadar, saat telinganya mendengar suara klakson yang bersahutan, Lidya yang terlihat gelagapan membuat Melody tertawa.
Dia memutar stir mobilnya dalam kegugupan hatinya, suara tawa Melody semakin membuatnya bungkam. Malu sekali rasanya, terlihat salah tingkah hanya karna di sentuh oleh Melody.
"Kok kamu lucu sih Lid." Kata Melody masih dengan suara tawanya.
Lidya berpura-pura membenci suara yang sudah dia simpan baik-baik didalam memory pendengaraanya itu, dia memanyunkan bibirnya, matanya yang sipit semakin tak terlihat ketika dia menekuk wajahnya.
"Hehe bcanda ya Lid."
Lidya diam, dia benar sedang berpura-pura marah, tatapannya terus berpandang pada jalanan didepannya, sampai mobil mereka berhenti didepan mall yang cukup besar, Lidya sudah membuka seatbeltnya, namun Melody tak kunjung membuka seatbeltnya, Lidya yang baru saja ingin keluar, mengurungkan niatnya, menyandarkan kembali tubuhnya, disana Melody menatapnya dengan perasaan bersalah. Menurut Lidya ini sangat menggemaskan.
Melody memang selalu terlihat serius. Sampai tak bisa membedakan mana yang hanya sebuah lelocon, memiliki sifat tak enakan seperti Melody juga rasanya kurang baik, karna akan selalu menyalahkan diri sendiri.
"Marah ya? Aku tadi cuman bcanda."
Dalam hati Lidya, dia tersenyum, ternyata benar apa yang Saktia bilang, Melody memang tak bisa diajak bcanda, bahkan saat dirinya yang mencoba menggoda orang lain, pada akhirnya dia sendirilah yang merasa tak enak hati.
"Hm."
"Serius marah? Aku bcanda, aku minta maaf kalau tadi keterlaluan."
Lidya diam, dia memilih bersandar pada kursi kemudinya, memainkan handphone tanpa ingin mendengar apa yang sedang Melody katakan.
Melody membenarkan posisi duduknya, dia menyelipkan anak rambut ke daun telinganya menghilangkan rasa tak enak hati karna Lidya yang marah.
"Lid? beneran marah? Aku minta maa-"
Sebelum Melody menyelesaikan ucapannya, suara tawa Lidya, membuat Melody bingung.
"Hahaha.."
"Kaku amat sih ka, aku juga tau kali kalau tadi ka Mel, cuman bcanda."Melody jadi mendelik malas, dia baru saja di bohongi Lidya.
"Oh, jadi tadi cuman akal-akalan kamu?""Haha iyalah mana mungkin aku marah cuman gara-gara itu doang."
"Oh"
Melody pun melepaskan seatbeltnya, dia keluar, sedikit membanting pintunya, hal itu membuat Lidya sedikit tersentak takut, dia segera menysul Melody keluar dengan perasaan was-wasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Lidya [Stop]
Fiksi PenggemarSebuah regresi kisah Melody dan Lidya dari cerita Dibalik Layar. Cover by Widya Syarif.