Part 21

1.7K 273 43
                                    

Cinta kini dirasakan seperti angin olehnya, menyejukan tapi tak pernah bisa dia sentuh. Menganggumi dalam diam memang bukan persoalan mudah, dia selalu menutupi kalau dia mencintai kaka seniornya ini tapi mungkin ada saatnya dia tak bisa menutupi itu semua.

Lidya sedari tadi trus menatap Shani, menunggu Shani akan menjawab apa, tapi yang Shani lakukan hanya diam, dia malah terlihat malu saat Lidya menatapnya begitu lekat.

"Gimana mau gak?" Lidya mengulang ajakannya lagi, Shani terlalu lama diam menurutnya.

Dari wajah Shani saja mungkin Lidya sudah bisa menebak kalau gadis berdarah jogja ini sepertinya enggan pergi bersama Melody. Lidya tak tahu alasan pastinya, mungkin Shani terlalu segan dengan Melody.

"Em..Ka Lidya, ada janji sama ka Melody?"

Lidya sontak menggaruk kepalanya yang tak gatal, kini giliran Lidya yang bingung harus menjawab apa.

Dengan segala kebingungnya dia hanya bisa mengiyakan ucapan Shani,dia jadi merasa tidak enak melupakan janjinya pada Shani, tapi dia juga tidak mungkin pergi dengan Shani dan melupakan janjinya pada Melody.

"Yaudah kalau begitu sama aku nya next time aja."

Setelah tersenyum, Shani langsung menyibukan diri dengan make up nya, begitu juga Lidya, dia tak berucap apapun, dia terlalu merasa tak enak dengan Shani sekarang.

Dalam diamnya mereka, Shani masih sesekali melirik Lidya yang berada disampingnya, dia begitu dilema, dia berharap pilihannya untuk menolak ajakan Lidya malam ini adalah tepat. Dia hanya takut akan menyesal, karna pergi bersama Lidya adalah hal yang selalu dia tunggu.

Waktu bergulir, tapi tak bisa melupakan suara ajakan Lidya dalam pikiran Shani, Malam semakin nyata, backstage pun semakin ramai, semua sudah bersiap untuk teater malam ini.

Ada banyak hal yang terjadi saat teater, ntah kenapa saat dia dan Shani beradu pandang atau hanya sekedar terlibat obrolan kecil, interaksi mereka selalu mencuri perhatian fans. Hal ini terlalu memalukan untuk Shani.

Dan teater pun selesai, keadaan sudah mulai sepi, perasaan tak enak dalam hati seakan terus menghantuinya, dia takut Shani marah, dia takut Shani menganggapnya seseorang yang tak pernah bisa dipegang janjinya, dia sekarang jadi berfikir untuk menelpon Melody, meminta izin padanya kalau dia harus pergi dengan Shani.

Pada akhirnya, sekarang dia disini, sudah bersama Shani, Ya, tentu Melody mengijinkan nya, tak ada alasan yang kuat untuk Melody tak mengijinkan.

Pancaran kebahgian, sangat terlihat di wajah Shani, saat Lidya mengajaknya lagi, Shani sempat menanyakan perihal Melody. Dan Lidya menjawab dengan jujur, dia akan menemui Melody setelah pergi menonton dengan nya. Shani pun jadi lega, setidaknya Lidya tidak membatalkan janji pada salah satu nya.

Ya mungkin dengan ini Lidya sudah tak menepati janji nya pada Melody untuk pulang cepat. Tapi beruntunglah Melody mau menunggu.



.
..
.



Ini memang terlalu mendadak, dia harus pergi untuk meeting bersama staff lainnya juga, sekarang dia sudah disini, disebuah cafe yang cukup sepi, memang nyaman untuk membicarakan hal yang serius.

Namun dahinya jadi mengerut, dia tentu bingung, seharusnya disini banyak orang, tapi kenapa hanya Ardit yang terlihat.

"Yang lain mana? Belum pada dateng?" kata nya masih berdiri.

Laki-laki berumur 27 tahun itu terlihat gugup dia sontak berdiri juga, menarik ursi untuk Melody duduk.

Ardit mencoba tenang, berbicara sebiasa mungkin. "Emm belum pada dateng, Mel. Duduk aja dulu."

Melody Lidya [Stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang