Part 8

2.3K 337 29
                                    

Mencintai secara diam-diam, memang banyak hal yang harus ditanggung sendiri, ketika melihat orang yang dikagumi dekat dengan orang lain, terkadang hati merasa mengganjal. Ingin marah namun tidak memiliki hak apapun.

Memang sulit namun sebisa mungkin sekarang dia tak terlalu menyimpannya sendiri, dia sudah terlalu lama menganggumi dalam diam, dia ingin menjadi pribadi yang terbuka. Setiap orang memang tak bisa ditebak, dan dia juga tak pernah tahu, mungkin saja Melody juga mengangguminya juga.

Walau hanya kemungkinan, itu saja sudah cukup membuatnya bahagia, dia bukannya berharap, dia tahu berharap juga akan menyakitkan, dia hanya ingin memberikan kepercayaan pada kemampuan dirinya sendiri.

Lampu hijau sudah menyala, dia menjalankan lagi mobilnya, hatinya benar-benar tak tenang.

Sampai detik ini dia masih ingat suara tawanya yang renyah. Bagaimana ujung matanya berkerut ketika tersenyum lebar. Bibirnya yang otomatis dia gigit saat tak bisa menjawab pertanyaan. Lidya merasa Melody orang yang menyenangkan. Dia selalu ingin mengenalnya lebih dalam.

Sampai mobilnya berhenti didepan gedung berlantai, dimana dari satu lantai tersebut, disana lah aparteman Melody berada, dia menarik nafasnya sebentar, membenarkan posisi topinya, mulai melangkah menelusuri tiap sudut aprteman.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, ini rasanya sudah sangat malam untuk bertamu, tapi dia tak salah, karna dia datang kesini hanya untuk memenuhi undangan dari Melody, suara bel pintu itu berhenti, dan kini dia sudah bisa melihat Melody yang tersenyum menyapanya, memintanya untuk masuk.

Ini adalah untuk pertama kalinya dia memasuki Aparteman Melody, minimalis namun rapih begitu yang dia pikirkan, dia sedari tadi berfikir, kenapa Frieska tak terlihat? padahal setahunya Frieska lebih dulu keluar dari teater di banding dengan dia.

"Frieska belum sampe ka?"

Melody yang sedang menyiapkan segala sesuatu untuk makan malam ini, menoleh sebentar pada Lidya yang masih berdiri dibelakangnya.

"Frieska kayanya gak pulang, nginep di rumah Naomi."

Lidya hanya mengangguk mengerti, dia berjalan mendekat, memperhatikan gerak gerik Melody, dia tersenyum, Melody semakin terlihat cantik, rambutnya yang di cepol asal sedikit berantakan, untaian beberapa helai rambut pun membuat kecantikannya tak berkurang sama sekali.

Setelah semuanya tertata rapih, Melody mengacak pinggangnya sendiri, melihat beberapa makanan yang sudah tersaji rapih di meja makan, dia cukup puas akan hasilnya.

"Ha... selesai juga nih, ayo makan." Kata Melody.

Mereka sudah duduk berhadapan, dengan kini Melody yang mulai mengambilkan nasi untuk Lidya.

Setelah mengambil nasi, Melody melihat Lidya, menanyakan Lidya ingin makan dengan lauk apa.

"Mau pake apa?"

"Apa aja."

"Capcay mau?"

Lidya mengangguk.

"Sambel?"

Lagi lagi Lidya hanya mengangguk. Tatapan matanya sama sekali tak bisa berpaling dari wajah Melody. Melody sangat sadar kalau sedari tadi Lidya terus memperhatikannya, dia dengan sengaja memberikan sambel pada piring Lidya cukup banyak.

Suara musik yang mengalun lamban seirama dengan gerakan mata Melody yang menatap mata Lidya juga, dia tersenyum, saat kini Lidya mulai memasukan sendok pada mulutnya.

Dan suasana hening itu berubah, ramai dengan suara tawa Melody.

"Aaaa...pedes..."

Teriakan Lidya lah yang membuat Melody tertawa, tapi disela tawanya dia langsung memberikan segelas air putih pada Lidya. Lidya dengan cepat mengambil gelas itu, dia meminumnya sampai habis.

"Kok gak bilang kalau pedes?" Kata Lidya yang masih menahan rasa pedaa pada mulutnya.

"Emang ada sambel yang manis?"

"Iya juga sih. Tapi ini pedes banget."

Melihat raut wajah Lidya yang memerah karna pedas, Melody jadi merasa bersalah.
"Kamu gak suka pedes?"

"Eu..Enggak ka"

Lidya memang cenderung tidak menyukai makanan pedas, perutnya akan cepat berkontraksi jika sedikit saja memakan, makanan yang pedas.

Melody langsung menampakan raut wajah bersalahnya, dia jadi merasa bersalah dengan sengaja memasukan sambel yang banyak dipiring Lidya."Yahhh maap ya, aku gak tau kalau kamu gak suka pedes."

Lidya tak mau membuat Melody kecewa, dia mulai meyuapkan lagi makanan kemulutnya. "Gapapa kok ka, tapi ini enak aku suka"

Melody meringiskan wajahnya, melihat Lidya yang terlalu memaksa memakan masakannya. "Eh Lid kalau emang pedes ganti yang baru aja."

"Gapapa ka, mubazir nanti. Yang penting stok air banyak kan?"









.
..
.










Suasana canggung kini menghampiri keduanya, Melody yang masih merasa bersalah jadi tak banyak bicara, gara-gara dia Lidya jadi sakit perut. Beruntunglah efek sambel nya itu tak berlangsung lama, tapi tetap saja itu membuat Melody jadi tak enak dengan Lidya.

Malam yang semakin larut membuat Lidya berniat untuk pulang, dia juga bingung harus berbicara apa.

"Eu.. ka, aku pulang dulu ya udah malem."

Mendengar suara Lidya, Melody yang sedari tadi menatap layar televisi yang sebenarnya tak dia tonton itu seketika menoleh, dia melihat jam sudah menunjukan pukul dua malam.

"Yakin mau pulang?" Kata Melody,
"Udah malem banget Lid, gak nginep aja?"

"Ehm.. besok ada kuliah pagi ka."

"Oh yaudah kalau begitu, aku anter kedepannya."

Mereka berdua berdiri secara bersamaan, tapi sayangnya Melody berdiri terlalu terburu-buru, kakinya tersangkut gulungan kecil karpet yang membuat dia hampir saja terjatuh.

Dengan gerakan cepat Lidya menopang tubuh kecil Melody. Tangannya jadi melingkar dipinggang Melody, bahkan aroma rambut Melody pun bisa dia rasakan.

Tatapan mereka bertemu, waktu seakan berhenti, yang terdengar hanya degupan jantung Lidya yang berdetak kencang, seakan larut akan tatapan itu mereka sama-sama terdiam.

Kini Cinta seakan datang lagi kepada Lidya yang masih mempunyai harapan.
Walaupun dia tak pernah tahu bagaimana cinta akan mengecewakan.

Cinta memang akan selalu datang, kepada mereka yang masih percaya walaupun mereka tak tentu di cintai,
Kepada mereka yang masih ingin mencintai walaupun mereka sudah di sakiti sebelumnya.



















Bersambung.


#TeamVeNalID

Sory for late update, im busy.
Thx for vote and coment!💙

Melody Lidya [Stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang