Part 20

2.2K 317 78
                                    

Cemburu adalah emosi yang sangat rumit, tatapan mata keduanya sama sekali tak ada yang mau mengalah, terus menatap tajam satu sama lain, seakan rasa cinta hilang begitu saja karna rasa cemburu.

Ucapan Lidya tadi tak Melody jawab, rasanya ingin langsung keluar dari mobil Lidya, tapi dia berpikir ulang, keadaan yang berada ditengah-tengah tol membuat dia harus mengalah, bertahan sedikit dari pada harus menyusahkan diri.

Akhirnya Melody membuang pandangannya. Dia menurunkan rasa egoisnya sendiri, tak lagi menatap Lidya, pikirnya kalau harus seperti ini dia yakin tak akan ada ujungnya, tetap saling menyalahkan.

Kini rasa menyesal menderap menghampiri Lidya, dia menyesal sudah bertindak sesukanya, sekarang pandangannya kembali melihat Melody yang diam, memejamkan matanya seolah menahan segala sakit yang telah dia torehkan.

Sadar kalau Lidya memperhatikannya, Melody pun kembali memoleh, mereka kembali terlibat beradu pandang, tapi kali ini dengan tatapan yang sama-sama saling menyesal, seakan mengakui kesalahan masing-masing, emosi yang meluap-luap memang selalu melupakan segalanya, karna seseorang pasti mempunyai sisi egoisnya.

"Kalau kamu mau aku turun disini. Aku turun, Lid" Kata Melody, dalam hati kecilnya dia tak benar-benar mengatakannya, Dia menyakini kalau Lidya tak mungkin setega itu membiarkan dia seorang diri.

Dan perkiraan Melody benar, Lidya menahan tangannya yang baru saja hendak membuka pintu mobil.

"Kenapa?" Kata Melody. "Ini kan yang kamu mau?"

Lidya menarik nafasnya, langsung memeluk Melody. Dia memang cemburu dan dia merasa kalau dirinya kini benar-benar tak dewasa, masalah sekecil ini saja tak bisa dia kendalikan.

"Aku minta maaf, aku bangun telat, jadi aku telat jemput kamu. Aku gak bisa tidur semalem, Aku khawatir."

Melody yang mendengar penuturan Lidya membalas pelukaan itu. Dia tak menyangka kalau Lidya akan mengkhawatirkannya sampai tak bisa tidur.

"Maafin aku Lid, maafin aku, lain kali aku pasti kabarin kamu."

Lidya hanya diam dan semakin memeluk Melody, banyak alasan yang digunakan untuk membenarkan kalau dia tidak sedang berprasangka buruk terhadap Melody, bukannya kecemburuan itu tanda rasa sayang yang dalam?

Pernyataan-pernyataan seperti itu tak dia pahami secara bijak, sehingga dia terlihat egois padahal yang dia rasa hanya perasaan tak suka saat Melody dengan yang lain.

Sebenarnya kehadiran Ardit untuk menjemput Melody itu wajar saja. Karna Ardit salah satu staff, dia sendiri juga sering meminta pertolongan pada staff untuk menjemputnya saat dia baru saja menyelesaikan pekerjaan diluar kota.

Namun perasaanya yang sedang merindu berat, kehadiran Ardit pagi tadi sungguh membuatnya terancam. Dia hanya takut kalau tiba-tiba Melody meninggalkannya.

Dia kehabisaan akal untuk bertindak lebih wajar dari itu, sekarang saat semuanya sudah terjadi. Dia baru bisa berfikir. Bagaimana pandangan Ardit sekarang terhadapnya dan Melody? Apa dia terlihat begitu aneh dan Ardit akan mencurigai hubungannya dengan Melody?

Ntah, dia tak terlalu mau memikirnya, yang jelas sekarang dia menyesal bersikap seperti tadi. Dan dia juga sadar, walau Melody terlihat tak mau mengalah, dia rasa Melody tetap bersikap lebih dewasa terhadapnya.

"Ardit suka kamu. Dan aku tahu tentang itu."

Dalam pelukaan Lidya, Melody semakin diam mendengar ucapan Lidya, dia hanya bisa menyandarkan kepalanya dibahu Lidya, menenangkan kekasihnya yang sedang di radang perasaan cemburu.

Melody Lidya [Stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang