Kagami melangkahkan kakinya laju. Bergegas menuju ke rumah sakit. Dari tadi hanya Kuroko yang ia pikirkan. Ia tidak ingin membuang waktu untuk bertemu Kuroko. Jika saja seandainya tadi ia tidak bisa kabur dari latihan, mungkin sekarang ia tidak bisa segera menemui Kuroko. Ya, Kagami membolos latihan basket hanya untuk menemui Kuroko kesayangannya.
Setelah sampai, ia segera berlari ke ruang rawat Kuroko. Baru saja ia ingin masuk, seseorang membuka pintu. "Eh, Kagami?" Takao sedikit kaget melihat Kagami yang berada di depannya.
"Ah, Takao, doumo," sapa Kagami dengan nafas yang tidak teratur.
"Mm, doumo," balas Takao. Mendapati Kagami yang menyapa seperti ini, merupakan hal baru baginya.
"Bagaimana keadaan Kuroko?" tanya Kagami khawatir.
"Kau bisa melihat sendiri," ucap Takao sambil membuka pintu lebih lebar pada Kagami. Kagami masuk dengan perlahan. Berjalan pelan ke arah Kuroko yang masih belum membuka matanya. Perlahan tangannya mengelus surai biru Kuroko lembut. Tak sekali pun pandangannya beralih. Ia hanya tertuju pada Kuroko.
"Mana Haruki?" tanyanya pada Takao namun masih tetap mengelus dan hanya menatap Kuroko dalam.
"Oh, tadi dia bilang mau ke mini market," jawab Takao singkat. Hingga ia kembali teringat sesuatu. "O iya Kagami, aku harus pulang sebentar, ibuku membutuhkan ku, jadi kau bisa—"
"Tentu saja." belum selesai Takao bicara, Kagami sudah menjawabnya. "kau tidak perlu menyuruh ku untuk menjaganya, karena aku akan selalu menjaganya apa pun keadaannya," lanjut Kagami.
Takao hanya menganggukkan kepalanya mengerti. "Ya sudah, aku pergi dulu, jaa," Takao keluar dari ruangan meninggalkan Kagami yang masih mengelus surai lembut Kuroko.
"Seandainya saat itu aku mengawasimu, pasti kau tidak akan seperti ini," ucap Kagami pada Kuroko dengan bersalah. Walau ia tau jika ia tidak akan mendapat respons dari Kuroko. Tapi ia berharap, setidaknya Kuroko mendengarnya. Diam sesaat, tapi Kagami tidak bosan. Atau lebih tepatnya, tidak akan bosan.
"Taiga?" Kagami menoleh ke sumber suara. Haruki sedang berdiri di depan pintu sambil menatap terkejut kearahnya.
"Kau tidak perlu takut begitu," balas Kagami datar. "kau melihat ku seperti melihat hantu saja," sambung Kagami.
"Siapa juga yang tidak takut melihat pria besar dengan wajah menakutkan sepertimu," balas Haruki tak kalah datar pada Kagami sambil berjalan menuju sofa dan meletakkan kantong plastik ke meja.
"M-menakutkan?" Kagami merasa tak terima, mukanya jadi memerah. "sejak kapan aku menakutkan? W-wajahku biasa saja,"
"Iya, aku cuma bercanda, jangan nangis gitu dong,"
"Siapa yang nangis!"
Haruki tertawa mendengar balasan Kagami. "Hahah! Lihat wajahmu sekarang! Menyenangkan menggodamu seperti ini. Kau di bilang seperti itu saja sudah hampir menangis, apa lagi kalau Tetsu nii-chan menolakmu!" Sekali lagi tawa Haruki pecah. Kagami yang melihatnya makin memerah.
"Kau menginginkan Kuroko menolak ku ya?" Kagami terdengar jengkel.
Haruki menghentikan tawanya. "Tidak kok, kalau aku menginginkan hal itu, bagaimana bisa Tetsu nii-chan menjadi kakak iparku nanti," ucapnya sambil mengusap air matanya yang keluar karena tertawa tadi.
Kagami hanya mendengus kesal. Ia kembali membelakangi Haruki dan mengusap surai lembut Kuroko. "O iya, kau dari mana saja? Kenapa baru datang sekarang?" tanya Haruki pada Kagami.
"Tadi aku harus latihan Basket. Dan si tuan muda Akashi itu bahkan tidak memberiku kesempatan bolos," jawabnya malas.
Haruki hanya mengangguk mengerti. "Lalu, mana Taka senpai?" tanyanya lagi.
"Ia ada urusan sebentar," jawab Kagami singkat tanpa menoleh pada Haruki.
Sekali lagi, Haruki hanya mengangguk mengerti. Hening menyelimuti mereka. Haruki juga tidak ingin mengganggu. Bagaimana pun juga, ia sangat senang melihat Kagami yang sangat perhatian pada Kuroko sekarang. Ia tersenyum kecil melihatnya. Ia ingat, Kagami belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Kagami dulunya hanya pemuda yang tidak peduli dengan orang orang di sekitarnya. Tapi, hanya Kuroko yang bisa membuat Kagami berubah. Kagami kini sangat peka dengan sekitarnya. Kagami bahkan sangat peduli dengan orang lain, terutama Kuroko. Dan Kuroko orang yang pertama kali membuat Kagami ingin memiliki.
"Taiga," ucapnya pelan. Kagami hanya berdeham sebagai jawaban kalau ia mendengar Haruki. "kau.. serius kan, dengan Tetsu nii-chan?" tanya Haruki pelan. Ia sebenarnya tidak ingin bertanya, tapi ia juga ingin kepastian. Ia tidak mau jika Kuroko nantinya akan ditinggalkan oleh Kagami.
Kagami yang mendengar perkataan Haruki berbalik dan menatapnya bingung. Kenapa juga Haruki menanyakan hal itu padanya. "Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" tanya Kagami balik.
"Mm...bukan apa apa.." Haruki terdengar ragu. "tapi kau tau kan, kau tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Dan kau belum pernah seperhatian ini pada orang lain sebelumnya. Dan banyak yang bilang, jika cinta pertama itu akan.."
"Ya, aku sering mendengar tentang hal itu," sambung Kagami langsung. Kini ia sudah kembali pada menatap Kuroko dalam. "tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri saat pertama kali bertemu denganya. Kalau aku akan selalu mencintainya, jika pun nanti aku tidak bisa memilikinya, setidaknya aku ingin selalu menjaganya," suara Kagami perlahan terdengar lirih. Haruki yang menatap punggung Kagami hanya memandang kagum. Belum pernah sekali pun kakak sepupunya ini mengatakan hal yang sebagus itu. Ia merasa jika Kagami memang sudah menemukan tempat berlabuhnya. Dan mungkin ini tempat berlabuh terakhirnya.
'Haa... Sepertinya aku tidak perlu banyak turun tangan,'
.
.
.
TBC~
.
A/N
Akhirnya kembali up....
Maaf kalo sekarang kependekan😞 soalnya gak punya waktu banyak buat nulis,,, pulang sekolah tidur,, belum lagi pr yang segunung😞 gak banyak waktu bebas lagi...Udah deh, gak mau tambah word lagi, tapi jangan lupa buat vote ama comment ya man teman...
See ya👋😸
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane
FanfictionEND "Aku akan melindungi mu, my shadow" Kuroko Tetsuya, ia yakin jika Kami hikoki-san akan selalu memberikannya semangat, dan ia percaya pada Kami hikoki-san jika selalu tersenyum akan membawakan kebahagiaan padanya, dan ia, Kagami Taiga, berjanji a...