─ sebaran besi

3.9K 805 99
                                    

Sebelum kalian bersembunyi, ada yang akan kuumumkan. Semuanya diam di tempat.

Suara moderator terdengar beberapa detik setelah Shinsuke menurunkan jasad Koutaro dari podium.


Tadi malam, seperti biasa, aku mengabsen kalian semua. Seer, guardian, werewolf, dan lainnya. Aku juga memanggil blacksmith, bertanya apakah ia akan menyebarkan serbuk besi malam ini,

Blacksmith mengangguk, bertanda bahwa ia akan menyebarkan serbuk besi yang sudah diberikan. Sesuai peraturan, setelah blacksmith menyebadkan serbuk, karakternya akan terungkap.

Jadi, silakan, blacksmith.



Blacksmith memiliki serbuk besi yang mampu membungkam werewolf dalam semalam. Kemampuan itu hanya dapat digunakan sekali, maka pergunakan sebaik-baiknya.

Setiap malam moderator akan bertanya, apakah blacksmith akan mengeluarkan kemampuannya? Bisa dijawab Tidak, bisa dijawab Ya.

Jika blacksmith menjawab Ya, keesokan harinya, setelah diskusi dan voting dilaksanakan, blacksmith akan menyebarkan serbuknya.

Karakternya juga akan diberitahu moderator, sehingga semua warga tahu bahwa ia adalah blacksmith.

























Semi Eita, silakan.

Eita menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya pelahan. Ia mengambil kantung kecil dari saku celananya. Kantung itu dibuka dan Eita memasukkan tangannya.

Ia menempelkan tangan yang sudah dilapisi serbuk besi ke punggung teman-temannya.


"Oke, udah selesai."

Koushi memandang Eita penuh haru, "SEMIII! Lo blacksmith!?"

"Bukan, aku angsa."

"AstagAAAA, MAKASIH BANYAK LOH!" sambung Yukie.

"Setidaknya ga bakal ada korban malam ini, kan ... " Shinsuke menghela napas.

Eita tersenyum kecil.


Cukup senang-senangnya. Malam telah tiba, cepat bersembunyi.


"Yeu dasar, sirik amat liat orang seneng." cibir Hayato.


Saudara Ikejiri, saya mendengarmu.



"Yayayaya, bacot." balas Hayato, "Karena malem ini werewolf gak bisa mangsa orang, gue pengen nunggu disini aja." lanjutnya sambil duduk bersila.

"Eh, kalo gitu gue juga." Yukie ikutan duduk. Yui mengikuti di belakangnya.






Sementara itu, Morisuke sedang menyipitkan matanya ke luar pagar. Tidak jauh dari mereka, ada dua mahasiswa yang sedang berjalan.

"... Itu Daishou sama Yamaka bukan, sih?"

Beberapa sontak menoleh.

"Lah iya itu si uler," sahut Tetsurou.

"Mau dipanggil, gak?" tanya Daichi.

"MikAAAA!" Yui udah duluan teriak.

Hayato narik tangan Yui, "SSST! Diem dong!"

"Kenapa, sih?!" balas Yui kesal.







"Gini, ya, Michimiya." Hayato menghela napas, "Lo liat itu?" tanyanya sambil menunjuk mereka yang mati digantung. Mayatnya tegeletak, tak jauh dari podium.

Yui meringis kecil, "Iya. Kenapa?"

"Kalo lo manggil Yamaka dan Daishou, dan mereka ngeliat mereka, mereka bakal ngira kita baru aja melakukan tindak kriminal!"

Yui terdiam.





"Sebentar, sebentar. Hayato, ngomong yang jelas dong! Mereka ketemu mereka? MEREKA SIAPA, MEREKA SIAPA???!" teriak Tetsurou sambil mengguncang pundak Hayato.

Hayato menepis tangan Kuroo, "BIASA AJA DONG?!"


"Jadi gini," Hayato mulai berbicara lagi, "Kalo Daishou dan Yamaka ngeliat Iwaizumi, Tooru, Kiyoko, dan Bokuto, kita yang kena masalah. Mereka bisa nelpon polisi, polisi bisa nemu mayat Matsukawa dan yang lain, terus kita ditangkep."

"Mau ngasih penjelasan juga gak bakal bisa. Karena, yaa, polisi mana percaya kalo kita lagi main werewolf?" lanjut Hayato.

Tetsurou turut terdiam, "Tunggu- maksud lo-"

"Jadi, better you diem daripada banyak nanya. Oke?" balas Hayato sambil menepuk pundak Tetsurou. Mukanya dibuat seolah-olah ia sedang serius.

"SiAL KOK GUE NGAKAK!?"















BANYAK BACOT LO PADA! BURUAN NGUMPET!

werewolf games. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang