Di belahan bumi yang lain, terdapat laki-laki bersurai hitam dan keemasan yang mengantre di kasir minimarket.
"Gak jadi beli pisang?" tanya Atsumu.
Keiji menggeleng, "Gue baru inget pisang bikin berak tambah keras. Kenma belom berak seminggu, dikasih pisang ntar malah gak berak selamanya."
"BERAK OKE PAK BOS," Atsumi ketawa KENCENG BANGET, "Sebenernya lo sama Kenma itu ada apaan sih?"
"Ada apaan gimana,"
"Ya ada apaan,"
"Apaan. Ngomong yang aktual─"
bzzt!
"AKTUAL─ bener-bener dah lu ya. Gua bentar lagi bakal nampol muka ganteng lu pake buku PUEBI." ujar Atsumu tidak beradab.
"Bentar ini ada yang nelpon." Keiji mengangkat ponselnya, "Jagain pepaya gue."
"Emang pepaya lu mau kemane sih,"
"Bacot ah, Atsumu."
"Halo? Iya, Mas."
"Sekarang aku lagi di minimarket, nyari buah."
"Kami lagi di Puncak. Ada temen yang punya villa disini, dia ngajak liburan bareng gitu. Kenma gak bilang emangnya?"
"Masa? Di sana dia sempat update snapgram, kok. Emang mas Yaku gak liat?"
Di ujung sana, Morisuke mendesah kesal. "Jangan-jangan aku di-hide."
"E-Eh, yaa─ mungkin, sih."
Morisuke mengaduh sebentar, kemudian hening. Tidak lama setelah itu, ia berbicara lagi. "Akaashi, gini." ujarnya, "Aku lagi kesusahan dan khawatir kalian kena bahaya. Jadi, bisa tolong balik sekarang? Terutama kamu dan Kenma."
Keiji mengerutkan kening.
"Balik ke apartemenku juga gak apa. Bisa?" lanjut Morisuke.
"Eh, kayaknya gak bisa, Mas. Ini udah larut, dan disana kami bawa pasukan. Gak mungkit turun dari bukit sekarang juga, gelap." jawab Keiji kemudian, merasa bersalah.
Atsumu menoleh, bingung. Disuruh pulang?
"Lagipula, mas kenapa? Ada bahaya apa?"
Morisuke kelabakan menjawabnya, "Eh itu. Apa namanya, itu─"
"Mas? Mas, halo? Putus-putus, Mas."
Keiji keluar dari minimarket, bertujuan mencari sinyal. Tapi apa daya, panggilannya malah terputus.
"Perchance, ternyata dekel SMA gue juga ikut acara liburannya," ujar Eita sambil menyodorkan ponselnya, "Ini adek lo bukan?"
Morisuke melirik.
Ponsel Eita menampilkan tangkapan layar dari postingan di akun instagram. Ada sekitar 13 laki-laki di foto itu.
Rambut coklat, rambut berjambul, tidak ada rambut, rambut putih, rambut hitam ...
Oh, ada.
"EH IYA! INI ADEK GUA!! EITA INI DI MANA PLIS─"
"Santai, anjing."
"BANGSAT─"
"NGOMONG KASAR SEKALI DENDA CETIAO!!!" teriak Daichi. Udah balik dia, sekarang empat orang ini lagi makanin nasi goreng.
Cetiao itu sejuta, ngomong-ngomong.
"Mau nyusulin, nggak? Adek kelas gua ini selalu nyalain GPS. Bisa kita track posisinya." ujar Eita. Daichi dan Yui menoleh. Benar juga.
ENG ING EEENG.
Ternyata memang tidak semudah itu Ferguso.
Posisi ponsel Kenjirou, adek kelas Eita, pindah-pindah. Mana ilang-ilang juga. Kadang di titik segini, tiba-tiba ilang, eh muncul di titik lain.
"Buset ini orang lagi transformasi atau gimana," celetuk Eita.
"TELEPORTASI BODOH GUA COLOK LU LAMA-LAMA BAJINGAN─"
"Yaku kenapa, sih."
"Yaku PMS."
"BENERAN GUA COLOK LU YA─"
"Diem napa, sih. Ya Tuhan capek gua."
Tiba-tiba Eita bangun, "EH IYA!"
"Lu ngomong sekali lagi, tebas." ancam Morisuke. Ada dendam beneran kayaknya.
"Hmm asu," sahut Eita tidak peduli, "Adek kelas gue yang lain punya zenly. Mau cek, kagak?"
"Kalo GPS aja gak bisa, apa lagi zenly." balas Daichi.
"Yaudin gua coba sendiri."
"EH ADA!!"
Tidak ada jawaban.
"DI ZENLY TAICHI ADA POSISINYA!!!"
Masih belum ada jawaban.
"GAK PINDAH-PINDAH!!!!"
Yok, susulin, yok.