1.8 Feeling

3.9K 465 44
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah 1 bulan ini Jihoon bekerja sebagai asisten pribadi Guanlin. Itu berarti Jihoon saat ini sudah melewati masa magangnya di Giant Pearl dan resmi diangkat sebagai pegawai tetap.

"Jihoon-ssi, tolong antarkan ini ke ruang daepyonim."

Sungwoon, atasan Jihoon sudah berdiri di samping kubikelnya dan menyerahkan setumpuk dokumen kepadanya.

"Sunbaenim, apa benar dokumen ini harus di antar ke ruangan daepyonim? Apakah tidak diserahkan kepada Daniel gwajangnim dulu?" Jihoon memastikan.

"Tidak Jihoon-ssi. Ini sudah selesai dilihat oleh gwajangnim dan dia minta agar ini langsung dibawa kepada daepyonim. Beliau bilang, daepyonim sendiri yang minta agar laporan ini diantar ke ruangannya." Kata Sungwoon sambil tersenyum lebar.
"Tapi kenapa harus saya, sunbae?"

Jihoon itu malas sekali bertemu dengan Guanlin di jam kerja seperti ini. Jangan tanya apa alasan Jihoon karena sebenarnya itu sangatlah konyol. Jihoon bosan melihat wajah Guanlin yang harus selalu ia lihat saat ia menjadi asisten pribadi.

"Eyy, harusnya kan kamu senang karena aku sudah memberimu kesempatan untuk bisa berduaan dengan kekasihmu. Jika aku memberikan kesempatan ini pada orang lain, aku tidak ingin kamu murung sepanjang jam kantor karena tidak bisa melihat daepyonim."

Bagi Jihoon, Sungwoon sangat berlebihan.

"Sunbae masih saja salah paham. Tidak ada apa-apa di antara saya dan daepyonim, jadi untuk apa saya murung jika tidak bertemu dengannya? Justru saya akan senang sekali. Sunbae sebaiknya mencari orang la-"
"Ada apa ini? Lho? Laporan ini belum diantarkan pada daepyonim?"

Perkataan Jihoon terhenti karena tiba-tiba Daniel mendatangi mereka yang nampak asyik berdebat. Ia memandangi berkas yang seharusnya sudah sampai pada Guanlin sejak tadi.

"Ini gwajangnim, Jihoon menolak mengantarkan ini kepada daepyonim. Padahal saya punya pekerjaan lain, sehingga minta tolong pada Jihoon."

Rasanya Jihoon ingin sekali menjerit kesal karena Sungwoon mengatakan dusta pada Daniel.

"Oh, kalau begitu kenapa tidak berangkat, Jihoon-ssi? Aku juga ada perlu sebentar denganmu, Sungwoon-ssi." Ucapan Daniel langsung membuat Jihoon memberengut kesal.

Ia pun langsung beranjak dari kubikelnya lalu melenggang cepat menuju ruangan Guanlin. Alasan lain yang membuat Jihoon malas sekali disuruh mengantarkan sesuatu saat ini adalah karena pekerjaannya belum selesai sepenuhnya.

Setelah diangkat menjadi pegawai tetap, pekerjaan Jihoon jadi semakin banyak. Akhir-akhir ini ada banyak deadline yang harus ia kejar, sementara Guanlin sama sekali tidak mengijinkannya mengerjakan pekerjaan kantor dengan cara lembur.

Ya ampun, jika bukan karena uang, Jihoon ingin sekali mengundurkan diri dari Giant Pearl dan dari posisinya sebagai asisten pribadi Guanlin sejak awal. Ia juga heran dengan dirinya sendiri yang bisa bertahan bekerja pada orang semacam Guanlin yang sangat menguras emosi.

.
.
.
.
.

"Kyulkyung-ssi, bolehkah saya menitipkan ini untuk diteruskan kepada daepyonim?"

Jihoon tersenyum kikuk pada Kyulkyung yang tampak sibuk mengetik sesuatu di komputernya.

"Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk? Serahkan sendiri!" Ketus Kyulkyung galak.

Oh, ini adalah alasan lain mengapa Jihoon malas sekali untuk datang ke ruangan Guanlin. Entah mengapa Kyulkyung, sekretaris Guanlin yang tadinya bersikap sabar dan sopan terhadapnya berubah menjadi singa betina yang siap mengaum ke arahnya setiap saat.

Rainbow [PANWINK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang