2.7 Nausea

4.8K 442 174
                                    

Selamat membaca💕
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jika nanti kamu benar-benar hamil, ayo menikah denganku, Park Jihoon."

Guanlin terdengar sangat serius dengan perkataannya tadi. Bahkan tatapannya kepada Jihoon juga tampak tak main-main. Jihoon awalnya tersentak sedikit, namun setelah itu wajahnya kembali cemberut. Ia kembali sesenggukan.

"Hiks! Mana mungkin kita bisa menikah semudah itu!"
"Kenapa tidak? Mengatur sebuah pernikahan itu tidak sulit, Jihoon-ah. Aku yakin orang tua kita pasti akan menyetujuinya."

Guanlin mencoba menghapus air mata dari pipi Jihoon dengan kedua jemarinya.

"Ish! Bukan masalah itu! Kita ini hanya pura-pura, Guanlin... Hubungan ini akan berakhir setelah Hyungseob sembuh."

"Lagipula, pernikahan itu bukanlah hal yang bisa dipermainkan. Aku hanya ingin menikah dengan orang yang kucintai dan juga mencintaiku, bukan atas dasar uang seperti apa yang terjadi di antara kita."

Air mata Jihoon kembali menetes. Ia sama sekali tidak ingin terjebak lebih jauh lagi dengan Guanlin. Ia hanya ingin hidup tenang setelah semua ini berakhir. Hidup normal tanpa gangguan majikannya yang menyebalkan itu lagi.

Ia bahkan berpikiran untuk mengundurkan diri sebagai asisten Guanlin dan fokus dengan pekerjaannya sebagai staf pemasaran.

Tak masalah untuknya jika harus membayar denda sesuai kontrak yang sudah ia sepakati bersama Guanlin sebagai asisten pribadi lelaki itu.

Ia baru sebentar bekerja untuk Guanlin dan masih punya uang untuk melunasi denda itu menggunakan tabungan yang seharusnya digunakan untuk biaya pengobatan Hyungseob.

Sementara itu, hati Guanlin sebenarnya sakit saat mendengar Jihoon hanya menganggap bahwa pernikahan yang mungkin akan terjadi di antara mereka hanya berlandaskan uang.

Jihoon juga dengan lantang mengatakan bahwa lelaki itu ingin menikah dengan orang yang ia cintai.

Apakah memang sudah tak ada tempat lagi untuk Guanlin di dalam hati Jihoon?

"Baiklah, lebih baik hentikan pembahasan soal ini dan ayo tidur."

Guanlin pun menarik selimut dan langsung berbaring memunggungi Jihoon.

Jihoon tentu saja heran dengan perubahan sikap Guanlin yang tiba-tiba jadi aneh seperti ini. Apa lelaki itu marah? Bukankah harusnya yang marah itu Jihoon?

Bahkan Jihoon adalah pihak yang paling dirugikan di sini karena bisa saja Jihoon hamil di masa depan dan itu bisa mempengaruhi masa depan Jihoon!

Jihoon jadi semakin kesal pada Guanlin dan ikut-ikutan berbaring membelakangi Guanlin sehingga kini keduanya tidur saling membelakangi satu sama lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jihoon terbangun keesokan paginya karena mendengar suara bel kamar yang terus berbunyi berulang kali.

Ketika matanya terbuka, Guanlin terlihat masih tertidur pulas sehingga ia pun segera bangun dan langsung membuka pintu kamar.

"Oh, Hyunbin? Silahkan masuk."

Jihoon membiarkan tamu yang tak lain adalah Hyunbin untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Maaf sudah mengganggu anda pagi-pagi begini, Jihoon-ssi. Sebenarnya saya hanya akan menyampaikan bahwa 1 jam lagi daepyonim harus menghadiri rapat dengan klien dari XDR Corp. di ruang meeting di lantai 2."

"Saya datang ke sini untuk mengingatkan daepyonim karena sejak semalam beliau tidak dapat dihubungi." jelas Hyunbin dengan sangat lengkap.

"Oh benarkah? Kalau begitu saya akan segera membangunkannya dan memintanya mandi karena sekarang Guanlin masih tidur. Terima kasih karena Hyunbin-ssi sudah mengingatkan, bahkan rela datang ke sini pagi-pagi." kata Jihoon sambil tersenyum.

Rainbow [PANWINK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang