1.9 Pain

5.1K 519 141
                                    


Halo semuanyaaaa 😆😆

Makasih banyak ya atas semua dukungan kalian.

Akhirnya aku memutuskan buat tetap ngelanjutin ff ini di wattpad.

Warning! Chapter ini cukup panjang (8k words), jadi persiapin diri kalian ya 😘

So, enjoy this chap 💕

.
.
.
.
.
.
.

Sejak mengantar Hyungseob ke rumah sakit, Woojin sama sekali tidak bicara apapun pada Jihoon. Ia masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Ia merasa takut dan bingung atas apa yang terjadi pada Hyungseob.

Namun hal yang paling mengganjal di hatinya adalah sikap Jihoon. Lelaki manis itu tampak aneh sejak kedatangan Hyungseob di cafe dan Woojin masih tidak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi.

Di sisi lain, Jihoon duduk sambil menangis dalam diam di depan ruang ICU tempat Hyungseob dirawat. Ia sama sekali tidak mengira jika penyakit jantung saudaranya itu akan kambuh karena insiden di cafe tadi.

Beruntung Hyungseob segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan secepatnya sehingga Hyungseob bisa terselamatkan.

Jihoon berulang kali menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Hyungseob. Awalnys Jihoon hanya ingin mempertemukan Hyungseob dengan Woojin di cafe dengan menyuruh Hyungseob datang ke cafe.

Jika sesuai rencana, Jihoon akan meninggalkan cafe tepat ketika Hyungseob datang sehingga Hyungseob bisa berduaan dengan Woojin. Jihoon sesungguhnya juga berencana melepaskan Woojin untuk Hyungseob.

Sayang sekali rencana itu tidak berjalan lancar karena  Hyungseob yang salah paham melihat Woojin sedang memeluknya.

"Jihoon-ah... Hey? Sudah jangan menangis lagi. Aku yakin Hyungseob akan baik-baik saja." Lagi-lagi Woojin memeluknya.

Jihoon menggigit bibirnya, menahan agar ia tidak terisak lebih keras. Jihoon sangat menyukai pelukan dari Woojin, tapi pada saat yang bersamaan, rasa sakit datang dan mengoyak hatinya.

Jihoon ingin bersama Woojin. Ingin sekali bersama Woojin karena bagaimanapun juga Woojin adalah cinta pertamanya.

Tapi kasih sayangnya kepada Hyungseob lebih besar daripada apapun dan Jihoon siap mengorbankan segalanya untuk Hyungseob meskipun itu menyakiti dirinya sendiri.

"Ini semua salahku, hyung." Setetes air mata mengalir di pipi Jihoon
"Tidak Jihoon-ah, jangan menyalahkan dirimu sen-"
"Ini memang salahku, hyung! Aku... Aku yang menyuruh Hyungseob untuk datang ke sana. A-aku yang merencanakan semuanya. Hiks..."

Jihoon pun tak kuasa menahan isakannya.

"Apa maksudmu Jihoon?" Woojin melepaskan rengkuhannya dari tubuh Jihoon dan kini tengah menatapnya penuh tanya.

"Aku hiks.. Aku sengaja menyuruh Hyungseob datang agar dia bisa bersama dengan hyung. Aku berencana untuk pergi saat Hyungseob datang, tapi Hyungseob malah melihat kita berpelukan. Dia pasti salah paham dan akan membenciku. Hyung, aku harus bagaimana?"

Wajah Jihoon yang berlumuran air mata sama sekali tidak menarik perhatian Woojin. Otaknya hanya dipenuhi kenapa dan apa maksud Jihoon melakukan semua itu.

"Kau sengaja menyuruhnya datang saat kita sedang bersama? Jihoon-ah... Apa yang sebenarnya ingin coba kau lakukan? Kau menyuruh Hyungseob datang untuk bertemu denganku dan kau ingin pergi begitu saja? Sebenarnya kau ini kenapa Jihoon-ah? Kenapa kau melakukan itu?"

Kim Woojin yang penuh kasih dan humoris itu kini telah bertransformasi menjadi Kim Woojin yang sama sekali berbeda. Jihokn nyaris tak mengenal sosok Woojin dihadapannya saat ini.

Rainbow [PANWINK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang