1.0 Prologue

9.3K 667 87
                                    


.
.
.

Seorang gadis kecil berjalan pelan mengekori seorang laki-laki tinggi yang berjalan di depannya. Tangannya memeluk erat boneka beruang berwarna putih lusuh favoritnya yang telah menemaninya sejak ia lahir.

Kata sang nenek, boneka itu dibelikan oleh ayahnya. Wajah cantiknya terlihat senang karena memikirkan perkataan neneknya, namun juga nampak sedikit takut saat memandang punggung laki-laki di depannya.

Gadis kecil itu terus melangkah mengikuti sosok laki-laki dihadapannya sambil berpikir keras. Setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya, gadis kecil itu pun mengeluarkan suara pelan dari bibirnya agar laki-laki di hadapannya itu mengetahui keberadaan dirinya.

"Papa..."

Laki-laki itu tersentak mendengar suara pelan yang ia yakini berasal dari arah belakangnya. Ia hanya diam terpaku lalu perlahan-lahan memejamkan matanya seolah menahan rasa lelah dan kesal, sama sekali tak berniat membalas sapaan si gadis kecil yang memanggilnya 'Papa'.

Kedua tangannya mengepal erat. Ia benci situasi ini. Ia sangat benci situasi ini dan sudah menghindarinya selama bertahun-tahun. Mengapa hal yang hindari bertahun-tahun harus terjadi hari ini? Di saat ia benar-benar lelah dan berada di titik dimana ia sangat membenci hidupnya.

"Papa, hiks..."

Si kecil mulai terisak begitu menyadari bahwa laki-laki yang iampanggil 'Papa' itu sama sekali tidak ingin berbalik, bahkan untuk menatapnya.

"Papa, hiks! Jina mau main sama Papa. Jina cuma mau main sebentar. Jina capek di kamar terus."

Gadis cilik yang menyebut dirinya Jina itu mulai mengeluarkan rengekan yang selama ini belum pernah sama sekali ia ungkapkan pada sang ayah. Entah darimana ia mendapatkan keberanian untuk melakukannya kali ini.

Bukan merasa takjub maupun senang selayaknya ayah-ayah lain di luar sana, ayah dari si cantik Jina itu malah tampak terganggu dan langsung membentak Jina tanpa sedikit pun membalik tubuhnya untuk melihat Jina yang semakin terisak.

"Masuk ke kamarmu Oh Jina!" Suara berat laki-laki itu menggema kencang di ruang tengah mansion mewah bernuansa klasik tersebut. Jina tersentak karena begitu terkejut mendengar bentakan ayahnya.
"Huweee...! Kenapa Papa bentak Jina? Papa jahat! Jina benci Papa!"

Jina terisak semakin kencang sebelum berlari menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Seorang perempuan cantik yang melihat kejadian itu pun segera menghampiri ayah Jina dan langsung menegur laki-laki yang kini hanya diam dengan wajah datar.

"Guanlin! Apa yang kau lakukan pada anakmu?! Jina hanya ingin bermain denganmu! Kenapa kau masih terus seperti ini? Kenapa membentaknya seperti itu? Dia masih kecil, Guanlin-ah." Perempuan itu mendengus karena sikap Guanlin yang baginya sangat keterlaluan
"Ibu, maaf, tapi aku sedang tidak ingin berdebat. Aku lelah dan ingin istirahat. Selamat malam."

Guanlin membalik tubuhnya dan meninggalkan perempuan yang ia panggil Ibu tersebut di dalam keheningan.

"Jina hanya ingin dicintai ayahnya sendiri, Guanlin-ah. Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Ini sudah tujuh tahun lamanya."

Rainbow [PANWINK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang