Kim Namjoon telah mati.
Itu yang terjadi saat ini.
Mereka harus menerima kenyaataan yang begitu meluluh lantakan batin mereka.
Belum lagi, kini sudut bibir Seokjin lebam.
Penyebabnya adalah beberapa saat yang lalu kepalan tangan Jungkook menekannya terlalu keras hingga Seokjin hampir terpental.
"Cukup. Jungkook, berhenti." Kekang Jimin yang menahan amarah Jungkook dengan mengaitkan kedua lengan pada bahu.
"Lepas." Jungkook membuka ikatan itu dengan kasar.
"Hei! Tarik ucapanmu itu Kim Seokjin!" Amarah Jungkook kini mulai meluap ke permukaan lagi, nampaknya ia tak bisa terima kata-kata yang Seokjin lontarkan sepersekon lalu.
"Kematian Namjoon bukan salahmu! Camkan itu!"
"Jungkook-ah ... Tenanglah ...." Lagi, Taehyung tak bosan untuk mencoba meredakan amarah Jungkook.
Seokjin hanya terdiam menerima amarah dari adiknya sendiri.
Bodoh. Seperti yang Jimin katakan sebelumnya, Seokjin memang seperti itu. Selalu mengerti keadaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
Pemuda itu lekas berdiri, menegakkan kedua tungkainya dibantu Yoongi yang melingkarkan lengan Seokjin di antara bahu.
Dengan napas yang berat, ia berkata, "A-Aku hanya menyesal karena tak dapat menyelamatkannya ... Kau tahu itu 'kan, Jungkook?"
Jungkook mendecih, seraya menggulirkan bola mata ia terlihat tak puas dengan kalimat yang Seokjin katakan.
"Sudah. Hentikan." Yoongi dengan rasa ngilu di punggung, mencoba menghentikan perdebatan yang entah kapan akan berakhir.
"Bagaimana pun kita harus keluar dari sini, secepatnya dan memakamkan Namjoon dengan layak."
Mereka memejamkan mata sebentar, mencerna apa yang dikatakan Yoongi, dan itu memang benar. Satu-satunya cara ialah pergi dari sini dan memanggil bantuan secepatnya.
"Yoongi benar ... Kita harus terus maju. Demi Namjoon." Ucap Taehyung, seraya melihat perlahan kelima temannya yang masih bertahan.
Seokjin menghela napas perlahan. Bibir tebal semerah buah plum kini terlihat pucat, dengan peluh yang membanjiri dahi ia menatap nanar. Mencoba untuk tak termakan dengan phobia yang tengah dirasa.
Taehyung yang menyadari akan hal itu bersigera menghampirinya, "Jin ... Kau tak apa? Phobiamu kambuh ya? I-Iya kan?" seraya menyentuh pundak dengan lengan kanan yang relatif lebar itu.
Terlihat jelas, bahwa kini Seokjin tengah memerhatikan mayat Namjoon dengan paras yang tak tenang.
"Jin, jangan melihatnya terus ... Kumohon ...."
"Kau harus menjauh dari sini." Ia kemudian menarik Seokjin dari tempatnya berasal, menjauh dari yang lain, seraya menenangkan Seokjin sebisa mungkin.
Taehyung membuka tas yang sedari tadi berada di punggungnya, menyoroti barang bawaan dengan cahaya senter, ia merogoh isi tas tersebut. Terlihatlah sebotol air minum yang hendak Taehyung berikan pada Seokjin.
"Minumlah, jangan memandangi Namjoon seperti itu ... Jangan terus mengingatnya, ya? Itu akan menyakiti dirimu juga Namjoon." Taehyung memberi nasihat, yang ia harapkan hanyalah Seokjin bisa melupakan wujud Namjoon yang saat ini terlihat oleh kedua netra, dan bisa mengendalikan dirinya.
Seokjin melirik sebentar apa yang Taehyung sodorkan, kemudian mengambil dengan pelan meskipun dengan tangan yang gemetar.
Setelah cukup lama ia menatap botol itu, ia dapat mengeluarkan suara. "Te-Terima kasih ... Taehyung-ah ..." Kemudian membuka tutup botol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bold From The Blue
Fanfiction[LENGKAP] Mereka terjebak. Di antara reruntuhan bangunan dengan udara yang kering nan gelap. Bertahan? Oh ... Mereka bisa. Namun, kala malapetaka beruntun itu datang .... Mereka hampir menyerah. Seokjin ingin selamat. Ah ... Tidak. Lebih tepatnya, S...