• A •

1.6K 262 128
                                    

__________

"Kau ingin berdiam diri terus disini?"

"Bagaimana lagi? Jika kita menyusul mereka ... Belum tentu akan bertemu."

Kini, kedua pemuda itu beradu mulut. Satu bersikeras ingin menyusul hyung-nya dan satunya lagi tak ingin jatuh lagi ke dalam lubang yang sama.

Mendengus perlahan, Jungkook berkata, "Ayolah ... Jimin, mereka butuh bantuan. Kau tak mendengar suara-suara itu?"

Jimin memiliki konflik batin antara hati dan otaknya.

Disatu sisi, Jungkook benar ... Apalagi dengan mereka terpisah seperti ini, keadaan justru bukanlah membaik.

Namun, sisi lain ....
Jimin tak ingin meninggalkan Hoseok dengan ego tingginya sendirian, bersikukuh 'tuk diam. Menunggu keajaiban tanpa usaha—pasrah.

Kedua alis Jimin tertekuk, Beberapa kali ia mengusap tengkuknya. Menandakan bahwa kini ia telah gusar. Lalu mengambil langkah; menghampiri Hoseok yang terduduk di sebuah meja pemesanan fast food. "Hoseok ...." Dengan intonasi pelan, ia memanggil, menunduk sesaat sebelum melanjutkan. "Dengar. Aku tahu, aku ini bodoh dan tak berhak untuk mengatakan ini, tapi ...."

Ucapan Jimin terhenti sesaat setelah Hoseok menatap padanya. "Ki-kita harus menemui mereka." Dengan satu helaan napas, akhirnya Jimin mengeluarkan kata yang selama ini ia tahan.

Seperti dugaan Jimin, Hoseok tak menggubris hal yang telah dipaparkan.

"Ah ... Mengapa sangat sulit untuk menurunkan egomu itu?!" Jimin kini agak meninggikan suara, mungkin amarah kini mulai memuncak; tak terbendung, disusul dengan kepala Jungkook yang terangkat—melihat Jimin.

"Aku hanya ingin selamat dari sini! Kau dengar itu Park Jimin?!! Siapa peduli dengan orang lain pada saat seperti ini?!" Balas Hoseok tak kalah tinggi.

Beranjak dari tempat asal, ia memulai kembali sebuah argumen, "Aku ingin hidup! Itu saja. Terlalu beresiko untuk bertindak gegabah seperti Seokjin."

"Dia tidak seperti itu Jung Hoseok, dia hanya ingin menyelamatkan kita semua." Kini, Jungkook angkat bicara. Bukan dengan amarah, ia berkata seperti itu dengan cukup tenang meskipun ada beberapa tekanan dari setiap kata yang terlontar.

Tercetak senyum miring di wajah Hoseok. Untuk kesekian kalinya ia menganggap remeh mereka.

Entahlah ....

Mungkin sifat asli Hoseok yang terkenal ramah dan cerah, tertutup oleh sifat egois dan keinginan yang lebih; membutakan hati Hoseok untuk saat ini.

Sepersekon kemudian, Jungkook beranjak. "Dan Seokjin peduli padamu ... Kau tak pernah berpikir." Melayangkan satu senyuman masam pula, "Ia turun ke bawah sana, mencari jalan keluar ... Mempertaruhkan nyawanya demi dirimu." Dengan langkah tegap, pandangan itu bersejajar dengan Hoseok.

"Dia tidak diam. Tidak menyerah. Tidak pula meninggikan ego-nya. Kau tak menyadari hal itu, Hoseok ...." Jungkook mengatakan dengan nada tegas, pun sama sekali tak mengalihkan pandangan. "Hanya kau yang berhati keras di sini ... Tak memerdulikan kita sebagai temanmu. Kau lupakan semuanya. Apa yang telah merasuki mu? Huh?" Dengan kedua alis menekuk, ia meluapkan semua perasaan yang sedari tadi bergumul di hatinya.

A Bold From The BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang