Clarissa Annisa Adrian
Kini aku ada di flat-nya Niall bersama semua teman-temanku dan juga kakakku. Aku menatap sekeliling, semua sibuk dengan diri mereka masing-masing. Niall dengan komputernya, Harry dengan Alana-nya, Louis dengan iphone-nya, Zayn dan Liam dengan televisi. Karena aku lelah, akupun menyibukan diriku dengan tertidur lelap di sofa tanpa ada yang mengganggu.
Sampai ketika aku mendengar teriakan Niall dari balik komputernya yang membuatku terbangun dari tidurku. Kakakkupun menghampiri Niall mencari tahu apa yang terjadi. Mungkin saja komputernya nge-hang. Mungkin. Setelah berbicara sesuatu yang entah aku tidak tahu, merekapun bergabung dengan kami di ruang tamu dan tidak lama mereka disini, diruang tamu, lampu flat Niall mati. Aku yang terkejut langsung duduk mematung.
" Niall," panggilku, berharap tangan Niall di dekat diriku.
" Ya, diam disana Ca, aku tidak dapat melihatmu," Jawab Niall.
Akupun diam mematung seperti orang bodoh di sofa mengikuti perintah Niall. Sudah 10 menit kurasa, tapi mengapa orang-orang bodoh ini tidak mencari sesuatu yang dapat menjadi sebuah penerangan. Misalkan...ah ya..handphone. Aku merogoh kantong celanaku mencari handphoneku. Ketika kupencat powernya tidak menyala. Shit. Handphoneku mati. Okee, sekarang tidak akan ada sebuah penerangan. Idiot.
Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang memegang bahuku. Aku tersenyum. Namun, lama-kelamaan pegangan itu berubah menjadi remasan yang lama-kelamaan semakin kencang, membuatku meringis.
" Niall, apa kau memegang ku...arrgh, pliss..arrgh..ni-"
Sial. Siapa yang memegang bahuku.
Remasan itu kini sangat kencang membuatku ingin berteriak, jika saja tidak ada tangan lain yang mendekap mulutku dengan slayer yang beraroma aneh, mungkin aku sudah teriak kencang. Aroma slayer itu lama-kelamaan membuatku pusing.
" Ca, Caca...where are you ?"
Terdengar samar-samar suara itu. Itu suara milik Niall. Aku ingin menjawabnya, namun mulutku dibekap dengan slayer dan aromanya makin menusuk. Akupun tidak ingat apa-apa lagi. Semuanya menjadi gelap.
.
.
Bodoh, wanita bodoh
.
.
Kau harus membalas semua ini
.
.
Harus!
.
.
Aku mengerjapkan mataku, suara itu terngiang dikepalaku membuat ku pusing. Dimana aku ? itulah kata-kata yang langsung keluar di pikiranku. Aku menatap sekeliling, aku didalam mobil. Mobil siapa ?. Ketika aku ingin berdiri untuk mencari tahu sesuatu, tahunya tanganku dan kakiku terikat oleh tali yang membuatku tidak dapat terbangun. Oh ya, mulutku ditutup lakban. Hebat. Kini akupun tidak dapat bergerak dan berteriak.
Tidak lama, pintu mobil terbuka. DIsana terlihat sesosok perempuan yang yah mungkin lebih tua beberapa tahun dariku. Ketika dia mendekatkan diri padaku, aku tercekat. Astaga.
"Hai Caca, long time no see."
Astaga
Astaga
Astaga
Oke maaf, aku kaget. Sangat kaget. Karena orang yang dihadapanku itu adalah Amy Henderson.
Bukannya dia sudah mati ? Oh astaga, siapa perempuan ini ? Dia mirip sekali dengan Amy.
.
.
.
Niall James Horan
Pukul 07.30 PM. Itulah angka yang tertera di jam tangan milikku. Kini aku berada di mobilku dengan Harry dan juga Alana. Teman-teman yang lain berada di mobil milik Zayn. Kita mempunyai tujuan yang sama yaitu ke London Eye untuk menyelamatkan Caca. Apa motif penculikan ini sebenarnya.
" Apa menurutmu ini ada sangkut pautnya dengan Am..maksudku Emily grace itu Niall ?" tanya Harry.
" Aku kurang tahu, tapi sepertinya begitu," jawabku.
" Siapa Emily Emily itu ?" tanya Alana.
" Yang meneror Caca," jawab Harry dan Alana hanya ber"o" saja.
" Aku harap Caca tidak kenapa-kenapa," kata Alana.
****
Butuh setengah jam untuk sampai ke London Eye dari flat-ku. Kini kami sudah berada di depan London Eye, di tempat pembelian karcis. Kami mengantre untuk membeli karcis agar bisa masuk ke kawasan London Eye. Setelah beberapa menit mengantre, kamipun dapat karcis dan kami masuk. Pertanyaan yang langsung ada di benakku adalah, bagaimana kita dapat menemukan Caca di London Eye ini tanpa sebuah petunjukpun dari sang penculik.
" Dan..bagaimana cara kita mencari Caca ?" tanya Louis.
" Ya, tidak ada petunjuk," kata Zayn.
" Aku juga tidak tahu," kata Niall.
Drrt....drrrt...drrttt...
Handphone-ku bergetar, aku mengambilnya dan menemukan semuah pesan dari nomor yang tidak kuketahui.
From : +442011488002
To : Me
Naiklah ke kapsul no.3. Just Alone !
Itulah isi pesan itu.
" Aku disuruh naik ke kapsul no.3, tapi hanya sendiri," kataku.
" Naiklah, kami akan mencari cara untuk melindungi kau dan Caca dari apapun itu di kejauhan," kata Liam.
" Ya, naiklah sekarang Ni, jangan buang-buang waktu," kata Alana sambil mendorongku agar pergi.
" Okay, pastikan kalian benar-menar melindungi aku dan Caca," kataku sambil berjalan menjauh.
Harry membuat sebuah simbol silang di dadanya dengan tangan yang mengartikan ' i promise '.
Aku berjalan menjauhi mereka menuju tempat masuk ke kapsul. Setelah berbicara kepada penjaga bahwa aku harus masuk ke kapsul no.3 dengan alasan temanku memintanya, akhirnya sang penjagapun memberhentikan kapsul no.3 di tempat masuk kapsul dan aku memasukinya.
Aku menutup pintunya dan kicir angin inipun bergerak naik ke atas. Didalam sini sepi.
" Hello," kataku.
Tidak ada jawaban
" Helloooo," kataku lagi.
Namun tidak ada jawaban juga.
" c'mon, jangan becanda seperti ini," kataku kesal.
Tidak lama sesosok perempuan muncul dari sudut yang gelap. Perempuan yang berperawakan sama dengan yang dia lihat di internet. Bedanya, dia tidak seperti psikopat. Yah, kelebihan psikopat memang begitu.
" Emily Grace," kataku.
" Hello, Niall. Jadi kau sudah kenal denganku ? bagus," katanya dengan senyuman.
" Dimana Caca," kataku tidak menggubris apa yang dia katakan.
Senyumannya menghilang sebentar. Lalu, diganti dengan senyuman licik dan berkata, " jangan terlau terburu-buru Niall, mari kita bermain dengan santai."
" Apa maksudmu ?" tanyaku bingung.
" Bagaimana jika kita mulai dengan mendengar ceritaku," kata Emily dengan santai seperti tidak ada apa-apa.
Lalu, dia duduk disofa. Dengan tidak sadar aku mengikutinya duduk. Dia tersenyum.
Lalu bercerita....
####
fufufu mau klimax fufufu bentar lagi ending fufu...
KAMU SEDANG MEMBACA
you're the only one (Finished)
FanfictionCaca yang mencoba menghilang dari semua tentang Lelaki yang dahulu dia cintai sangat sia-sia ketika mereka bertemu lagi, dan mereka sadar akan cintanya yang masih besar satu sama lain. Bagaimana kisah mereka selanjutnya ? apakah mereka akan saling m...