About Scholarship

684 14 0
                                    

Sejak Niall pindah ke Irlandia, aku pernah uring-uringan sampai satu bulan karena galau antara kangen, benci, sayang, cinta, males, sedih, marah dan banyak lagi. Aku bisa aja nangis seharian dikamar. Terus besoknya ketawa gakjelas dan seterusnya dengan mood yang berbeda banget. Itu semua cuman Niall loh yang bisa bikin aku begitu, dia hebatyah. Hebat banget malah. Kayak magician yang udah master gitu. Bisa segampangnya ngubah-ngubah mood aku dengan cepat saat dia berada di otakku dan pastinya tetap di hatiku.

Sampai akhirnya satu bulan berlalu, aku masih tetap moody. Melihat keadaanku yang seperti itu Harry pun angkat bicara. Saat itu aku sedang dalam mood sedih yang tingkat super duper dewa di kamar sambil duduk di dekat jendela dan memikirkan sesuatu yang harusnya aku lupakan.

" Caca, seharusnya kau makan di bawah " kata Harry yang tiba-tiba memegang pundakku.

Aku kaget dan menoleh kepadanya dan menjawab " bisakah kau mengetuk terlebih dahulu Styles ".

" apa kau tidak mendengar ? aku sudah hampir sepuluh kali mengetuk pintu kamarmu. Tapi tak ada jawaban, jadi akhirnya aku masuk dan kau sedang disini dengan kegalauanmu. yakan ? " kata Harry yang di kalimat terakhirnya seperti meledekku.

" tidak, umh..maaf itu salahku dan aku sedang tidak galau " jawabku.

" oh ayolah, aku itu kakakmu yang seumur hidupmu di beri kewajiban buat menjaga adikku ini dan aku tahu persis dirimu. Jadi jangan bohong padaku " kata Harry yang mulai serius.

Aku terdiam karena bingung harus menjawab apa. " ya " akhirnya satu kata itu saja yang keluar dari mulutku.

" ya apa ? " tanya harry ayng bingung.

" ya aku sedang...umm..galau " jawabku dengan nada lemas di kata "galau".

" because Horan ? ya pasti karena dia. Kau tahu ? aku tahu sebenarnya Niall masih mencintaimu karena...umm..." kata-katanya tidak dilanjutkan lagi.

" umm...karena apa ? " tanyaku.

" tidak jadi, itu rahasia. Pokoknya intinya adalah, jangan kau terus-terusan dengan sifat moddy-mu yang seperti ini. Kau tahu, Jika Niall disini aku jamin dia tidak akan mau melihat kamu seperti ini. Jika kau masih sayang sama Niall, move on dong. Maksudnya bukan move on dari Niall, tapi dari sifat kamu yang seperti itu. Kau tahu mendingan kamu giatin belajarmu, lupakan kegalauanmu sementara dari Niall, kejar cita-citamu. Kau tahu, jika kamu dapat beasiswa ke luar negeri ataupun London. Kau bisa saja dapat bertemu kembali ke dengan Niall " kata Harry panjang lebar.

" Kau tahu, Mom dan Dad sangat khawatir dengan sifatmu seperti itu. Ca, kembalidong jadi Caca yang aku kenal selama ini. Yang seru, ketawa mulu, jutek, anti galau lagi. Akukan kangen maen bareng-bareng sama kamu " lanjut Harry sambil menyunggingkan senyumnya. Akupun ikut tersenyum melihat itu. " nah gitudong senyum. Yaudah aku keluar dulu yah. umm..dan jangan lupa kata-kataku tadi " kata Harry dan keluar dari kamarku.

Setelah Harry keluar dari kamarku, akupun menimbang-nimbang omongan Harry itu. Ada benarnya jugasih. Tapikan percuma Niall gaada disini dia gak bakal liat aku. Tapi...., kenapa gak aku coba berubah ajayah jadi aku yang dulu. Mungkin itu akan sedikit mengurangi fikiranku dari dia.

*****

Semenjak Harry ngomong seperti itu, akupun mencoba berubah. Meskipun kadang-kadang aku hampir mau give up gara-gara Niall terus menyerang fikiranku. itu sudah lama, sekarang aku bisa move on dong. Buktinya aku naik kelas tiga dengan nilai-nilai yang memuaskan dan aku mendapatkan rangking 1 di kelasku dan peringkat kedua pararel di satu angkatanku. Aku sangat senang sekali dan itu semua karena Harry dan mungkin Niall juga.

Kalian harus tahu kalau aku sekarang kelas tiga, aku senior dan sebentar lagi aku lulus. Harry sudah lulus dan melanjutkan kuliahnya di sini, namun katanya dia lagi nyoba-nyoba ikut test untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Tapi tepatnya aku gatau ke negara mana. Yah semoga saja dia keterima. Karena semenjang Niall pergi ke Irlandia dan Zayn pindah ke London dia kesepian. umm..kesepian dalam artian bahwa sahabatnya sudah jauh-jauh dan tidak bisa bertemu. Aku juga lagi nyari-nyari beasiswa untuk kuliah ke luar negeri, lebih tepatnya nyari beasiswa ke London. Kau tahu, saat Harry bilang jika aku dapat bertemu Niall di London. Jujur saja itu membuat aku terobsesi untuk mendapatkan beasiswa ke sana.

you're the only one (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang