♧ Hour 13 ♧

6.4K 849 18
                                    

Pindah dari pangkuan Taehyung tanpa membangunkannya bukanlah hal sulit, mempertimbangkan betapa keras sekarang ia mendengkur.

Membantunya berbaring di ranjang kecil yang tadi ia persiapkan, aku mengambil selimut dan menyelimutinya.

Berjongkok dan menyingkirkan beberapa helaian rambutnya, aku nyaris mencium pipinya, tapi tidak. Aku tidak bisa. Tidak.

Sangat adiktif. Dorongan untuk menciumnya lebih dari yang kupikirkan. Ingin beranjak dari situ, aku mencoba berdiri yang malah ditarik kembali oleh sebuah cengkeraman di pergelangan tanganku.

"Aish, Tae!" decakku kesal, duduk di sebelahnya sementara ia meletakkan tanganku di dadanya dengan mata masih terpejam.

"Dasar tukang tidur." Aku terkekeh, memandang tampang oh-so-innocent yang terpampang di wajahnya.

Kugumamkan lantunan nada, melihat ke sekitar, berusaha mencari sesuatu yang menarik.

Setelah sekitar dua puluh? Mungkin tiga puluh menit; anak itu bicara.

"Katakan sesuatu!"

Terlalu tiba-tiba hingga aku tersentak, menarik tanganku yang tadi dalam genggamannya.

"Bilang apa?" Aku menatapnya tajam karena menakutiku tadi.

"Tadi kau mengatakan sesuatu," tukasnya, menyingkirkan selimut dari tubuhnya lalu duduk.

"Tidurlah lagi, Tae." Aku menggeleng, berdoa semoga dia tidak mendengar pengakuanku tadi.

"Tidak akan." Ia menyeringai, semakin mendekat padaku seperti yang ia lakukan sejam lalu.

"Aku-" Aku baru mulai bicara namun dipotong olehnya.

"'Kau tidak tahu betapa aku menyukaimu, Tae' apa itu benar?"

"Aku perlu ke toilet." Aku langsung berdiri, berlari ke toilet. Aku sangat malu mendengarnya mengutip kata-kataku. Aku tidak perlu mendengarnya mengatakan apapun lagi, ini, ini sudah cukup.

"Tunggu! Chae!" Ia berteriak, berlari mengejarku.

Aku tidak terkejut ketika ia melingkarkan tangannya di pinggangku dan menarikku ke dadanya. Aku menggeliat, meronta saat ia membawaku ke sudut.

"Lepaskan!" Aku merengek, tidak punya keberanian menghadapi anak ini. Andai saja aku diam dan langsung pergi saat ia tidur tadi.

Tapi tidak. Aku duduk di sana, memberitahunya seberapa aku menyukainya dan terlebih lagi, aku menciumnya!

"Sshh." Ia menyuruhku diam, menyudutkanku di dinding terdekat, memerangkapku dengan kedua tangannya di sisi tubuhku, menekan dahiku dan dadanya hanya beberapa inci dariku. Ia membuatku tidak mungkin kabur.

"Jadi..." Ia mulai dan aku memejamkan mataku. Mengepalkan tanganku, siap meninjunya jika saja ia mengucapkan kata-kata sarkastis.

"Tatap aku." Ia memaksaku dan kuhela napas sebelum menatapnya. Aku cukup berani menciumnya saat tidur, tentu saja aku harus berani menatap wajah-

"Aku juga menyukaimu," gumamnya cepat, napasnya menerpa hidungku sementara ia menggigit bibirnya, tersenyum lebar layaknya orang idiot.

Aku ingin meresponnya tapi suaraku tidak bisa muncul saat itu.

"Sebenarnya, aku menyukaimu sudah ... beberapa tahun. Aku umm ... menyukaimu dan kau juga menyukaiku jadi-" Ia mengendik, memalingkan tatapannya sementara aku tetap memandangnya.

"Jadi?" Alisku terangkat, membuat matanya kembali menatapku.

"Jadi kita-"

Aku berusaha agar tidak tersenyum. Menggigit bagian dalam pipiku, aku menggumamkan 'hm', mendorongnya untuk melanjutkannya..

***

15 September 2018

24 Hours ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang