Berjalan menuruni anak tangga rasanya begitu terbiasa, aku langsung menuju ke arah botol air minum yang seolah berdiri menungguku. Mengambilnya dari lemari pendingin, kututup pintu kaca itu dan menekan botol itu ke pipiku. Rasa sejuknya menenangkan di kulitku.
Kembali menuju ke atas, kumainkan botol itu dengan mengopernya dari tangan yang satu ke tangan lainnya, melompat-lompat seolah aku adalah anak paling bahagia yang justru justru malah membuatku tersandung hingga kakiku terkiilir. Semuanya terjadi begitu cepat, aku tidak punya waktu memproses kalau aku melukai diriku. Aku terjatuh, ringisian terlontar saat kutekan bagian yang terkilir itu.
"Sial," umpatku, berusaha berdiri tapi kembali jatuh. Sakit, tapi aku bukan orang yang menunjukkan rasa sakitku jadi aku melangkah ke atas dengan perlahan-lahan.
"Ini." Kuserahkan botol itu dan dia berdiri untuk meraihnya dariku. Kujatuhkan diriku di sofa, menghela napas lega karena rasa sakitnya berkurang meskipun wajahku tetap tak menunjukkan ekspresi apapun.
Kuperhatikan Taehyung selagi ia menenggak setengah isi dari botol air minum itu dengan satu tegukan besar.
"Kakimu kenapa?" tanyanya, menyampingkan botol itu.
"Ah, terkilir, tapi aku akan baik-baik saja," gumamku.
"Tidak mungkin." Ia bersimpuh dan mengusap kakiku dengan lembut. Rasa sakit itu kembali muncul saat ia menggerakkannya seolah mengujinya. Memukul bahunya, aku berpusaha menarik kakiku namun ia menahannya.
"Maaf." Ia meminta maaf dengan pelan sebelum membantu melurukan kakiku di sofa. Ia duduk dan kakiku berada di pangkuannya yang membuatnya bisa melihatnya dengan jelas. Ia memijat kakiku dan kugigit bibirku ketika terasa sakit. "Kau harus hati-hati saat jalan," ia mengambil jeda, "bodoh."
Aku terkekeh namun langsung meringis saat dua jarinya menekan di titik rasa sakit itu. "Ah." Tanganku memegang kakiku erat, "Jangan ditekan."
Ia mengangguk, menyingkirkan kakiku sehingga ia bisa berdiri dan mengambil sesuatu. "Aku akan segera kembali."
"Hmm," gumamku, melihat ke sekeliling yang sekarang berwarna kuning karena matahari yang bergerak ke peraduannya.
Taehyung menghilang selama beberap waktu dan itu adalah saat ketika ponselnya bergetar di bokongku. Aku harus berhenti meletakkan ponselnya di saku belakang, getarannya terasa aneh. Tahu itu pesan dari Taehyung, aku mengeluarkannya.
Maknae <3 : Hyung!
Aku tersenyum mengetahui Taehyung menyimpan nama Jungkook dengan simbol hati, sangat lucu!
Jari-jariku bergerak di keyboard, berpikir: harus kubalas atau tidak, tapi akhirnya aku meresponnya.
Maknae <3 : V Hyung!
"Yah?" adalah balasan yang kukirim.
Maknae <3 : Apa kau sudah menyatakan perasaan?
"Pada siapa?"
Maknae <3 : Hobi hyung -_-
"Hah?"
Maknae <3 : Kenapa kau sangat bodoh, hyung? Apa kau sudah mengajak Chae berkencan?
Jemariku mencengkeram ponsel itu dengan erat, detak jantungku sangat keras sampai aku bisa mendengarnya di telingaku. Taehyung akan mengajakku berkencan? Apa aku Chae yang mereka bicarakan? Apa dia merasakan apa yang kurasakan atua hanya-
"Maksudmu Chaemin, 'kan? Belum."
Maknae <3 : Kalau aku jadi kau, aku sudah make out dengannya lol
Rona muncul di pipiku saat aku menekan home button. Aku butuh jawaban untuk semua pertanyaan di kepalaku. Aku bahkan tidak tahu apa aku punya pertanyaan karena semuanya sudah sangt jelas. Aku lega karena Taehyung merasakan hal yang sama dan aku hampir ingin bergegas menemuinya dan menyatakan perasaanku, tapi tidak. Aku ingin mendengar apapun yang ia katakan.
"Aku kembali!" Suara bariton yang keras itu menggema.
Aku terkejut, memasukkan ponsel itu ke sakuku. Kali ini aku tidak perlu memaksakan senyum. Senyum itu muncul dengan sendirinya.
Ada senyum lebar yang tercetak di wajahku saat Taehyung kembali ke tempatnya di sofa, kakiku di pangkuannya dan ia mengeluarkan salep dan mengusapknya di kulitku. Jarinnya bergerak pelan dan sensual, matanya fokus dan ia menggigit bibir bawahnya.
Setelah selesai, anak itu memandangku, dan aku tidak bisa menahan sudut bibirku "Berhenti menatapku," katanya, memalingkan wajah.
Rasanya luar biasa bisa memainkan perannya dan dia –peranku. Dia yang malu-malu, sedangkan aku yang percaya diri luar biasa.
"Kau lucu." Aku menyeringai menatapnya dan matanya kembali menatapku.
"Menurutmu begitu?" Sebelah alisnya naik, menekan telapak tangannya di tungkai kakiku dan bergerak naik ke pahaku.
"Brengsek." Kusingkirkan tangannya dan ia tertawa, tawa itu memamerkan seluruh giginya, tanpa mata dan rambut yang bergerak.
Aku ingin membahas topik itu. Aku ingin bertanya padanya apa ada yang ia sukai untuk melihatnya kebingungan namun di saat yang sama aku menahan diri. Aku takut ia tidak akan pernah bilang namun aku harus menunggu.
"Bagaimana kalau nonton film?" tanyaku.
"Nanti," gumamnya, membuat pola di kulitku yang terasa gelli namun terlalu nyaman untuk menghentikannya.
Delapan jam yang lalu, jika ada yang menyuruhku duduk dengan Taehyung, aku akan tertawa dan melakukan high five dengan wajah orang itu tapi yah, lagipula hidup tidak seburuk itu.
* * *
27 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ➳ KTH
FanfictionTERJEMAHAN BAHASA INDONESIA | © SHOOKNAE Chaemin, gadis baik dan cerdas terjebak seharian di dalam sebuah mal bersama Taehyung, pemuda yang sangat ceroboh dan tak senonoh. Kebenciannya pada Taehyung begitu jelas, namun mampukah ia bertahan selama 2...