♧ Hour 16 ♧

7.3K 727 16
                                    

Bibirnya bergerak turun ke tulang selangkaku lalu menghisapnya. Membiarkan jemariku berada di sela-sela rambutnya, aku menariknya dan menggigit lehernya.

"Ch-Chae uh." Ia mendesah, tangannya menjelajah naik turun di tubuhku, menarikku menyentuh miliknya.

Puas dengan tanda yang kubuat di lehernya -yang akan berbekas selama bberapa hari, kubiarkan tanganku turun memegang ujung bajunya. Mengangkatnya sedikit dan menampakkan perut indahnya dengan tato di sisi tubuhnya.

Melepaskan bajunya, tanganku menjelajahi dadanya, merasakan ototnya dan sedikit mengusap tatonya.

Ia menyadari mataku menjelajahi tubuh bagusnya yang setengah telanjang. Kujilat dan gigit bibirku sampai tangannya membebaskan bibir bawahku yang berada di antara gigiku.

"A-aku mendapatkan ini tahun lalu, dan ini," ia menunjuk karakter Jepang di sisi tubuhnya, "setahun sebelumnya."

"Bilangnya nanti saja." Aku tersenyum dan menekan bibirku di lehernya, lidahku menjilatnya seperti jilatan anak kucing.

Taehyung tetap diam dan lemas. Setiap bagian tubuhnya lembut kecuali bagi menonjol yang keras menyentuh paha bagian dalamnya. Aku tidak tahu dari mana datangnya semua keberanian itu saat aku mencium dadanya, berhenti pada pusarnya dan menjilat daerah di sekitar itu secara melingkar.

"God," Taehyung menarik napas begitu berat, matanya terpejam beberapa detik dan kembali terbuka lagi. Dia terlihat begitu berantakan sebelum aku melakukan apapun dan hal itu membuatku gila. Semua fantasiku bersamanya kembali muncul dalam benakku, membuatku merinding saat kenyataan menghantamku. Akhirnya aku bisa merasakannya bersentuhan denganku, di bawahku dan di dalamku.

Sisa-sisa terakhir dari kesadaranku melompat ke luar jendela saat ia bergumam, "Kau akan membunuhku, Chae," dan kusadari bibir bawahnya berada di antara bibirnya.

Mengerang, kuletakkan tanganku di tonjolannya dan menekannya.

"Fuuck." Sebuah desahan panjang lolos dari bibirnya ketika ia meneggakan posisi duduknya, menggigit bibirnya lebih keras.

Aku bergerak, meninggalkan kecupan di pipinya, kemudian bibirku menyentuh rahangnya sebelum menggigit kuping telinganya. "Tae ...."

"Hm?"

Menenggak, "Aku mencintaimu," kuhembuskan napas, mengusap miliknya semakin keras dan kasar. Bukan begini cara mengutarakan penasaran yang kurencanakan tapi ...

"A-khhh Aku lebih mencintaimu." Ia berhasil mengatakan itu sebelum menggerakkan jemarinya ke rambutku, menarikku dan kembali menciumku. Kali ini, lebih lembut dan bergairah.

Menggerakkan tanganku ke dadanya untuk kedua kalinya, aku menyeringai saat melepas kancing celananya dan menurunkan risletingnya perlahan-lahan.

Ia diam sampai tanganku kembali menyentuh miliknya. Aku nyaris menahan napas saat ia memegang pergelangan tanganku dengan cepat dan menarikku kembali.

Aku kembali di pangkuannya, mataku menatap tepat ke matanya selagi ia menarik napas dalam sebelum membasahi bibirnya.

"A-Aku tidak mau melakukan ini, Chae." Ia bergumam dan aku merasa kecewa. Kuhela napas, aku tidak tahu kalau aku menahan air mata yang siap mengucur kapan saja. Tanganku terkulai di sisi tubuhku, kugigit bagian dalam pipiku, menatapnya kosong dengan rasa sakit yang muncul dalam diriku.

***

29 September 2018

24 Hours ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang