♧ Hour 1 ♧

10.1K 1.2K 43
                                    

Suara berdebum yang keras menarikku dari mimpi, kubuka mataku dan duduk. Sekarang, mataku sudah menyesuaikan dengan gelap, jadi aku bisa melihat sekeliling tanpa flashlight.Kutatap ranjang di sebelahku namun kosong. Jantungku berdegup kencang, kuayunkan kakiku beranjak dari ranjang dan berjalan mendapati Taehyung terbaring pada karpet di bawah. Tampaknya ia jatuh dari ranjang, selimut di lantai menutupi salah satu kakinya dan satunya lagi serampangan.

Kuhela napas sebelum menutup wajah dengan tangan. Anak ini benar-benar masalah. Aku segera menghampirinya dan berlutut.

"Taehyung." Aku mengguncang bahunya, tapi sudah jelas dia hibernasi dan tidak bergerak seinci pun.

"TAE! BANGUN KA-"

"Hm..." Ia berbalik, bersandar dengan punggungnya.

"KIM TAEHYUNG!" Aku mengguncangnya sekuat mungkin. Sekuat yang tidak pernah kulakukan untuk mengguncang siapapun atau apapun dan itu kulakukan untuk membangunkannya.

"Jimin sial-" Ia membuka mata malas-malasan sebelum kenyataan menghantamnya. "Oh, Chaemin-ah!" Ia segera duduk dan mengusap matanya. Mungkin saja ia mengira aku adalah teman kamar sekaligus sahabatnya, Jimin.

"Kau jatuh, bodoh. Naik ke tempat tidur." Aku menepuk pundaknya dan ia mengangguk sebelum memberiku senyum kecil dan aku mendapati diriku ikut tersenyum –lebih lebar dari biasanya.

Ia merangkak naik dan aku melakukan hal yang sama. Kami berdua kembali tertidur sebelum sempat berpikr atau mengatakan apapun.

***

_Esok Pagi_

Rasanya sulit bernapas, seolah-olah ada orang meletakkan satu ton berat di paru-paruku, mencegahnya untuk bergerak. Anehnya terasa nyaman, udara hangat menerpa leher dan rahangku sementara kepalaku terasa ringan karena tidur nyenyak dan tak ada alarm membangunkanku. Kubuka mulutku, menarik napas sebelum membuka mataku.

"Astaga!" Aku menahan napas sekaligus terkejut. Dia di ranjangku. Dia tidur di sebelahku! Kaki kanannya bertaut denganku sementara tangannya melingkari pinggangkku dan kepalanya berada di ceruk leherku.

"Taehyung!" Aku menjerit dan mendorongnya menjauh dariku, menyebabkannya jatuh dari tempat tidurku.

"Aw!" Ia meringis mengusap bagian belakang kepalanya, matanya menyipit karena intensitas cahaya matahari yang menerangi ruangan.

"Kenapa kau di tempat tidurku?" Kulempar bantal ke wajahnya, sedikit menunjukkan kekesalanku.

"Wah, wah!" Ia segera menangkap bantal itu dan aku melempar yang lain lagi ke wajahnya. "Berhenti memukulku." Ia terkekeh sebelum duduk di tepi ranjangnya.

"Kau memelukku! How dare you?"

"Aku terus-terusan jatuh dari tempat tidur, Chae."

"Terus? Kau memutuskan menempeliku?" Kulempar benda lain yang bisa kutemukan padanya dan ia berhasil menghindarinya lagi.

"Tidak, aku perlu sesuatu untuk dipegang. Di asrama aku tidur dengan Jimin atau Kookie, tapi di sini ..." Ia mengambil jeda untuk seper sekon detik, "Aku harus tidur di sebelahmu. Aku minta maaf." Ia meminta maaf, cemberut padaku, jemarinya berada di rambutnya yang berantakan.

Sangat menggemaskan bagaimana matanya membulat dan memberimu tatapan polos, memiringkan kepalanya, dan bibir bawahnya dimajukan membuatnya terlihat seperti anak anjing yang baru lahir membuatku memaafkannya.

"Baiklah," gumamku sembari memijat keningku dengan ibu jari dan jari telunjukku.

"Kau yang terbaik!" Ia melompat dan membawaku dalam pelukan. Aku membeku dan membiarkannya memelukku. Sebelum aku bisa protes, ia menarik diri –senyum lebar tercetak di bibirnya.

"A-aku akan sikat gigi, mal ini buka pukul sebelas." Dan kami punya banyak waktu untuk membersihkan diri. Akhirnya aku bisa selamat. Selamat? Yah.

"Aku juga akan sikat gigi," timpalnya dan mengikutiku turun ke bawah di bagian kami bisa mendapatkan perlengkapan mandi. Mengambil dua sikat gigi baru dan sebuah pasta gigi kecil. Aku berjalan ke kamar mandi dan Taehyung mengikutiku dengan patuh membuatku tersenyum. Bagaimana bisa dia menjadi sangat imut namun juga menjadi paling brengsek di kelas?

Setelah menghabiskan beberapa waktu di toilet, memanfaatkan waktu untuk mandi, aku melangkah ke luar.

"Tae!" Aku memanggilnya dan ia berteriak sebegai jawaban dari lantai atas yang kedengaran seperti 'aku di atas sini'?

Berlari ke atas dan melihat ke sekeliling, aku menemukan anak itu berada di bagian makanan.

"Aku mengambil beberapa sarapan untuk kita," katanya singkat dan terus menyisiri rak.

"Taehyung, kau tahu kalau kita harus membayar semua ini, 'kan?" Aku menunjuk ke arah tumpukan bungkus makanan yang sudah menggunung di tangannya.

"Iya!" Suara angkuhnya itu menggema.

Kemudian aku melihat sesuatu yang seharusnya lebih cepat kusadari, "Dari mana kau dapat pakaian itu?"

Ia berganti memakai sweatpants abu-abu dan kaos putih.

"Dari bagian pakaian, memangnya di mana lagi?" Ia tertawa.

Hanya karena orangtuanya kaya, anak ini membuat semuanya mudah.

"Kau juga harus ganti."

"I'm fine, thank you."

***

Secara bersamaan kami bersendawa setelah memakan beberapa makanan instan yang enak dan menenggak dua botol susu.

Ia melakan perenggangan, berdiri. "Apa yang ingin kau lakukan, babe?" Menaikkan sebelah alisnya padaku.

"Aku akan ke bawah, duduk dan menunggu seseorang muncul dan membuka pintu." Aku tersenyum lebar begitu berdiri dan menyingkirkan remahan sereal jagung di bajuku.

"Tidak ada yang akan membuka pintu, Chae." Ia mulai terkekeh dengan suara bariton miliknya yang membuatku bertanya mengapa.

Kusipitkan mataku padanya, "Apa?"

"Hari ini mal akan tetap tutup."

"Apa? Tidak." Aku menggelengkan kepala, "Mal ini bahkan tetap buka saat hari Minggu, Taehyung."

"Iya, tapi sekarang hari libur nasional, sayang." Ia melangkah mendekat, "Semua supermarket, showroom, dan mal termasuk yang satu ini kan tutup hari ini. Tapi toko obat sepertinya tidak termasuk." Ia mengambil langkah lagi sampai tidak ada jarang di antara kami.

Menggunakan jari telunjuknya menyentuh bagian bawah daguku dan membuatku menatap matanya, hembusan napasnya menyentuh wajahku saat ia berbisik, "Hanya ada aku dan kau selama 24 jam ke depan, sayang."

***

23 Juni 2018

24 Hours ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang