"Hei!" Kupeluk teman sekamarku. Berhubung Jin membuatku menginap di apartemennya, baru sekarang aku bisa kembali.
"Di mana pembalutku?" Ia terkekeh.
"Aku- banyak yang terjadi." Kuhela napas, "Biarkan aku masuk dan akan kujelaskan."
Dia memberi jalan dan aku melangkah masuk. Melempar tas tanganku di sofa saat aku turut bersandar.
"Taehyung dan aku-" Aku baru mulai bicara tapi disela.
"-terkurung selama sehari?" Ia terkekeh.
"Bagaimana-"
"Aku juga bagian dari rencana." Ia mengendikkan bahunya, berjalan ke dapur dengan santainya dan mengambil sesuatu dari kulkas.
"Kau ingin pembalut!" Aku melangkah cepat menyusulnya.
"Hobi menelfon," Ia menoleh, "Dia memberitahuku soal Taehyung dan rencana mereka untuk mengurung kalian berdua." Ia menyodorkan sekaleng buttermilk sebelum meminum miliknya sendiri, "Aku mendukung kalian berdua, jadi kupikir yah mengapa tidak."
"Tidak! Kau membantu mereka karena kau menyukai Hoseok." Kuputar bola mataku yang mana membuatnya tersipu.
"Iya, itu juga."
"Aku akan kencan dengan Tae. Aku harus pakai apa?"
"Tunggu," Ia merenung sejenak, "Tolong bantu aku dengan Hobi..." Ia memegang tanganku, "Maksudku, kalian bisa mengurung kami." Ia mengerling.
"Ya ampun, kau serius?"
"Iya."
"Akan kutanyakan nanti pada Taehyung." Kuacak rambutnya dan membuat gadis pendek ini menjerit dan memelukku lebih erat.
---
Sebuah terusan berwarna putih dengan motif bunga, tanpa hak tinggi, sebuah gelang silver di kaki kiriku dan yang senada dengan itu di leherku, serta anting sederhana untuk menghiasi telingaku dan aku sudah siap saat menggerai rambutku.
Kuhabiskan berjam-jam di kamar mandi bercukur, membersihkan diri dan membuat model rambut baru; semuanya sepadan dengan hasilnya.
Aku tersentak saat membuka pintu dan melihat Tae berbalut buttondown shirt berwarna hitam dengan polkadot putih, lengan digulung ke siku dan celana jet black. Butuh usaha membuat rahangku tidak merosot dengan mudahnya karena melihat anak ini begitu sempurna. Bagaimana bisa dia terlihat seperti ini?
"Apa aku keren?" Alisnya terangkat, membuatku berpaling.
"Tidak, biasa saja." Aku melangkah maju, menutup jarak di antara kami, tubuh kami hanya berjarak beberapa inci sebelum kemudian aku mendorongnya.
Saat aku mengunci pintu barulah ia tersadar kalau aku mendekatinya bukan untuk menciumnya.
"Kau tampak luar biasa." Ia melingkarkan tangannya di pinggangku saat aku masih menghadap pintu yang tertutup.
"Begitu?"
"Hmm." Ia meletakkan dagunya di bahuku saat bibirnya mengecup pipiku, lalu meniup telingaku.
"Aish."
"Ayo pergi." Ia menjauh, tersenyum lebar dan sangat bersemangat.
---
"Kupikir kita akan dinner date?" Kuberi dia tatapan bingung saat ia menarikku ke rumahnya.
Sebuah bangunan tinggi yang cantik, dinding tebal berwarna putih, lantai dan pintu kayu, cahaya lampu kuning lembut, membuat semuanya tampak hangat dan nyaman.
Ada pilar-pilar menjulang di ruang tamu, langit-langitnya satu tingkat lebih tinggi dari yang pernah kulihat sejauh ini. Tirai berwarna cokelat dan begitu juga dengan sofa.
"Itu Mama." Taehyung mendadak berhenti, menghadap pada seorang wanita yang duduk nyaman di sofa tunggal.
Aku menyapanya dengan bow dan senyuman. Ia mengangguk sebelum matanya mendarat pada orang di sebelahku.
"Ini Chae." Ia tersenyum lebar seperti anak umur lima tahun yang baru saja mendapatkan permen kesukaannya.
"Hmm." Ibunya mengalihkan pandangannya padaku selama sedetik sebelum kembali pada bukunya.
Perasaan tidak nyaman berkembang dalam sekejap dan aku merasa ditolak. Taehyung melingkarkan tangannya di bahuku, merengkuhku ke arahnya, "Kami akan di atas, Ma."
Tidak ada yang terasa benar. Sikapnya tidak benar dan begitu pula kehadiranku. Tidak banyak yang bisa kulakukan saat menuju ke kamarnya dan ketika dia menutup pintu, ia menyadari kerutan di wajahku.
"Apa semuanya baik-baik saja? Kau tidak suka kamarku?" Ia mengedarkan pandangannya pada kamarnya yang bersih yang tertata rapih.
Aku menggeleng.
"Shin hyung selalu melakukan pekerjaan hebat dalam bersih-bersih, dia pantas mendapat lebih."
"Iya," gumamku sebagai tanggapan, merasa sangat canggung.
"Ada yang salah?" tanyanya.
"Tidak, aku cuma-" Aku memandangnya dan ia tidak tersenyum lagi. "Perutku sakit," dustaku.
Keningnya mengernyit, "Air? Dark chocolate?"
"Air."
---
Makan malam dengan keluarga Kim sangatlah mewah. Ayahnya tampak menyukaiku tepat ketika Taehyung mengenalkanku padanya. Beliau menyapaku dengan senyum lebar, mengusap rambutku sebelum menepuk punggung putranya. Beliau memerlakukanku seperti anaknya sendiri dan membuatku merasa lebih mendingan.
Di sisi lain, Ibu Tae tampak tidak nyaman. Ia tidak terlibat pembicaraan denganku lebih dari dua menit dan itu membuatku tidak nyaman di tempatku selama makan malam itu.
Aku berusaha meyakinkan diriku kalau itu bukan karena beliau tidak menyukainya, beliau pasti mengalami hari buruk atau sedang tidak mood?
Bagaimana pun juga dia Ibu Taehyung, kenapa dia tidak menyukaiku? Dia sangat tahu aku sebagai seorang anak. Aku berusaha –Aku berusaha untuk membuat diriku percaya, sampai aku tidak sengaja mendengarnya bilang, "Antar dia pulang dan jangan membawanya ke rumah lagi."
Perkataannya membuat hatiku hancur. Aku berdiri di depan pintu, meremas bajuku saat Taehyung bicara pada Ibunya di kamarnya.
"Kenapa tidak? Apa-"
"Mama tidak menyukainya," katanya, "Mama atau dia."
Aku membeku mendengarnya, tentu saja dia. Taehyung selalu memilihnya. Beliau ibunya.
Aku bergegas pergi dari sana, memastikan langkahku tidak membuat suara.
Tidak seharusnya aku datang. Ini terlalu cepat. Ini bahkan belum seminggu sejak kami mulai pacaran. Tapi kami saling mengenal sejak kecil. Bukannya itu sudah cukup untuk sekarang? Kenapa beliau tidak bicara padaku, mengenalku dulu sebelum menolak?
Mengusap sudut mataku, tidak mau merusak eyelinerku. Aku menunggu Taehyung muncul.
"I-Ini sudah begitu larut," ucapnya terbata.
"Iya, aku harus pulang." Kupaksakan senyum. Ia hanya mengangguk sebagai tanggapan.
***
21 Oktober 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ➳ KTH
FanfictionTERJEMAHAN BAHASA INDONESIA | © SHOOKNAE Chaemin, gadis baik dan cerdas terjebak seharian di dalam sebuah mal bersama Taehyung, pemuda yang sangat ceroboh dan tak senonoh. Kebenciannya pada Taehyung begitu jelas, namun mampukah ia bertahan selama 2...