♧ Hour 11 ♧

6.5K 874 18
                                    

"Kau mengantuk?"

"Tidak, kau?" Sedikit kumiringkan kepalaku memandangnya dan kulihat ia menggelengkan kepala.

"Membosankan! Kita harus bersenang-senang," cercanya.

"Kalau mau kau bisa menghubungi temanmu," kataku dan menyerahkan ponselnya.

"Tidak! Maksudku kita harus bersenang-senang." Ia menunjuk kami.

"Aku lagi tidak mood."

"Untuk apa?" Alisnya bergerak naik turun menunjukkan seringai.

Aku melengos.

"Ayo main truth or dare!" tukasnya, langsung menatapku.

"Tck, tidak mau." Aku berusaha berdiri tapi ia menarikku kembali duduk di tumpukan bantal.

"Tidak ada kata 'tidak', kau harus main." Ia menyentuh lututku lantas membuatku berhadapan dengannya.

Suasana hatinya yang berubah-ubah sungguh membuatku kesal tapi tak ada yang bisa kulakukan. Aku kembali merasakan perasaan yang sama seperti jam-jam pertama tapi sebagian diriku sedih? Untuk alasan yang tidak diketahui. Mungkin aku tahu tapi tidak mau mengakui kalau aku tidak mungkin punya kesempatan dengan Taehyung.

"Oke, oke," ujarku kesal.

"Truth or dare?" tanyanya.

"Truth."

Ia tertawa mengejek sebelum bilang, "Kau menyukaiku?"

Aku tersedak sementara mataku langsung terbelak mendengar pertanyaan itu.

"Apa?" tanyaku, menenggak sekali, dua kali dan tiga kali berturut-turut.

"Kau menyukaiku?" ulangnya.

"Tidak tahu. Pass!" Menggerakkan tanganku, berpaling sedetik berusaha menurunkan level hormon adrenalin di dalam darahku.

"Haha, iya atau tidak?" Ia terus mencuil pahaku.

"Oke iya!" jawabku seolah itu tidak benar. Taehyung menyeringai sebelum mengatakan 'aku tahu itu' yang justru membuatku menghindari kontak mata dengannya selama sepuluh menit ke depan.

"Truth or dare?" tanyaku.

"Truth." Ia memiringkan kepalanya, senyum congkak tercetak di wajahnya seolah menantangku menanyakan sesuatu yang bisa mengguncangnya.

"Kau menyukaiku?" adalah apa yang ingin kutanyakan, namun aku takut ia mengatakan 'tidak'-terlepas dari mengetahui kalau dia tidak akan melakukannya, menahanku.

"Siapa yang kau suka?" Aku bertanya, membuat pertanyaan yang agak lumrah.

Ia menggigit bibirnya, menaikkan alisnya sebelum mencondongkan tubuhnya, "kau" katanya dengan nada suara paling rendah.

Aku tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun, kaget mendengar jawabannya. Sedikit menduganya tapi; apa ia serius? Atau ia hanya bercan-

"Truth or dare?" Taehyung nyaris berteriak.

"Truth."

"Aish, Chae, kau sangat membosankan." Ia membuat wajah aneh yang membuatku ganti memilih dare.

"Oke, daremu adalah," ia mengambil jeda, menatapku sekali sementara aku menenggak sebelum ia melanjutkan, "duduk di pangkuanku."

"Tidak mau!"

"Kalau begitu kau kalah dan hukumannya bisa lebih buruk dari ini jadi pikirkan baik-baik." Ia menekan bibirnya menjadi satu garis tipis.

Menepuk wajah lalu menghela napas. Berdiri, aku duduk di pangkuannya. Taehyung menegang untuk sedetik, tangannya terkulai di kedua sisi tubuhnya selagi ia menatapku, duduk di pahanya.

"Berhenti menatapku, Taehyung." Memalingkan wajahnya, membuat posisiku tidak secanggung mungkin, juga memastikan kalau bokongku tidak menekan miliknya.

"Truth or dare?" Aku bertanya, memandangnya dengan menoleh lewat bahuku.

"Dare!" Ia berbisik, membuatku menggeliat dan menatapnya tajam.

"Oke, buat aku menyingkir dari pangkuanmu." Aku menyeringai.

"Tidak, itu tidak adil!" protesnya, menempatkan dagunya di bahuku, "daremu tidak boleh berlawan denganku."

"Tidak ada peraturan, Tae. Cepat lakukan!"

Selama beberapa detik ia tidak mengatakan apapun. Ia mungkin memikirkan cara untuk membalasku namun aku taku dia tidak mendapatkannya.

"Bagaimana jika tidak?" gumamnya, melingkarkan lengannya di pinggangku dan menarikku ke dadanya.

Aku diam sementara detak jantungku berpacu dalam sekejap. Terlalu tiba-tiba dan tidak terduga. Aku tidak siap! "Taehyung..." Menggumamkan peringatan tapi yang ada ia semakin mengeratkan tangannya.

"Persetan dengan game. Let's stay like this for a while." Ia menekan hidungnya di area yang berada di sekitar leher dan bahuku.

"Tae, aku-"

"Please..." bisiknya, semakin mendekapku sampai aku menekan tubuhnya, "sebentar saja."

Kudapati diriku meleleh, membiarkan diriku begitu sembari menatap langit gelap dan danau gelap di bawah sana. Aku benci karena menyukai ini tapi aku tidak tahan lagi. Aku membiarkannya melakukan apa yang inginkan. Membiarkannya.

* * *

04 September 2018

24 Hours ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang