♧ Hour 6 ♧

8.2K 977 67
                                    

Menghabiskan sehari bersama dengan pemuda mana pun sangat jauh lebih mudah ketimbang dengan orang yang saat ini berdiri di depanku. Kudorong Taehyung, berjalan ke lantai bawah mengambil camilan lain.

"Kau tidak mau ini?" Ia berteriak, melambaikan bungkusan di tangannya dan aku hanya menggelengkan kepala bergegas turun.

Aku bisa mendengar helaan napas keluar dari bibirnya dan aku tidak peduli. Kuambil bungkusan cemilan lain dan kembali dengan berjalan linglung, membiarkan pikiranku berkelana sampai Taehyung bergegas menghampiriku, kembali mencoba mengambil camilan di tanganku.

Kelihatan kekanakan dan bodoh tapi aku lapar dan aku tidak bisa membiarkan permainan bodohnya lagi. Kucoba menyembunyikan camilan itu di belakangku dan anak itu melompat ke depan seperti serigala lapar yang berusaha memasangnya buruannya. Dadanya menyentuhku saat ia menarikku mendekat berusaha menggapai belakangku. Karena tubuh tinggi dan tanga panjangnya, ia berhasil memegang bungkus camilan itu kurang dari semenit dan aku hanya bisa menggunakan tanganku untuk mengambil kembali apa yang menjadi milikku tapi aku hanya bisa menggenggam udara.

"Hentikan, Taehyung!" Kupukul tangannya saat ia mengambil langkah menjauh, menjatuhkan dirinya di sofa sebelum bilang, "Come and get it, babe." Suaranya terdengar mengejek.

Kupejamkan mataku berusaha menenangkan diriku. Berkali-kali kutekankan pada diriku supaya aku tidak marah pada apapun yang ia lakukan dan aku harus tetap tenang.

Aku berbalik lagi, berjalan turun jauh lebih mudah ketimbang mencium si brengsek yang mencium gadis manapun yang ia temui. "Kau mau ke mana?" tanyanya.

"Mau ambil yang lain," jawabku.

"Aku juga akan merampasnya." Ia terkekeh, "Kau cuma perlu menciumku, Chae."

Kuputar bola mataku, mengabaikannya, berjalan ke bawah dan mengambil camilan lainnya. Aku duduk bersandar pada rak, memakan apa yang perutku inginkan.

Mall ini hening dan suara yang terdengar hanya suara gigiku beradu dengan keripik, mengunyah cokelat kukis dan meneguk soda yang kuambil. Aku merasa bosan tanpa Taehyung, tapi itu adalah hal yang tidak akan pernah kuakui.

Kuremas kaleng  kosong dan bungkus makanan dan selagi berdiri aku juga menyingkirkan remahan kukis dari celanaku, ponselnya bergetar lagi. Mengabaikannya, aku melangkah ke keranjang sampah tapi ponselnya bergetar lagi. Aku tidak ingin mengeluarkan ponselnya tapi justru itu yang kulaukan.

Nerd: Kembali

Nerd: pls

Kujawab dengan, "Bagaimana dengan tidak?"

Ponselnya bergetar lagi,

Nerd: Aku tidak menerima tidak sebagai jawaban

Nerd: If you come upstairs you will be (Mg,Fe2+) 2(Mg,Fe2+)5Si8O22(OH)2

Alisku mengernyit, "Apa itu?"

Nerd: :)))))

Kuputuskan mencari tahunya di Google dan hasil yang ditampilkan membuatku berlari ke atas. Taehyung minta dihajar.

"Kau datang!" Ia terkekeh saat aku sudah berada dalam jarak pandangnya dan aku berlari menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau datang!" Ia terkekeh saat aku sudah berada dalam jarak pandangnya dan aku berlari menghampirinya.

"DASAR SIALAN!" Mendorongnya dari sofa, aku memukul kepalanya sementara ia tertawa memegang kedua pergelangan tanganku dan menarikku ke dadanya, dan untuk kedua kalinya hari ini, aku mendapati diriku berada di atasnya. Kakiku berada di sisi tubuhnya –secara harfiah aku duduk pangkuannya.

"Aku membencimu!" Kupukul dadanya, membuat mataku menyipit memandang anak ini.

"I love you." Ia tersenyum.

"Apa?"

"Bukan apa-apa."

"Tadi kau bilang apa, Tae?"

"Aku tidak bilang apa-apa," elaknya.

"Tidak! Kau bilang-" Terdiam ragu. Apa akan jadi canggung? Mungkin dia tidak mengatakan apa yang kupikirkan.

"Kubilang 'i'll off you'," katanya dengan wajah datar dan kugigit bibirku, tidak percaya padanya

"Jangan gigit bibirmu begitu, itu memancing." Ia menyeringai dan aku menampar pelan pipinya terakhir kali sebelum menyingkir darinya.

"Dasar bebek tidak beradab." Kuhela napas, "Aku tidak yakin bisa bertahan di sini," ujarku, bergeser dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa?" Ia tertawa, suara baritonnya menggema saat ia menoleh padaku.

Kutatap langit-langit, "Because you're being a pain in the ass."

"Itu memberiku pemikiran lain. Pain and ass." Ia tertawa lagi.

"Apa kau bisa berhenti mesum? Sehari ini saja?" Menggeram, aku menoleh padanya, kesal karena candaan bermakna gandanya.

"Kau yakin ingin aku berhenti, Chae?" Ia menggerakkan alisnya naik turun.

"Iya, tolonglah," kataku, menautkan jemariku secara dramatis seolah memohon padanya.

"Cium aku dan aku akan berhenti mesum!" jelasnya.

"Apa-apaan itu, Sialan?" Secara otomatis alisku mengeryit saat aku mengomelinya.

"Umpatanmu itu benar-benar hal kesukaanku," komennya tiba-tiba, terdengar tulus tapi penuh candaan.

Tanpa bisa kucegah pipiku memanas. Bagaimana bisa ia membuatku merasakan banyak hal sekaligus? Perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya? Perasaan yang tidak kuketahui bisa kurasakan?

Dan banyak hal yang ingin kurasakan.

Rasanya seolah aku kembali jatuh padanya. Lupakan. Aku semakin tenggelam dari yang sebelumnya, dan semakin lama aku bicara padanya, memandangnya dan hanya ada di sekitarnya, semakin sulit bagiku membuat perasaaan itu tidak tampak. Aku berusaha menjaga perasaanku karena lagian, ia tidak akan menyukai nerd sepertiku.


* * *


10 Agutus 2018

24 Hours ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang