Masa Depan Pertama

198 20 7
                                    

Ekspresi Zena seperti ketakutan. Tapi, matanya masih terpejam. Lama kelamaan, tangannya bergetar, Zena semakin ketakutan. Cahaya hijaunya ikut bergetar. Dan, akhirnya redup.

Zena membuka matanya dengan cepat. Melepaskan kedua tangannya dari tubuh Lea. Nafasnya terengah-engah. Alexa datang menenangkannya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Alexa. "Ini tidak mungkin, Alexa!" Seru Zena. "Tenang Zena. Tenang oke? Sekarang, pergi ke ruang pikiran bersama Aldo untuk memastikan" ucap Alexa. Zena mengangguk dan menuruti perintah Alexa.

Lea tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Sebenernya tadi Zena ngapain?" Tanya Lea. "Zena itu sedang melihat masa lalu kamu. Dia emang punya kelebihan itu. Kalau misalnya yang dia lihat itu baik, maka kamu bisa mulai melihat masa depan besok" jawab Alexa.

"Kalau yang dilihat Zena itu buruk?"

"Maka kau baru mulai bisa melihat masa depan sekitar satu bulan lagi" jelas Alexa.

"Itu kan waktu yang cukup lama..." ucap Lea. 'Ekspresi Zena saja udah kaya gitu' batinnya.

Dua jam berlalu. Lea diam di kamarnya menunggu Leon.

Cklek! Pintu terbuka.

"Lea, Zena sudah menunggumu di kamarnya" panggil Aldo. "Leon dimana?" Tanya Lea. "Masih latihan" jawabnya. Lea pun berjalan mengikuti Aldo.

Aldo membuka pintu salah satu kamar. Zena sedang duduk di atas tempat tidurnya.

"Lea, kau mulai bisa melihat masa depan besok" ujar Zena. Lea mengernyitkan dahinya.

"Tapi tadi kau seperti ketakutan" ucap Lea. "Sebenarnya aku keheranan dan takjub" kata Zena. "Memangnya apa yang kamu lihat?" Tanya Lea.
"Aku melihat, kemanapun kau pergi, ada serigala yang menemanimu" jawab Zena.

"Sejak kapan aku punya serigala?"

"Ini memang aneh dan selama ini kesatria menganggapnya mitos" gumam Zena. "Katanya, kesatria yang ditemani serigala dalam masa lalunya, maka dia dan pasangannya mempunyai kekuatan yang sangat besar dari alam" jelas Zena.

Mata Lea terbelakak. Dia tidak percaya semua itu.

Pintu kamar Zena terbuka. Leon berjalan menghampiri Lea. Di punggung Leon terdapat sebuah busur panah.

"Ada apa ini?" Tanya Leon. "Hh... tanyain aja Lea. Aku lagi males ngomong" jawab Zena. Leon menatap Lea. "Tapi, bisa ga kalian keluar dulu dari kamarku? Aku mau buka meja hologram soalnya" ujar Zena. Lea dan Leon segera keluar dari kamar Zena.

"Ada apa?" Tanya Leon setelah mereka sampai di ruang inti. "Zena bilang, aku mulai bisa melihat masa depan besok" jawab Lea. "Kata Zena juga, aku sama kamu dapet kekuatan terbesar dari alam" ucap Lea.

Leon menatap Lea yang tiba tiba saja menundukkan kepalanya. "Terus kamu mikirin apa sampai murung gitu?" Tanya Leon. "Ya.. aku takut aja. Gimana kalo aku ga bisa ngendaliin kekuatannya?" Tanya Lea panik. Leon mulai duduk di sampingnya.

"Kan kita belum tau kalau itu benar" ucap Leon.

Semakin memikirkannya, Lea malah semakin murung.

"Kalau bener gimana?" Suaranya pelan. Air matanya menetes. Lea sangat ketakutan. Dia takut menimbulkan masalah hanya gara gara kekuatannya.

"Sudahlah.. apa yang perlu ditakutkan dari itu? Kita hanya perlu terbiasa dengannya" ujar Leon.

Pintu kamar Lea terbuka. "Hei Leon! Disini kamu rupanya. Tidur sana! Udah malem tau" perintah Rio. "Tau darimana malem atau siangnya?" Tanya Leon. "Lampu di dekat tempat tidur. Kalau menyala, artinya itu sudah malam" jawab Rio.

Leon menatap Lea. "Aku pergi ya, cepet tidur ya biar tenang" ucap Leon. Leon berdiri, lalu keluar sambil menutup pintu kamar Lea.

.
.
.
.

Lea sudah tidak memikirkan tentang kekuatan besar yang 'katanya' ia dapatkan. Leon benar. Belum tentu dia dan Leon mendapat kekuatan terbesar itu.

Lea pergi ke ruang inti. Dia ingin bertemu Alexa.

Di ruang inti, Alexa terlihat duduk sambil menekan nekan sesuatu yang ada di meja hologram.

"Alexa" panggil Lea. Alexa menatap Lea dan segera mematikan meja hologramnya. "Ada apa?" Tanya Alexa.

"Aku sudah baca sejarah kesatria. Dulu ada banyak pasangan kesatria. Kok sekarang cuma segini?" Tanya Lea.

"Ooh... itu... kita juga belum ngerti sih. Terus ada satu keanehan lagi. Yang dapet kekuatan elemen itu baru pasangan kita doang. Dulu dulu itu ga ada" jelas Alexa.

"Ngobrolin apa nih? Seru amat" ujar Zena. Dia datang bersama Leon. "Leon udah beres latihannya?" Tanya Lea. Leon mengangguk.

"Yang ditanya Leon doang?" Zena memutar bola matanya. "Eh iya deh.. Zena dari mana aja..." canda Lea. Zena hanya mengucapkan "telat".

"Oh iya Zena, darimana kamu tau kalau aku sama Lea bakalan punya kekuatan terbesar?" Tanya Leon. "Aku kan liat serigala yang selalu menemaninya" jawab Zena.

Tiba-tiba, bola mata Lea berubah menjadi biru. Cahaya putih menghambur ke arah pandangan Lea. Dia melihat kilasan kehancuran dunia. Puing puing bangunan, langit merah darah dengan awan hitam.

Lea melihat kumpulan makhluk aneh 'tryder' gumam Lea. Dia pernah melihatnya di meja hologram. Ada dua yang lebih menonjol daripada yang lainnya.
Yang satu adalah sejenis tryder memegang sebuah pedang sedangkan satunya lagi manusia.
Anehnya, manusia itu tertawa bahagia bersama tryder lainnya.

Lea tidak bisa melihat wajah manusia itu secara jelas.

Cahaya menyusut kembali. Dia melihat Leon, Zena, dan Alexa di depannya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Alexa.

Lea menceritakan semua yang dilihatnya secara detail.

"Tyren lagi. Sepertinya, kehancuran dunia akibat tryder memang benar benar akan terjadi" ujar Zena. Semuanya tampak berpikir.

"Bagaimana cara kita menghalanginya? Apa kita tau dimana tempat para tryder?" Tanya Leon. "Tidak ada yang tau" jawab Nanda dan Rini yang tiba-tiba datang bersama Kevin dan Rio.

"Tapi kita bisa meperkirakannya melalui kekuatan bulan yang kalian miliki" ucap Ryan. Dia berjalan menuju komputernya.

Semua mengerubungi Ryan untuk melihat caranya.

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang