Kekhawatiran

164 17 1
                                    

Lea mengangkat teleponnya

"Halo bu?"
Lea, sepertinya ayah, ibu dan kak Minna akan tinggal dalam waktu yang lama
"Emangnya sampai kapan?"
Kira kira mungkin satu atau dua tahun. Kamu bisa disana sendiri?

Perasaan Lea bercampur aduk. Senang karena akhirnya dia bisa mencoba untuk tinggal sendiri. Tapi dia juga sedih tidak bisa bertemu kakaknya dalam waktu yang lama.

"Bisa kok bu... tenang aja.."
Baguslah. Tenang aja. Ibu bakal kirim uang buat kamu kok..
"Iya bu.. makasih"

Telepon dimatikan. Lea melompat-lompat kegirangan.
Lea berlari masuk ke kamarnya. Dia membereskan perlengkapannya untuk sekolah besok.

Lea!

Seseorang memanggilnya. Lea tau itu pasti..

Ini aku, Azka

Nah kan bener!

Kata Alexa, kamu dan Leon bisa tinggal di Respira setelah kalian ulangan kelulusan
"Bagus! Minggu depan aku ulangan. Tapi minggu depannya dibagikan hasil kelulusan" gumam Lea
Yang penting, segeralah tinggal di Respira secepatnya! Semuanya menunggu kalian

Lea merasa koneksinya dengan Azka terputus. Ada yang hilang setelah Azka bicara seperti itu. Nadanya terdengar seperti sebuah peringatan.

Haah... Lea sedang tidak mau memikirkannya. Yang penting sekarang adalah menyiapkan barang-barangnya untuk besok.
.
.
.
Lea sudah siap untuk berangkat. Leon sudah menunggunya. "Ayo" ajak Leon. Lea mengangguk. Ini kali pertama dia berangkat sekolah bersama Leon.

Mereka hanya perlu jalan kaki menuju sekolah. Itu hanya memakan waktu lima menit. Jaraknya memang dekat.

Lea dan Leon tiba di sekolah. Beberapa murid memandang mereka. Tentu saja. Leon itu termasuk anak populer di sekolah.

Leon mengantar Lea sampai lapangan karena kelas mereka berbeda tempat.

Lea berlari kecil menaiki tangga menuju kelasnya. Sesampainya di depan kelas, dia malah dihadang oleh Tyra.

"Uuuu... baru kenal waktu itu langsung dianter.." sindir Tyra. "Apa sih Tyra.." balas Lea.

"Kamu pacaran dengan Leon?" Tanya Tyra.

Lea langsung bertingkah seperti tersedak sesuatu. "Ya ampun Tyra! Leon itu saudaraku.. saudara jauh.. aku baru tau. Dia juga baru tau" jelas

"Kak Minna menyuruh Leon untuk seperti itu. Kak Minna ikut ortu keluar kota" jawab Lea. "Terus kamu numpang tinggal di rumah Leon?" Tanya Tyra lagi. "Ya engga. Aku tetep di rumah sendiri. Kalau ada apa apa, aku panggil Leon gitu.." jawab Lea.

"Ooh.. yaah.. intinya tolong jangan lupakan sahabatmu ini lah ya"

Lea merasa tidak enak hati setelah mendengar ucapan Tyra tadi. Tyra ada benarnya juga. Biasanya setiap hari libur, mereka selalu bersama. Bermain di taman, menginap, semuanya bersama. Tapi dua hari berturut turut kemarin, mereka tidak melakukannya. Tentu saja. Karena Lea berada di Respira.

Lea juga belakangan ini selalu dengan Leon. Pulang sekolah yang biasanya dengan Tyra, sekarang dia pulang diantar Leon.

Aku akan beritau dia pada saat yang tepat. Pikirnya.

Sepulang sekolah, Lea diantar lagi oleh Leon. Sedangkan Tyra pulang lebih dulu.

"Leon, boleh ga kita kasih tau orang lain tentang ini?" Tanya Lea. "Engga. Ga boleh walaupun itu sahabat kamu" jawab Leon. "Memangnya ada apa?" Leon bertanya balik.

"Aku merasa bersalah pada Tyra. Aku takut Tyra merasa tidak dianggap olehku" ucap Lea. "Itu resikonya Lea..". Mendadak, cahaya putih menghambur ke arahnya.

Ini penglihatan yang sama seperti saat di Respira. Dia sedang melihat masa depan.

Semua yang dilihatnya terlihat sama. Namun di akhir yang berbeda. Awalnya satu manusia, sekarang jadi dua manusia. Itu pastinya wanita. Dia tidak bisa melihat wajahnya.

Cahaya putih kembali menyusut.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Leon. "Masa depan yang sama. Tapi kali ini dua wanita. Bukan satu" jelas Lea. "Musuh kita bertambah" gumam Leon.

Mereka tiba di depan rumah Lea. "Leon, makasih udah anter aku" ucap Lea. "Ya sama sama. Lagian aku anter kamu cuma gara gara disuruh ibumu ko. Kalau engga males ah. Ngapain anter kamu" kata Leon sambil tertawa. "Dasar! Untung sodara" keluh Lea. "Aku pulang ya" lanjut Leon. "Iya". Leon berjalan pulang ke rumahnya.

Lea masuk ke dalam rumahnya. Dia masih memikirkan tentang Tyra. Lea takut sahabatnya itu marah dan memutuskan persahabatan dengannya.

Aku chat aja kali ya?

Lea mengambil handphonenya dan membuka aplikasi message.

Azalea
Tyra... kamu marah sama aku?
Tyra
Engga kok... tenang aja..
Azalea
Habisnya nada kamu kaya yang cemburu gitu
Tyra
Idih ngapain cemburu?
Azalea
Ya kali aja gitu. Kan kamu kalau ngomel paling bawel
Tyra
Hahaha... dasar! Kamu terlalu jujur!
Azalea
Yaa baguslah kalau kamu ga marah. Aku off ya...
Tyra
Yaa..

Nah kan kalau gini enak. Sahabat udah kasih kepastian gitu kan. Jadi ga perlu khawatir dimusuhin deh...

●●●

"Apasih. Dikit dikit sama Leon. Aku dijauhin. Sejak kenal Leon, aku ga pernah diperhatiin"

"Halo"

"Hei! Ka.. kamu siapa?!"

"Kamu benci anak itu bukan? Musuh kita sama. Apa kau mau bekerja sama denganku?"

"Apa untung yang kudapatkan?"

"Semua. Semua yang kamu mau bisa jadi milikmu. Jadi, mulai sekarang, kau akan membantuku"

"Baiklah. Aku setuju"

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang