Kehancuran Dunia

135 12 3
                                    

"Sekarang kita kemana?" Tanya Nanda. "Ryan, menurutmu kita kemana?" Tanya Kevin. "Kita ke Planet Bumi" jawabnya. "Tapi kesana butuh waktu agak lama. Sekitar satu atau dua jam memakai kecepatan paling tinggi. Jaraknya 300 juta kilometer dari sini" jelas Naura. Teknologi disini 300 juta kilometer bisa satu jam. Kalau di bumi mungkin harus berbulan bulan pikir Lea. "Tak masalah. Kita ke Bumi" ucap Ryan.

"Dika, kau mendengarku?"
Ya ada apa?
"Kita ke Planet Bumi"

●●●

"Tuan Tyren, apa sudah saatnya menjalankan rencana di Bumi?" Tanya Zena. "Belum. Kita hancurkan dulu sektor yang lain" jawab Tyren. "Lagipula.. bukannya kita punya Tyra di Bumi?" Tambah Aldo. "Selain itu, mereka pasti berpikir kalau kita akan pergi ke Planet Bumi. Pertama, kita taklukan dulu dunia kristal es." Ujar Tyren. "Kesatria terpilih ada di dalam sana tuan.." kata Zena. "Biarkan saja. Mereka tidak akan bisa keluar dari gua itu".

●●●

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" Tanya Callista. "Benar. Kita tidak bisa hanya duduk diam dan berharap bantuan datang" lanjut Izhar. "Lagipula, kesatria Bulan Bintang juga terperangkap di Respira. Kalaupun mereka sudah bebas, mereka pasti sibuk melawan Tryder yang sangat banyak di luar sana" tambahnya. "Diamlah! Biarkan aku berpikir sebentar!" Seru Ivan. Keadaan pun hening seketika.

Saat keadaan hening itu, perasaan Ivan justru bergemuruh. Apa yang telah kulakukan? Harusnya aku tidak pernah pergi dari Respira. Yang aku perbuat hanya menambah buruk keadaan. Aku menyesal! Sekarang teman temanku mengikutiku. Aku yang membawa mereka kesini. Apa yang harus kulakukan? Kekuatanku tidak bisa menghancurkan batu. Batin Ivan. Dia sangat menyesal terhadap perbuatannya.

"Aku merasakan sesuatu" gumam Lala. "Apa?" Tanya Zir. "Kekuatan kegelapan. Tryder menguasai tempat ini" ucapnya pelan.

"Aku tau!" Seru Ivan. "Apa?" Tanya Callista. "Zir, kamu bisa membuat senjata kan? Callista, kamu juga bisa kan?" Tanya Ivan. "Ya. Lalu?" Zir bertanya balik. "Kenapa kalian gak bikin senjata aja? Jadi kita bisa hancurin batu ini" usul Ivan. "Kenapa gak kepikiran coba?" Callista, bantu aku!" Perintah Zir.

Zir dan Callista membuat senjata seperti meriam. Ukurannya lumayan besar.

"Apa kalian siap?" Tanya Izhar. "Selalu siap!" Jawab mereka. "Tembak sekarang!"

Duar! Tembakan dari senjata itu akhirnya dapat memecah batu besar itu menjadi berkeping keping.

"Ada Tryder di dekat sini" kata Lala. "Baiklah". Untungnya, mereka terperangkap di bagian gua yang cukup dalam sehingga suara ledakan tadi tidak terdengar sampai keluar.

Kelompok Ivan berjalan perlahan lahan. Takut takutnya ada Tryder yang menanti di luar sana. Saat berbelok ke arah kanan, ada dua Tryder yang menjaga pintu keluar gua. Dengan cepat, Zir dan Callista membuat senjata dan menembak kedua Tryder itu secara diam diam.

Mereka mengendap lagi dan saat melihat keluar....

Langit berwarna hitam ungu gelap. Tryder berkeliaran dimana mana. Ada tiga Tryder yang familiar di mata mereka. Siapa lagi kalau bukan Aldo, Zena, dan Tyren.

"Dasar menyebalkan! Aku akan hajar dia!" Gerutu Ivan. Saat hendak keluar dari gua, "Ivan, tenang dulu, apa kau tidak lihat Ratusan Tryder yang berkeliaran itu? Dasar ceroboh" omel Izhar dengan suaranya yang lantang.

Beberapa  Tryder yang mendengarnya langsung melirik ke arah mereka. Lama kelamaan, semua Tryder melirik mereka.

"Sial! Kita ketauan" gumam Zir. "Ooh.. udah bisa bebas ternyata" kata Tyren dari kejauhan. "Maaf aku tak punya waktu untuk bermain main dengan kalian. Tryder! Musnahkan mereka semua!" Perintah Tyren dengan lantang. Seketika, semua Tryder menyerang mereka.

"Ini semua gara gara kamu Izhar!" Seru Ivan sambil menyiapkan kekuatan api nerakanya. "Sudahlah! Bertengkar hanya membuang waktu saja. Kita musnahkan mereka semua!" Kata Callista.

Mereka berpencar menyerang semua Tryder dari arah yang berbeda.

"Kita harus merebut kembali tempat ini dari tangan Tryder!"

●●●

"Kita sampai" kata Naura. Di depan pesawat Naura dan Dika, terdapat sebuah planet biru sumber kehidupan manusia. Tempat apa lagi kalau bukan Bumi?

"Lea, Leon, pergi ke Bumi dan cari tau keadaan disana. Nanti Azka yang hubungi kalian" kata Alexa. Lea dan Leon mengangguk, lalu pergi ke Bumi menggunakan koin portal. Dan sampailah mereka di rumah Lea.

Lea dan Leon pergi keluar rumah.

Langit biru cerah, matahari bersinar indah seperti biasanya. Orang orang beraktivitas seperti biasa dan tidak ada satupun keanehan yang terjadi.

"Ini gak mungkin. Tryder pasti kesini kan?" Tanya Lea. "Ini aneh" gumam Leon.

Kalian! Ada kabar dua dunia di sektor 12 diserang oleh Tryder! Kami akan ke sektor 12. Kalian tetaplah disana untuk berjaga jaga. Azka memberitau Lea dan Leon.

"Lalu aku dan Leon harus apa?" Tanya Lea. Tidak ada respon. "Sepertinya Azka sudah memutus sambungannya" kata Leon. "Yasudah lah. Sekarang kita harus mencari Tyra" ujar Lea. "Lho kok Tyra?" Tanya Leon. "Ya iyalah! Dia kan salah satu kunci masalah ini" jawab Lea. "Yaudah lah gimana kamu aja" kata Leon.

Duuh.. itu serigala dia natap aku tajem amat. Cuma gara gara bikin Lea kesel dikit doang udah kaya gitu. Ngalah aja dah. Daripada serigala penjaga dia marah. Untung serigala dia sejenis dan saling mengenal sama serigala aku. Batin Leon.

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang