11. Jealousy

1.5K 121 40
                                    

Ada rasa berbeda dalam langkah ini, begitu ringan dan menyenangkan tapi juga penuh debaran.

💞


Myung Soo yang semula tak mau bermain piano kemudian gugup saat baru memulainya, kini justru hanyut larut menarikan jemari-jemarinya di atas tuts berwarna hitam dan putih itu. Melodi River Flows in You masih masuk ke dalam daftar musik favoritnya, dulu ia merasa damai tiap kali mendengarkan dan juga memainkan lagu ini namun kini ia merasakan luapan emosi yang berbeda. Ada debaran rasa yang tak dikenalnya berbaur dengan rasa hangat yang menjalari hati juga sebuah kebahagiaan yang ia sendiri tak mampu melukiskannya. Dan emosi semacam itu mulai hadir ketika bayangan So Eun singgah di benaknya, sebuah bayangan yang kemudian ia tahan agar tetap menemaninya selama ia mendentingkan lagu yang juga menjadi kesukaan So Eun itu.

Tepuk tangan meriah diterima Myung Soo sesaat setelah ia selesai, Myung Soo mengucapkan terima kasih seraya sedikit membungkukkan tubuhnya.

“Lihatlah, apa kubilang? Bisa, kan?” Ara menyenggol lengan bagian atas Myung Soo dengan sikutnya dilanjutkan dengan menepuk-nepuk bahu pria itu hingga membuat Myung Soo merasa tidak nyaman.

“Katanya bukan teman dekat?” dahi ibu Myung Soo berkerut.

“Pria itu teman Ara, ya?”

“Wah, Ara tidak pernah bilang punya teman setampan itu, apa dia menyembunyikannya agar bisa dinikmati sendiri?”

Amarah So Eun semakin menjadi saat melihat tingkah Ara dan juga mendengar racauan tersebut, dengan setengah berteriak ia pun memanggil Myung Soo.

Oppa…” So Eun berusaha tersenyum.

Wanita-wanita yang meracau tadi segera menoleh pada So Eun dengan tatapan heran sedangkan Ara tiba-tiba menjadi kaku. Sementara Myung Soo segera bangkit dari duduknya setelah mendengar suara So Eun yang memanggilnya.

“Kau baru tiba? Kenapa lama?” tanya Myung Soo setelah ada di hadapan So Eun. “Jangan katakan kau menangis.”

“Aku memang menangis.”

“So Eun….”

“Tadi aku mengobrol dengan salah satu perawat di sini yang sedang menggendong anak yang belum genap setahun usianya.”

“Bukan karena pernikahan dokter itu?”

“Untuk apa aku menangisi pernikahannya?”

Myung Soo bernapas lega. “Aku salah sangka.”

“Kalaupun aku menangis karenanya, bukan karena pernikahan itu tapi karena teringat luka yang pernah ditorehkannya. Tapi aku harus berusaha menyembuhkan luka itu, kan?”

Myung Soo mengangguk, ia lalu menggandeng So Eun menuju sebuah kursi. “Kita duduk di sana.”

Oppa tidak pernah mengatakan kalau bisa bermain piano.”

“Aku tidak mahir.”

“Tapi tadi bagus juga.”

“Tidak ada apa-apanya dibanding Yiruma.”

“Kenapa harus dibandingkan dengan profesional? Oppa ini kenapa rendah diri? Apakah Oppa tahu kalau banyak yang memujimu? Menjengkelkan.”

Ibu Myung Soo menghampiri lalu duduk dan menghela napas. “Aigoo, para wanita itu kenapa mengeroyokku dengan beragam pertanyaan,” keluhnya.

Eommonim, ada apa?”

“Mereka menanyakan soal Myung Soo, di satu sisi aku bangga ternyata putraku yang sangat pemalu ini bisa juga menampilkan sesuatu yang membuat orang kagum. Tapi efeknya mereka jadi ingin lebih tahu tentangnya.”

My Marriage, My Adventure [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang