15. Lost

1.8K 136 79
                                    

Ternyata dibutuhkan kekuatan hati yang lebih besar untuk meniti langkah meski cinta telah utuh berpadu

💞

Mata itu kini berair lagi dan diikuti sebuah pertanyaan yang membuat kedua alis Myung Soo bertaut. Lagi, istrinya itu menunjukkan rapuhnya yang membuat satu sisi hati Myung Soo berkabut. 

“Orang jahat mana yang sebentar-sebentar menangis?” lembut, baik tatapan maupun nada bicara Myung Soo. Diselipkannya helai-helai rambut So Eun yang sedikit berantakan ke belakang telinga seraya memberikan senyumnya yang paling menawan.

Perlahan So Eun pun ikut tersenyum. “Kenapa senyum Oppa manis sekali?”

“Apa senyum manisku bisa mengalihkan sedihmu?”

So Eun tertawa pelan. “Tentu bisa, hanya saja saat ini perasaanku sangat tak menentu.”

Myung Soo membawa seluruh tubuhnya ke atas tempat tidur, ia duduk di samping So Eun dan menarik So Eun agar bersandar padanya. “Perasaan tak menentu sampai mempertanyakan apakah dirimu jahat. Apa yang terjadi?”

“Selama ini aku hanya berfokus pada luka, pada mereka yang kuberi label pengkhianat tanpa menilai diriku sendiri. Aku selalu menjadikan diriku korban hingga aku merasa benar sendiri dengan sikap angkuh yang kubangun demi menjaga jarak dengan orang-orang disekitarku. Aku tak lagi bisa melihat dan merasakan ketulusan orang lain. Dan yang dikenal oleh orang lain dari diriku adalah bahwasannya seorang Kim So Eun itu wanita keras kepala, arogan, ketus dan temperamen. Bagiku tak masalah dinilai seperti itu, kupikir itu bisa mengurangi orang yang berniat ingin dekat denganku.”

“Tapi aku tak menangkap semua kesan itu, kecuali keras kepalanya. apalagi saat kau ribut dengan Eun Ji,” timpal Myung Soo.

“Aku tak tahu kenapa sikapku pada Oppa berbeda, bahkan sejak awal.”

“Kau itu mudah menangis, semudah berubahnya suasana hatimu. Dan sekarang aku juga menyadari betapa manjanya seorang Kim So Eun, wanita itu suka sekali merajuk.” Myung Soo membisikkan kalimat terakhir lalu mengecup pucuk kepala So Eun.

“Itulah diriku yang sebenarnya, tapi kenapa hanya sisi jeleknya saja, ya?”

“Kau punya banyak kelebihan, hanya saja aku tak akan menyebutkannya nanti kau besar kepala.”

Oppa…”

Mereka berdua tertawa, memberikan efek pada suasana hati So Eun namun kegundahannya belum sempurna beranjak.

“Tapi Oppa, tetap saja karena aku merasa benar sendiri aku seperti mengacuhkan orang-orang yang sebenarnya tulus padaku.”

“So Eun, jujurlah, apa orang-orang yang kau maksud itu sebenarnya adalah Won Geun?”

So Eun menegakkan posisi duduknya agar bisa menatap pada Myung Soo. “Apakah Oppa akan marah jika kujawab iya?”

“Kenapa harus marah? Aku senang sejak hari di mana kau mau jujur padaku dan kuharap kau bisa seterusnya seperti itu.”

Oppa, maaf jika hal ini membuatmu tersinggung, padahal aku sudah meminta padamu untuk mengenyahkan ungkapan cinta Won Geun dari pikiranku dan Oppa memenuhinya. Tapi kini aku justru jadi memikirkan semua sikap baiknya padaku selama ini. Aku merasa jahat, bukan saja karena tak punya perasaan yang sama terhadapnya tapi kata pengkhianat yang ditujukannya padaku menyadarkanku bahwasannya aku telah menyakiti hatinya.”

Hati Myung Soo mencelos, merasa ini baru permulaan saja Won Geun menjadi duri dan entah sampai kapan pria itu akan mengusik pernikahannya dengan So Eun. Myung Soo sadar ia bukanlah pria sempurna, rasa marah dan kesal bisa dengan mudahnya hadir namun Myung Soo berupaya maksimal mengendalikannya karena ia tak ingin sembarangan melampiaskan terlebih yang ada di hadapannya adalah So Eun. 

My Marriage, My Adventure [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang