Seperti langkah yang pincang, jika pernikahan yang telah terwujud hanya dihargai oleh satu pihak saja.
"Annyeonghaseyo."
Sebuah suara lembut keluar dari bibir seorang gadis cantik bermata indah dengan perawakan kecil. Surai kecoklatannya yang bergelombang di biarkan terurai rapi menyentuh pundaknya. Menggunakan dress polos berlengan pendek berwarna peach membuatnya terlihat imut dan elegan di saat bersamaan.
Myung Soo menatap gadis itu lalu menyambut sapaannya disertai anggukan. "Anyeonghaseyo, Kim So Eun-ssi, duduklah."
Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah sebelumnya bertemu didampingi oleh orang tua masing-masing.
"Apa kabar?" ucap mereka bersamaan yang membuat keduanya terkekeh.
"Bagaimana keputusanmu setelah pertemuan kita satu minggu lalu?" tanya Myung Soo tanpa basa basi lagi.
"Apa kita berhak memutuskan?" So Eun balik bertanya.
"Kim So Eun-ssi, kau percaya kalau keputusan mutlak ada di tangan orang tua kita?"
"Aku tak yakin, karena mereka juga menyarankan kita untuk bertemu hanya berdua," jawab So Eun.
"Mungkin mereka memberi kesempatan untuk kita saling mengenal, mengenai keputusan akhir..."
"Bagaimana pandanganmu terhadap pernikahan?" potong So Eun.
"Eh?"
"Aku ingin tahu, jujur aku belum bisa yakin untuk memenuhi permintaan orang tuaku." So Eun menjawab keheranan Myung Soo.
Myung Soo menyandarkan tubuhnya, di pertemuan pertama mereka tak banyak bertukar kata. Itu adalah awal pertemuan dan percakapan banyak didominasi oleh para orang tua. Tapi mereka sepakat untuk bertemu berdua saja atas saran orang tua dan Myung Soo berniat untuk berbicara berbagai hal penting tentang perjodohan mereka karena ia sendiri pun sama, belum punya keputusan mantap.
"Baiklah, kurasa ada baiknya kita berbagi pandangan." Myung Soo kembali menegakkan tubuhnya, "Pernikahan bagiku merupakan sebuah fase kehidupan yang membutuhkan keberanian."
Myung Soo membetulkan kaca matanya. "Ada banyak proses penyatuan beragam perbedaan, dan aku tak tahu apakah aku seberani itu."
"Terdengar seperti takut akan pernikahan?" selidik So Eun.
"Bukan takut, hanya saja konsekuensi dari sebuah janji yang diucapkan di hadapan Tuhan nampak seperti sesuatu yang sangat berat."
"Bagiku tetap saja itu rasa takut, kau takut tak bisa melaksanakan konsekuensi dari janji yang kau ucapkan?"
"Karena itu bukanlah sembarang janji, pernikahan bukan sesuatu yang bisa dipermainkan," tegas Myung Soo.
"Itulah kenapa kau belum menikah?"
"Bisa jadi, lagipula aku ... aku orang yang kaku." Myung Soo sedikit menundukkan kepala.
"Ah, aku mengerti," gumam So Eun pelan seraya menatap lekat pada Myung Soo. "jelas sekali kekakuannya."
"Kau sendiri, apa arti pernikahan untukmu?" Myung Soo tiba-tiba sudah mengangkat kembali kepalanya hingga membuat So Eun sontak membuang muka agar tatapan mereka tak bertemu.
So Eun berdehem kecil sebelum menjawab. "Pernikahan ... bagiku merupakan sebuah ikatan yang sangat berarti. Mungkin karena itulah aku belum menikah sampai sekarang."
"Apakah ikatan itu harus dengan orang yang kau cintai dan juga mencintaimu?"
"Itulah yang kuyakini selama ini, masalahnya aku sendiri tak mengerti apa itu cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Marriage, My Adventure [Completed]
FanficDua insan dengan kepribadian bertolak belakang di satukan dalam pernikahan yang diatur. mereka tak saling mengenal sebelumnya, lantas mau dan mampukah mereka berjuang untuk mewujudkan pernikahan yang sesungguhnya? Fanfic Kim Myung Soo💝Kim So Eun