14. Mine

1.9K 137 59
                                    

Kujadikan kau milikku seutuhnya

💞


Myung Soo melangkah keluar dari lift, dilepaskannya kedua tangan Won Geun yang ada di pundak So Eun. Pria itu tak melawan, ia justru mundur perlahan. Rautnya bercampur antara terkejut dan kikuk karena tak menyangka Myung Soo akan muncul di saat ia mengungkapkan perasaannya pada So Eun.

So Eun tak kalah terkejut, apalagi sejak pengakuan Won Geun dirinya seolah kehilangan orientasi tempat dan waktu. Saat Myung Soo melepaskan tangan Won Geun dari pundaknya barulah So Eun tersadar dengan apa yang baru saja terjadi.

"Oppa..." gumam So Eun.

Namun Myung Soo tak berucap apapun. pria itu kini sibuk mengambil beberapa kantong belanjaan, So Eun mengambil juga sebagian karena tak mungkin Myung Soo dapat membawa semuanya. Sebelum mengikuti Myung Soo ke dalam lift, So Eun menatap sekilas pada Won Geun memberikan tatapan -kita harus bicara nanti- lalu ia pun bergegas masuk ke dalam lift bersama Myung Soo yang tetap hening.

Sesampainya di dalam apartemen, Myung Soo meletakkan semua bawaannya di atas counter, ia periksa isinya dan yang berupa bahan-bahan makanan juga kebutuhan dapur lainnya langsung ia bereskan seolah tak ingin membuang waktu. Diabaikannya suara So Eun yang memanggilnya hingga wanita itu akhirnya masuk ke dalam kamar.

Myung Soo menenangkan perasaannya yang bergejolak, hening dirinya sejak tadi adalah upayanya menahan amarah namun ia merasa harus melampiaskan kemarahan tersebut. Myung Soo masuk ke dalam kamar di mana pianonya berada, lewat tuts piano itulah Myung Soo tumpahkan segala emosinya. Melodi Hana's Eye dari Maksim dipilih olehnya begitu saja, dimainkan dengan tempo cepat seolah mewakili emosi yang sedang merayapinya saat itu. Ia terus bermain hingga emosinya tertuang sempurna.

"Pria itu benar-benar tak menghargaiku, padahal aku sudah sudah cukup jelas menyampaikan."

Setelah Myung Soo mengakhiri permainan pianonya, ia pun keluar dari ruangan piano dan langsung menuju kamarnya. Di sana tampak So Eun sedang duduk bersandar memeluk kedua kakinya, isakan sangat jelas terdengar. Perasaan Myung Soo selepas bermain piano tadi sudah kembali tenang, karenanya ia pun siap untuk berhadapan dengan So Eun. Dengan langkah perlahan namun pasti Myung Soo kian mendekati istrinya itu, ikut naik ke atas tempat tidur dan diusapnya wajah So Eun yang sudah sangat basah oleh air mata.

"Aku...tak tahu dia datang, aku...hiks...bahkan tak pernah...Aku...hiks...tak pernah memberitahu di mana aku tinggal." ucapan So Eun terpatah-patah karena ia menangis cukup lama. "Aku...tidak..."

Myung Soo memeluk So Eun, ia tak membiarkan So Eun untuk terus bicara. Myung Soo tahu So Eun ingin menjelaskan semuanya agar dirinya tak salah paham, namun ia tak butuh penjelasan apapun karena Myung Soo percaya pada So Eun. Diamnya Myung Soo sejak tadi bukan karena marah pada So Eun tapi pada pria itu, Myung Soo tak ingin melampiaskannya pada So Eun karena itulah ia memilh menenangkan perasaannya terlebih dahulu sebelum berhadapan dan berbicara kembali pada So Eun.

"Aku percaya padamu, kau tenanglah dulu."

"Oppa tadi mengabaikanku."

"Karena aku tak ingin melampiaskan kemarahanku padamu. Maaf, hal itu justru membuatmu menangis."

"Aku takut Oppa akan menyalahkanku, Oppa mendengar jelas apa yang dia katakan, bukan?"

"Tapi aku sudah mendengar sebagian ceritamu, luka hatimu dan ketakutanmu membangun sebuah hubungan juga memberi kepercayaan pada orang lain. Aku lebih memilih untuk percaya padamu."

"Dia menyebutku pengkhianat, aku takut Oppa berpikir kalau kami memiliki sebuah hubungan lebih dari pertemanan."

"Jika memang seperti itu, apa dia akan diam saja selama ini dan baru sekarang beraksi? Saat di restoran, dia tak melawanku dan tadi dia pun mundur. Sangat jelas kalau dirinya sadar bahwasannya dia tak punya hak apapun atas dirimu selain pertemanan. Hanya saja aku marah, kenapa dia harus melewati batas? Dia sama sekali tidak menghargaiku."

My Marriage, My Adventure [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang