Chapter 4: Welcome, Lena

627 43 1
                                    

Chapter 4

Aku menjerit.

            Dan benar-benar menjerit kurasa, begitu keras dan mengganggu sampai-sampai kedua pasangan itu langsung meloncat kaget dan menutup telinga mereka. Si cewek langsung meraih kausnya dan mengenakannya sedangkan si cowok masih dengan jeansnya tetapi tanpa atasan. Baru kali ini aku melihat adegan seperti tadi. Bahkan, meskipun aku dan Alex pacaran nyaris tiga tahun, kami belum pernah melakukan hal yang namanya hubungan ranjang. Hanya sebatas pelukan dan ciuman di bibir.

            Si cowok bangkit dan menatapku kesal. Tetapi hal itu malah membuatku tertegun nyaris terkisap.

            Dia begitu menyerupai Alex. Alex-ku yang dulu.

            “Can’t you just shut the fuck off?” katanya mengerutkan dahi, kemudian menoleh ke si cewek. “Teman sekamarmu nyaris membuatku tuli.”

            Apa katanya? Aku membelalak. “kau! Kau yang seharusnya tidak berbuat seperti itu! Apa-apaan, ini flatku dan jangan seenaknya bercumbu mesra seperti tadi! tidak di hadapanku!”

            Dia menghela nyaris meremehkan sebelum akhirnya mengenakan kausnya dan keluar. “Urus dia, Lau.”

            Cowok itu keluar dengan membanting pintu yang langsung membuatku terlonjak kaget. Wajahku merah entah karena marah atau malu melihat hal seperti itu. Dan setelah itu aku kontan tersadar si cewek tadi masih disini. Dengan wajah masih setengah shock, aku menoleh dan mendapati si cewek yang dipanggil Lau tadi mengenakan celana tidurnya dan tersenyum meminta maaf. “Um, maaf soal kejadian tadi.” ia meringis. “Sumpah, aku tidak tahu kau sudah tiba. Kukira kamar ini masih kosong.”

            Yah. Setidaknya dia tidak sekasar cowok tadi.

            “Uh, yah tidak apa-apa. Aku juga minta maaf.” Kataku bangkit. “Yah karena telah mengacaukan hal tadi, yah— aku tidak biasanya teriak begitu tapi pacarmu tadi menjengkelkan.”

            “Oh Alex bukan pacarku.” Bantahnya tertawa. Tetapi justru itu membuat perutku nyaris seperti ditonjok. Apa katanya?

            Alex?

            Aku merasa akan muntah. “Namanya Alex?” tanyaku berusaha agar aku tidak jatuh.

            “Yeah. Alex Christensen, kau tahu dia?”

            “Tidak.” Kataku cepat-cepat. Namanya Alex dan mereka begitu mirip. Benar-benar mirip. Bentuk wajahnya, rambutnya yang sewarna mahkota musim gugur, dan matanya— tidak tunggu. Mata Alex yang ini hitam dan bukannya coklat. Aku bisa yakin. Ya, benar. Lagipula, Alex pacarku adalah Alex-ku yang dulu benar kan? meskipun wajahnya berbeda.

            Tidak mungkin ada kebetulan seperti itu. Aku yakin. Tenang, Len. Dia hanya salah satu dari seribu orang yang mempunyai nama Alex.

            “Ada yang salah?” Lau menatapku khawatir. “Kau masih shock ya?”

            Aku berusaha menggeleng. “Yah, aku akan baik-baik saja.”

            “Um oke.” Dia kembali duduk di mejanya. “Well, aku tahu ini awkward, maaf. Omong-omong aku Laura Welsh.” Laura tersenyum mengulurkan tangannya.

            “Lena Gray.” Aku menyambutnya.

            “Oke Lena. Sekali lagi maaf untuk kejadian tadi.” Lau meringis, menyibakkan rambut pirangnya. “Yah, tapi tenang saja itu tidak akan terjadi lagi. Sumpah, ini terakhir kalinya aku dan Alex melakukan ini.”

            “Melakukan ini di hadapanku?” tanyaku bingung.

            Laura tertawa dan turun ke tempat tidurnya, melompat dan meraih selimut. “Tidak, maksudku aku tidak akan melakukannya lagi dengan Alex lagipula. Kau tahu, ini hanya percobaan jangan khawatir. Aku punya pacar dan kami jarang melakukan hubungan seperti itu di flatku.”

            Apa katanya? Dia punya pacar dan melakukan ini dengan Alex? Kalau Alex-ku sendiri aku bahkan tidak bisa membayangkannya jika ia mendapati aku selingkuh. Hal yang takkan pernah terjadi. “Maksudmu— pacar? Bagaimana bisa?”

            “Tentu saja bisa.” Ia tertawa. “David tahu kami hanya sebatas yah kau tahu— friend with benefits. Dia sendiri juga punya, jadi kami tidak masalah.”

            “Friend with benefits?” aku mengulang, membelalakkan mata tidak percaya. “Itu ada? Maksudku, itu benar-benar terjadi?”

            Laura tertawa lagi. “Yeah, Alex tidak berpacaran, tidak jatuh cinta. Tidak dengan siapapun. Tetapi dia berkencan dengan banyak siswi disini. Yah, seperti itulah— Friend with benefits.” Dia masih tertawa sampai akhirnya menatapku kaget. “Tunggu, jangan bilang kau tidak tahu hal seperti ini?”

            Aku tahu friend with benefits, tapi aku tidak tahu hal tersebut benar-benar nyata dan tidak ingin tahu. Aku adalah Halena Gray, gadis baik-baik yang mempunyai pacar yang sama baiknya. Alex pacarku itu gentleman, dia tidak punya selingan atau apalah itu. Dan dia juga bukan cowok playboy kasar seperti Alex Christensen. Lantas aku menggeleng, bagaimana bisa aku membandingkan Alex-ku dengan Alex ini? “Tidak.” Aku menggeleng polos. “Tidak pernah lihat hal ini sebelumnya.”

            Dan nampaknya kata-kataku berhasil membuat Laura terkejut karena lantas ia menganga membentuk o, dan menatapku tidak percaya. Tetapi lantas bibirnya mengatup membentuk seringai nakal. “Oh well, kalau begitu kau harus membiasakan diri.” Ia melompat bangkit, berlutut di ranjangnya. “Selamat datang di CAU!”

{Heart String}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang