Chapter 22
Seperti yang sudah direncanakan, beberapa hari kemudian kami berlibur ke Beach City. Oke, jika semua orang di dunia ini mengekspektasikanku untuk kaget, mereka berhasil. Aku benar-benar kaget ketika Laura memberitahu bahwa kami akan pergi ke Beach City. Oke, Beach City memang merupakan tempat favorit untuk wisata di Atlanta, jadi seharusnya aku tidak perlu sekaget ini. Tapi aku tidak salah juga sih untuk kaget mengingat yang pertama, Alex Christensen punya lukisan teluk rahasia kami di Beach City, kedua mereka benar-benar mirip, ketiga Laura mengatakan mereka sering berlibur kesana setiap tahunnya. Maksudku, hey! Ini Atlanta dan Atlanta punya sejuta pantai selain Beach City yang bisa dikunjungi.
Oh yah, lupakan saja karena aku disini bersama Alex Jackson-ku dan dia sama sekali tidak keberatan kami berlibur disini. Bahkan dia tampak senang. Dia membawa bola voli dan marshmallow untuk dibakar. Ya Ampun. Aku lebih baik mati ditelan ombak daripada membiarkan Alex melihat bagaimana liarnya teman-temanku nanti. Karenanya aku memutuskan untuk memisahkan diri dengan Alex Jacksonku. Kami bahkan berangkat sendiri.
“Itu penginapannya.” Kataku sambil membenarkan sunglasses-ku. Aku menyipitkan mata menatap peta sebelum akhirnya kembali menatap palangnya. “Rosemary & Kate benar kan?”
“Yap.” Kata Alex Jackson memarkir mobilnya di halaman penginapan tersebut. Tempatnya indah dan berada diatas tebing pendek sehingga mobil kami harus menanjak. Dari halamannya pun aku bisa melihat pasir putih dibawah tebing dengan debur ombak yang berkilauan. Di barat sana, tampak hiruk pikuk teluk utama Beach City― kota pantai yang gemerlap layaknya bintang di darat ketika malam karena wahana-wahananya yang dipenuhi cahaya. Lamunanku tersadar ketika mendengar Alex menutup pintu mobilnya, mengangkat koper kecil untuk kami. Dia melayangkan pandangannya menatapku. “Dimana teman-temanmu?”
Oh yah teman. Kucek ponselku dan membaca sms terakhir dari Laura kemudian kembali menatap Alex. “Dia didalam, katanya kita masuk saja nanti dia akan menunggu di lobi.”
Dan sepertinya benar karena setelah kami masuk Laura memekik memelukku dan menyuruh kami ikut dengannya ke halaman belakang. Tapi sebelum itu dia memberi kami masing-masing kunci kamar. “Berhubung Lena bilang dia tidak mau satu kamar dengan cowok, jadi― Alex, kau sekamar dengan Austin dan Hunter, oke?” Alex mengangguk. Yeah, tidak mungkin aku sekamar dengan Alex. Aku menatap Laura. “Dan Lena, kau dengan Violet, oke?”
“Apa?!” pekikku kaget. “Aku tidak sekamar denganmu?”
Laura memberiku cengiran khasnya. “Aku dengan David. Yah, kau tahu kan.. aku.. um.”
Oh. Seks. Yah, tidak perlu dijelaskan lagi karenanya aku langsung menyahut canggung. “Oke, dimengerti.” Sahutku. Kulirik Alex dan dia memberi tatapan yang nyaris canggung. Seolah berkata, ‘what the hell, Lena?’ tapi dia lantas menunduk, wajahnya merona.
Aku dan Alex berpacaran bertahun-tahun, tapi kami bahkan belum pernah melakukan seks.
Merasa canggung, aku berdehem. “Kurasa aku harus ke toilet.” Kataku pelan. “Dan menaruh koperku kurasa.” Ya ampun ini buruk, kalau Alex merasa malu dia bisa sampai tidak mau bertemu denganku hingga besok pagi. Dan Alex sendiri kelihatannya mengerti karena lantas dia menyahut canggung. “Sampai jumpa nanti Lena.” Katanya sebelum mengekori Laura yang berjalan menyusuri lorong, menahan tawa.
Kuputar mataku. Itulah buruknya punya pacar yang sangat tidak berpengalaman dan pemalu, tapi topik tentang seks memang bukan favoritku― oh, kami. Menghela nafas, aku melangkah mencari kamarku terlebih dahulu. Setelah menaruh koper, kuambil tanktop dan cardigan serta handuk dan berlanjak menuju toilet. Aku butuh mandi. Dan untungnya toilet berada tidak jauh dari kamarku. Bergegas aku berlanjak kesana, namun tepat ketika tanganku nyaris meraih gagang, pintu tersebut terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
{Heart String}
Teen FictionLena Gray yakin jika pacarnya- Alex Jackson adalah cinta pertamanya. Alex yang meskipun wajah mereka berbeda karena ia pernah kecelakaan sehingga merenggut wajah 'Alexnya' yang dulu serta ingatannya. Sampai akhirnya ia bertemu Alex Christensen. Pem...