Chapter 20: Lovable Christensen

367 37 9
                                    

Chapter 20

 

“Alex?” aku tidak bisa menahan keterkejutanku. Dengan sigap kulepaskan tangannya dari tanganku. Mungkin Alex memang hebat soal menghipnotis, tapi kali ini aku takkan kalah. “Apa yang kau lakukan disini?” kataku memburu, berusaha tampak dingin.

            Tapi mungkin aku akan menjadi api jika disandingkan dengannya. “Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di kamarku, Halena?”

            Kamarnya? Demi Tuhan, dia salah satu pemilik rumah ini? Aku mundur dengan limbung, mungkin nyaris jatuh kalau saja Alex tidak segera meraih sikutku. Dengan kasar aku menariknya. “Menjauh dariku, Alex.” Ancamku. Kepalaku semakin pusing seolah berbagai masalah yang berputar didalam hidupku, kini menimpaku bersamaan. Teluk rahasia di Beach City, mata sewarna musim gugur, Alex. Tidak mungkin, tidak mungkin Alex Christensen adalah Alex-ku yang dulu. Bagaimana mungkin―tidak. Itu tidak nyata. Bisa jadi itu hanya sebuah lukisan yang ia beli di pasar loak. Bisa jadi itu lukisan di salah satu sudut dunia yang kebetulan identik dengan teluk di Beach City. Aku menggigil. Entah bagaimana suasana disini berubah menjadi dingin.

            Dan Alex menarik tanganku, menyadarkanku. “Kita keluar dari sini.” Katanya, yang anehnya lembut. Atau aku saja yang mulai berhalusinasi?

            Kepalaku pusing akibat aroma-aroma aneh tadi dan yang kupikirkan sekarang hanyalah bagaimana mungkin Alex Christensen bisa menjadi Alex-ku. Bagaimana jika itu bukan kebetulan dan entah bagaimana, Alex Jackson-ku bisa tertukar dengan Alex yang satu ini. Kurasakan lantai dibawahku seakan bergoyang dan aku akan pingsan. “Aku..” Bisikku lirih. “Kurasa aku ingin muntah atau semacamnya.” Entah mengapa, Alex sama sekali tidak berkomentar soal itu. Dia membantuku melewati tangga kelantai bawah. Membuat kami tenggelam kedalam lautan manusia tadi.

            Musik masih sekencang sebelumnya. Dan suasana di lantai bawah semakin lama semakin pengap. Kurasakan kepalaku semakin pusing seolah akulah yang mabuk. Alex mengulurkan saputangan kepadaku. “Tutup hidungmu dengan ini,” katanya menerawang. “Mereka menyebar vodka dengan mesin uap.”

            Pantas saja. “Kau sendiri bagaimana?”

            “Aku bisa mengatasinya, Halena.” Dia membawaku ketengah ruangan penuh lautan manusia. Kerumunan pedansa atau apalah itu. Beberapa kali ada yang menawari kami minuman, pasangan yang bercumbu disudut ruangan, atau.. cewek-cewek genit yang merangkulkan lengan mereka di leher Alex dan mencium rahangnya. Salah satu hal yang membuatku semakin ingin muntah.

            “Christensen!” salah satu suara genit memanggil. Cewek dengan bra berenda dan hotpants, ini gila! Dia pikir tempat apa ini? Cewek itu merengut mengetuk-ngetukkan botnya ke lantai kayu. “Kau bilang kita bisa berduaan hari ini.”

            Alex menatapnya datar. “Aku punya urusan yang jauh lebih penting dibanding itu.”

            “Curang sekali!” ia memeluk lengan Alex dan menempelkan dadanya kesana, hal yang langsung membuatku sontak memekik. “Ih!”

            Cewek itu melotot menatapku. “Kau!” teriaknya marah, tanpa disangka-sangka mendorongku. “Menjauh dari pacarku, jalang!”

            Apa-apaan dia?! Aku bangkit hendak melawannya, tapi dengan cepat Alex melerai kami. “Kau bukan pacarku, Madlyn. Dan juga kurasa aku harus memikirkan lagi soal kencan kita, kau tahu aku tidak suka perempuan tanpa sopan santun.” Katanya membantuku keluar. “Ayo, Lena.”

            Kami berjalan keluar rumah tersebut dan begitu sampai diluar, kepalaku terasa menjadi lebih ringan. Udara malam memasuki paru-paruku. Begitu sejuk dan damai. Dan entah bagaimana, suatu perasaan senang muncul ketika Alex membelaku. Tidak biasanya dia begitu. Kulirik Alex, ia menutup pintu rumah dan mengeluarkan kunci mobilnya.

{Heart String}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang