Chapter 7: The Gangster

627 43 5
                                    

Chapter 7

Aku tahu Alex Christensen tampan, matanya yang tajam dan gelap layaknya elang, rambutnya yang keemasan sewarna dengan mahkota musim gugur tampak bercahaya— bersinar di setiap sisinya seperti halo. Kulitnya yang pucat tetapi indah. Dia memang serba indah layaknya malaikat. Atau tepatnya Iblis berwajah malaikat. Aku yakin di balik topeng ketampanan tersebut, dia cowok buruk yang paling buruk yang bisa dibayangkan dari orang terburuk rupa sedunia.

            Mungkin berlebihan sih, tapi aku benci Alex Christensen.

            Aku berjalan keluar kelas ketika bel jam keempat berakhir, waktunya untuk pulang dan aku tidak akan kemana mana kecuali flatku.

            Lebih tepatnya aku tidak mau bertemu Alex— oh mungkin lebih baik kusebut Christensen karena nama Alex tidak tepat disandangkan pada dirinya.

            Kututup pintu flatku, nyaris menendangnya kalau saja flatku tidak dipenuhi sekumpulan remaja asing— bermain poker atau entah apa yang pasti bukan hal bagus. Di sudut dekat cermin, Laura sedang membenarkan eyeliner-nya. Ia berbalik tersenyum ketika menyadari aku masuk.

            “Lena!” Pekiknya senang. Menyebabkan nyaris sekumpulan remaja tersebut mengayunkan kepala menatapku. Laura berlanjak kearahku dengan wajahnya penuh make-up yang.. Um yeah, hot. “Kau mau ikut? Kami hendak nonton dirumah Calvin— oh ya! Aku lupa kalian semua belum berkenalan kan?”

            Aku mengerjap canggung. “Eh yah belum.”

            “Hey, Lena Gray, right?” Gadis berambut crimson maju menyambutku. “Aku Violet Tate.”

            “Lena.” Sahutku mengulas senyum.

            “Ohh kau teman sekamarnya Laura?” Tanya cowok berambut pirang. “Aku Hunter.” Dia mengenalkan dirinya.

            “Alison.” Kata si cewek pirang di sebelah Violet. Alison menunjuk kedua cowok lainnya dengan dagunya. “Ini Austin dan David.”

            David. Aku tahu nama itu! Kucoba untuk mengingat beberapa kali dan langsung tahu jika David adalah pacar Lau. Laura cerita padaku kemarin. Aku mencoba menarik senyum seramah mungkin. Yah, jangan salahkan aku tapi jujur saja tidak biasa berdekatan dengan cowok-cowok seperti mereka. Atau tepatnya, para remaja dengan pergaulan liar seperti mereka. “Lena Gray.” Kataku.

            “Aye, Lena!” Austin tersenyum memberikan sebuah cengiran. “Ikutlah, jangan khawatir Calvin orang yang ramah.”

            Mereka sontak tertawa, bahkan aku tidak tahu apa yang lucu.

            “Yeah, A. Lena kita tersayang tampaknya tidak mengerti, jadi ini tidak lucu.” Violet menyeringai dan semuanya tertawa lagi. Oke, ini sama sekali tidak lucu. Mereka mulai mentertawakan aku yang bahkan tidak tahu apa-apa. Menyebalkan sekali! Rasanya aku ingin meraih vas di meja dan memecahkannya ke lantai agar mereka mendadak berhenti tertawa dan sadar bahwa aku tidak suka dipermalukan. Tapi entah bagaimana aku tidak sanggup— tentu saja. Aku masuk universitas ini bukan untuk mencari masalah dengan segerombolan remaja nakal.

            Aku menyilangkan lenganku, berusaha menelan rasa jengkel yang tersangkut di tenggorokan. “Yea, sepertinya aku tidak ikut.”

            Allison berhenti tertawa dan mengerutkan dahi bingung. Tapi Laura lah yang langsung berbicara. “Oh, maaf kalau soal tadi. Kami cuma bercanda.” Katanya lembut. “Serius, jangan dimasukkan ke hati. Mereka memang begitu.”

{Heart String}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang