Kalian semua apa kabar?
Ready?
"Yuta disembunyikan." ucapan Jungwoo membuat napas mereka semua yang mendengar tercekat.
"Tapi kenapa?" Taeyong bertanya dengan nada yang bergetar seperti menahan tangis.
Jungwoo menaikkan kedua bahunya yang membuat mereka semua menghela napas.
"Dokter Yukhei sedang pergi ke luar kota dan Mark sedang sibuk ujian semester. Dokter Yukhei menitipkan surat kepada salah satu suster rumah sakit untukku." ujar Jungwoo.
"Atau- Dokter Yukhei pergi ke luar kota untuk memeriksa keadaan Yuta?" ujar Taeil yang membuat Taeyong hanya tersenyum getir dan beranjak.
"Gue pergi ke rumah Jaemin dan Jeno." Taeyong mengambil jaket yang tergantung di kursi sambil menenteng paper bag.
Taeyong berjalan sendirian di malam yang gelap walau di langit bertabur bintang.
"Langit cerah tapi hati gue gelap." ujar Taeyong lalu memeriksa jaket yang berada di dalam paper bag.
"Semoga Jaemin dan Jeno suka." Taeyong melanjutkan perjalanannya dan bertemu dengan Winwin.
"Sejak kapan pakai kacamata?" tanya Taeyong membuat Winwin yang sedang duduk di halte bus terkejut.
"Hampir dua minggu? Lo ga sadar emang?" pertanyaan yang Winwin keluarkan membuat Taeyong merasa malu karena ia sibuk mencari tau keberadaan Yuta hingga lupa memperhatikan yang lain.
"Lo mau kemana?" tanya Winwin.
"Ke rumah Jeno dan Jaemin. Gue mau kasih kado ulang tahun Jaemin yang kayaknya udah lewat lumayan jauh." Winwin mengangguk.
"Lo ga kasih kado ke Mark? Dia juga ulang tahun kan?" Taeyong tersenyum lalu menepuk pundak Winwin.
"I sent him birthday cake but i forgot to sent Jaemin's."
"Bus gue udah dateng- lo jangan lupa pulang. Gue udah masak kebetulan ada Jungwoo di rumah dan kayaknya dia nginep." Taeyong menaiki bus yang datang lalu melambaikan tangannya kepada Winwin. Winwin hanya tersenyum lalu beranjak dari halte.
Taeyong menyandarkan kepalanya di kaca jendela bus dan memikirkan Johnny yang semalam datang ke dalam mimpinya. Beban di pundaknya terasa berat. Ia diliputi perasaan bersalah pada yang lain karena hanya sibuk mencari tau tentang Yuta sampai mengabaikan lainnya.
Ia bahkan sudah lama tidak menghampiri Chenle dan Jisung.
"Haruskah gue cuti besok?" Taeyong mengeluarkan ponselnya dan memberi kabar kepada atasannya jika ia harus cuti besok karena ada keperluan yang penting.
Keperluan penting, menjemput lalu mengajak Chenle dan Jisung bermain. Siapa tau dengan itu bebannya berkurang.
Taeil hanya bisa menutup kupingnya karena Jungwoo dan Jaehyun yang terus bertengkar hanya karena lagu. Jaehyun mendapat tugas untuk belanja bulanan dan ia mendapatkan seperangkat alat karaoke.
"Lagu gue dulu!" seru Jungwoo yang kesal karena Jaehyun tidak pernah mengalah padahal ia sudah menyanyikan dua lagu.
"Yang punya ini alat karaoke siapa?!" seru Jaehyun tidak mau kalah yang membuat Jungwoo menyerah.
"Makin hari makin berisik ya?" Jungwoo dan Jaehyun menoleh mendapati Mark dan Winwin.
"Jungwoo aja yang berisik." seru Jaehyun lalu menghampiri Mark dan memeluk Mark.
"Kalian barengan?" tanya Jungwoo.
"Ketemu, Taeil mana?" tanya Winwin.
"Kenapa Win?" tanya Taeil.
"Nih, ngerokok." Winwin memberi isyarat kepada Taeil jika Mark merokok dan melempar bungkus rokok yang ia ambil dari Mark tadi di mini market.
"Mark.." Mark hanya bisa tersenyum karena ia tau jika Taeil akan memberikan wejangan yang panjang.
"Simpen Jae biar Taeyong tau." Taeil menyerahkan bungkus rokok itu pada Jaehyun.
"Jangan lo yang pakai!" peringat Taeil ketika Jaehyun tersenyum.
Taeyong merasa heran karena ketika ia datang Jaemin dan Jeno langsung menariknya ke dalam kamar. Bahkan pintu kamar juga dikunci.
"Orang tua kalian kemana?" tanya Taeyong yang heran karena rumah sebesar ini hanya penuh oleh para pekerja.
"Mereka pergi ke luar kota tadi pagi seperti ada hal mendesak yang mengharuskan mereka untuk datang." ujar Jeno.
"Nih kado untuk kamu- maaf ya telat." Taeyong menyerahkan paper bag yang membuat Jaemin tersenyum.
"Kok ada dua?" Jaemin mengeluarkan dua jaket.
"Satu untuk Jeno."
"Terima kasih ka," ujar Jeno.
"Ada hal penting yang ingin kita beri tahu." ujar Jaemin setelah mencoba jaket yang diberikan oleh Taeyong.
"Gue ganteng ya pakai ini." Jaemin hilang fokus ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
"Jangan salah fokus Jaem." peringat Jeno.
"Ini ada hubungannya dengan ka Yuta." Jaemin awalnya ragu untuk membicarakan ini tapi ia sadar jika Taeyong berhak mengetahuinya.
"Kita rasa ka Yuta diculik lalu disembunyikan." lanjut Jeno.
"Kalian tau darimana?"
"Sebenarnya kita sudah curiga semenjak kita mendengar jika ka Yuta ditemukan. Orang tua angkat kita sering bolak-balik ke rumah sakit bahkan kita sering dengar jika mereka berbicara dengan dokter Yukhei lewat telepon." jelas Jaemin.
"Tapi kita masih tidak yakin," ujar Jeno.
"Cuma aku memang punya perasaan kurang baik terhadap dokter Yukhei." ucap Jaemin.
"Aku pernah mendengar percakapan ayah dan dokter Yukhei di ruang kerja ayah. Mereka akan menjadikan seseorang sebagai alat uji coba entah siapa yang mereka maksud tapi lama kelamaan aku rasa yang mereka maksud adalah ka Yuta." lanjut Jaemin.
Semua ini membingungkan.
Mereka mengira jika semua sudah selesai dan mereka bisa hidup dengan tenang disini tapi mengapa masih banyak teka-teki?
To be continue
Halo!!!
Ih udah lama banget ya gue ga update??? Sibuk dan kehabisan ide nih hehe.
Adakah yang menunggu? Hehe. Gue bakal selesaiin ini ga lama lagi harusnya. Gue udah tau mau abisin ini cerita gimana hehe.
Untuk yang nungguin cerita ini terima kasih ya karena sudah menunggu!
Love,
A.