empat

4.1K 126 5
                                        

"Jamess... hhh..." aku menggeliat kecil saat merasakan tangannya masuk, menyusup ke dalam kaos longgar miliknya yang kupakai, mengusap perutku. Bibirnya mulai turun ke bahuku. Kaosnya yang kupakai, memiliki lubang leher sedikit besar hingga memperlihatkan bahuku yang sedikit terbuka.

Ia mengecupi bahuku sementara tangannya merambat naik dan meremas buah dadaku yang tanpa perlindungan bra. Aku memang tidak pernah memakai bra saat akan tidur.

"Aaahh... Jamess..." aku tidak bisa menahan desahku dan terus menggeliat dalam dekapannya. Dipilinnya kedua putingku dengan jari-jarinya yang agresif hingga jadi mengeras.

Kemudian dengan satu tarikan, kaos yang kupakai terangkat ke atas melewati kepalaku dan entah ia buang ke mana. Didorongnya tubuhku hingga membentur dinding. Ia melepas kaosnya dengan cepat kemudian mulai mengecupi kulit punggungku.

"Aah... mhh..." aku merentangkan tanganku memeluk dinding menikmati sentuhannya. Ia kembali mengecup leherku dan menggigiti telingaku.

"Nghhhh... hhh..." desahnya memancing gairahku. Perutku terasa diaduk-aduk, dan vaginaku terasa berkedut-kedut cepat. Kuraih salah satu tangannya yang asyik meremas buah dadaku, kukecup jari-jarinya, kemudian kukulum jari telunjuknya dengan seduktif.

"Aaah... Nadine..." dihisapnya kuat kulit leherku, membuat cupang lagi.

"Mmhh..." masih kujilat jari tangannya, membuatnya semakin menghimpitku ke dinding. Tangan sebelahnya merayap turun menarik celana pendekku ke bawah hingga benda itu meluncur jatuh dan langsung kutendang entah kemana.

Ia melepaskan jarinya di mulutku kemudian membalik tubuhku hingga menghadapnya. Kuusap dadanya yang mulai basah karena keringat kemudian kukecup kulit lehernya pelan.

"Eenghhh... oooh..." desahnya tepat di telingaku, membuatku semakin ingin menyentuhnya. Kugigiti kecil-kecil sambil kujilat putingnya. Aku menyukai aroma tubuhnya yang lembut dan harum. Membuatku ingin terus menghirupnya, menjadikannya oksigen untukku.

James meraih daguku kemudian dilumatnya bibirku. Aku melingkarkan lenganku ke lehernya dan membalas ciumannya. Bibir lembutnya mengulum lembut bibirku. Suara decakan-decakan bibir kami menggema di ruang tengah itu.

"Mmhh..." tanganku turun mengusap dadanya, kemudian perutnya, dan semakin turun ke bawah, kuusap tonjolan penis miliknya.

"Ooohhh... aargh..." ia mengerang tertahan, kemudian melumat bibirku lagi. Memasukkan lidahnya ke dalam mulutku dan menggelitik lidahku.

"Ngghh..." perlahan kuturunkan celananya hingga sampai di pahanya. Kemudian kuangkat kakiku dan menggunakannya untuk menurunkan celana itu sambil menggesek kakinya.

"Mmhhh... aaah..." James melepaskan ciumannya kemudian turun ke payudaraku. Dijilatnya salah satu putingnya.

"Aaahh..." nafasku langsung tersengal merasakan gelitikan lidahnya yang seperti candu untukku. Dikulumnya putingku sambil dihisap-hisapnya lembut sementara tangannya memilin puting yang satunya. James memutar-mutarnya sambil menarik-nariknya lembut.

Tubuh kami terasa lengket. Nyanyian desahan saling bersahutan tanpa henti ketika kulit kami bersentuhan saling memberi kenikmatan.

"Ngghhh... James... hhh..." aku meremas kuat rambutnya saat merasakan ujung penisnya yang basah mengesek pelan kulit pahaku. James melepaskan kulumannya pada putingku kemudian mengangkat sedikit badanku. Ia mengangkat salah satu kakiku untuk melingkari pinggangnya.

"Mmmhh... Nadine... kau sangat hangat..." desahnya pelan.

"Ooohh..." aku menggelinjang saat penis James menggesek-gesek lubang vaginaku yang terbuka dan basah. Kenikmatan ini benar-benar seperti heroin untukku. Bibir James yang kembali mengecupi bahuku membuat perutku terasa geli.

Kamu Yang Aku PilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang