Empat Belas

3.8K 189 18
                                        

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. James sudah lulus dari kuliahnya dan sekarang bekerja bersama Papa di perusahaan. Ia memegang jabatan sebagai produser musik dan aku sedang mempersiapkan kelulusanku.

Aku mengaduk-aduk minumanku tanpa semangat. Besok adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Dan aku belum mendapatkan ide apapun untuk memberikan sesuatu pada James. Aku bukan orang yang romantis jadi aku tidak tahu hal apa yang harus kuberikan. Dia mania game, apa aku harus memberinya kaset game? Dia bisa membelinya sendiri. Lalu apa yang bisa kuberikan tapi tidak bisa ia dapatkan sendiri?

Aku menghela nafas keras. Kulihat seorang gadis berpenampilan sexy sedang berjalan di depanku menuju sebuah meja. Apa aku harus berpenampilan seperti itu di depannya? Aku menggeleng pelan, aku bertaruh dia lebih suka melihatku tidak berpakaian>.<

“Nadinneee!!!” suara riang itu terdengar begitu nyaring diikuti pemiliknya yang tiba-tiba sudah duduk di hadapanku, merebut minumanku lalu meneguknya “Aaahhh…” desahnya lega.

“Apa setiap hari kau harus kemari?” tanyaku malas.

“Tentu saja, aku sudah menandatangani kontrak untuk melatih karate dalam menyemarakkan ulang tahun universitas nanti!!”

Aku mendesah pelan. Kupikir tindakan evil James salah. Karena kejadian itu(ada di part 14) , simon dipromosikan oleh Bu Kelli dan ditawari oleh pihak Universitas untuk bergabung. Dan ia semakin sering beraktifitas di kampus ini.

“Simon… apa yang harus kuberikan pada James? Bukan sembarang barang, harus hanya aku yang bisa memberikannya. Kira-kira apa itu?”

“Kau meminta pendapatku eh?” Aku mengangguk-angguk pelan.

“Ah, apa kau pikir aku akan membantumu? Mengatakan hal itu langsung di depanku, sangat menyakitkan tau!!”

Aku menonyor kepalanya sambil mendesis, “Dasar!!”
“Nadz… kenapa kau tidak menungguku?“ Simon memanyunkan wajahnya sambil menggoyang-goyangkan tanganku.
“Berhenti memanggilku seperti itu!! Dan kau membuat kesalahan yang menyebabkan aku pergi”
“Akan kupanggil kau seperti itu selamanya, dan untuk kesalahan yang pernah ku buat padamu, bukan kah aku sudah pernah minta maaf” “Hhh… Terserah kau,”

“Nadz, kau tahu? Aku benar-benar tidak percaya kau sudah menikah… selama ini aku selalu menunggumu, aku pernah berkata padamu kalau aku akan menjagamu seumur hidupku. Itu bukan main-main. Jadi, jika suatu saat nanti kau lelah dengan semuanya, berlarilah kepadaku,”

Aku menatapnya ternganga. Sungguh. Aku ingin tertawa tapi kurasa ini bukan waktu yang pas. Tapi aku juga terharu mendengarnya “Simon… maafkan aku…”

“Tidak apa, aku tidak mengharapkan apapun darimu, yang bisa kuberikan hanyalah ketulusanku,”

Triiing… Seperti ada lampu yang menyala dalam kepalaku. Aku sudah menemukan apa yang kucari. Bibirku tersenyum memikirkannya. Ah, ini pasti akan menyenangkan.

“Nadine… se-senyummu mengerikan,” Simon bergidik ngeri sementara aku tersenyum semakin lebar.
“Terima kasih, Simon… aku harus pergi sekarang! Sampai jumpa!” kusambar tasku lalu beranjak pergi.
“HEI, kau mau kemana?”
“Rumah sakit!!!” teriakku.

***

Perutku sakit. rasanya mulas. Setelah dari rumah sakit, aku kembali ke kampus. Ini adalah scenario yang kususun untuk suamiku yang bodoh itu hahaha… Aku meminum pil pencuci perut dengan dosis rendah yang bisa membuat perutku mulas tapi tidak begitu parah. Yang kedua, aku meminta bantuan Simon untuk mengantarku pulang. Kalian pasti bisa menebak apa yang akan terjadi jika James melihatku pulang diantar Simon. Dan kebetulan, hari ini ia libur karena lusa ia akan berangkat ke luar pulau bersama Papa untuk bekerja.

Kamu Yang Aku PilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang