Tiga Belas

4.3K 180 9
                                    

Happy reading

hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagiku, bukan fisik ku tapi batin ku. sikap james hari ini sungguh membuatku hampir gila. pelajaran kampus sama sekali tidak ada yang masuk ke otakku karena otakku dipenuhi oleh james.

12.15
jam kuliah ku pun selesai dan aku langsung pulang ke apartemen tanpa mampir kemana pun.

saat sampai di depan pintu aku kembali menarik nafas dalam-dalam berharap james sudah memaafkan ku.
namun saat aku masuk, tidak ada tanda tanda ada kehidupan disana. kemana james. apakah james melakukan hal seperti kemarin malam lagi? arrggghhh
saat aku ingin keluar mencari james tiba tiba terdengar suara gemericik air dari halaman belakang. dan ternyata dia ada di sana sedang mencuci mobil. aku mendesah lega.. Wajahnya terlihat sangat kesal. Digosoknya mobil itu sekuat tenaga. Bajunya setengah basah. Aku menahan tawa melihatnya.

Kalian tahu, dia menjadi sangat rajin jika sedang kesal ... sangat menggemaskan bukan.

Aku kembali masuk ke dalam rumah dan menukar pakaian. Kulepas bajuku lalu mengikat rambutku. Kukenakan kaos James yang kebesaran dan hotpans mini milikku lalu pergi ke halaman belakang. Dia tidak menyadari keberadaanku.

James sedang membilas mobil dengan air saat aku menghampirinya. Dia terlihat sangat err... hmm, bagaimana ya menjelaskannya? Rambutnya basah oleh air yang menetes-netes. Kupeluk ia dari belakang.

"HEI!" dia tersentak kaget.

Kusandarkan daguku pada bahunya. "aku senang kau dirumah" bisikku pelan, penuh kemesraan.

Ia diam. Tidak bergerak juga tidak bersuara. Aku tahu dia masih marah , dan terus terang saja aku lebih suka melihatnya berteriak-teriak tidak jelas daripada harus seperti ini.

James menghela nafas. "Lepaskan aku, nadz," balasnya.

Aku mempererat pelukanku. Entahlah, kenapa aku ingin sekali menggodanya. Dia terlihat sangat lucu. Kukecup lehernya lembut sambil menghembuskan nafasku. "kamu masih marah sama aku james?" kataku.

"Kurasa kau akan lebih senang bila bersamanya," sahutnya dingin.

"Benarkah?" bisikku sambil menyusupkan tanganku ke dalam kaosnya yang basah. Mengusap perutnya. Tubuhnya menegang. Aku tahu ia sedang menahan nafas.

"Kalian akrab sekali kemarin..." kata James dengan suara tertahan.

Kukecupi leher dan tengkuknya, kuhisap pelan. "Aku lebih akrab denganmu, James... mmmhh..."

Dia menjatuhkan slang air dan melepas pelukanku dengan kasar lalu menarik tubuhku ke hadapannya hingga membentur kap mobil, membuat hotpants dan kaos belakangku menjadi basah.

"Hmmpff..." dilumatnya bibirku dengan kasar. Meluapkan amarahnya. Juga ditekannya kuat bibirku, tidak memberiku kesempatan untuk membalasnya barang sedetikpun.

"Hmmpff... James!" ia menghisap bibir bawahku dengan kuat. Memaksa mulutku untuk terbuka dan langsung meneroboskan lidahnya ke dalam rongga mulutku.

Ciumannya menjadi semakin liar. Tidak ada jeda yang diberikannya hingga nafasku tersengal. Aku mencengkeram bahunya kuat-kuat. "James... mmff..." Nafasku habis tapi ia memegang kepalaku kuat-kuat dan tidak mengijinkanku bergerak sedikitpun. Dadaku terasa sakit. Aku butuh bernafas. Dia menghukumku, aku tahu itu.

Akhirnya kulepas paksa ciuman itu. Nafasku naik turun sementara James melepaskan wajahku dan membenamkan wajahnya ke dalam leherku. Tangannya beralih memeluk pinggangku. Kudekap kepalanya lembut. Untuk sejenak kami menetralkan nafas kami berdua.

"Maafkan aku..." bisikku mesra.
James mengangkat wajahnya, menyejajarkannya dengan wajahku. Nafas kami beradu. "Kenapa tidak mengejarku kemarin?" bisiknya lalu mengecup bibirku lembut.
"Kenapa tidak menghubungiku lewat ponsel?" bisiknya lagi lalu mengecup bibirku kembali.
"Mengapa mengabaikanku?, kenapa kamu lebih memilih untuk makan dengannya dari pada harus menemui ku untuk memberi penjelasan?" dikecupnya bibirku lagi, lagi dan lagi.

Kamu Yang Aku PilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang