5

5.1K 512 15
                                    


"Tumben kamu kekantor Bunda." Ujar Mala saat putranya itu datang menemuinya dikantor. "Kebetulan Bunda belum makan siang, mau ikut Bunda, nggak?"

Leo menggeleng. "Cuma mampir bentar. Lagian Leo ada janji sama Papa abis ini."

"Mau ngapain kamu ketemu sama dia lagi?" rutuk Mala.

Bibir Leo menipis kesal mendengar rutukan Bundanya. "Leo udah tanya dua kali sama Bunda semalem, Bunda yakin mau ketemu sama Papa lagi tapi Bunda bilang nggak masalah. Tapi sekarang apa? Berantem lagi, kan?"

Mala menatap putranya yang masih berdiri menjulang didepan meja kerjanya sedangkan dia masih tetap duduk dibalik mejanya dengan tatapan tidak percaya. "Kamu nyalahin Bunda?"

"Nggak ada yang nyalahin Bunda," balas Leo cepat. Wajahnya masih sedatar sebelumnya dan Mala benci mengakui putranya semakin terlihat mirip Raka jika sedang seperti ini. "Tapi berantem sama Papa disaat hubungan Papa sama Andi nggak lagi baik gini itu kesalahan."

"Papa kamu itu yang salah!" Mala berdiri tegak ditempatnya dan menatap putranya berang. "Dia bilang Andi itu bukan urusan Bunda dan nggak seharusnya Bunda ikut campur."

"Yang Papa bilang bener."

"Apa?!" Mala seperti kehabisan napasnya menatap Leo saat ini. "Dengar, Bunda tahu sebesar apa rasa sayang kamu sama laki-laki sialan itu tapi bukan berarti dia akan selalu benar dimata kamu!"

Leo memutar bola matanya malas dan mengusap wajahnya frustasi. Dia benci setiap kali harus berdebat dengan Mala. Bundanya itu selalu memakai emosi lebih dulu disetiap masalah yang menimpanya. Jarang sekali memakai akalnya dan itu membuat Leo kesal bukan main.

"Bunda sama laki-laki yang Bunda sebut sialan itu, yang juga Papanya Leo, nggak pernah ketemu selama sepuluh tahun. Dan sekalinya Bunda nemuin Papa, disaat keadaan Papa yang lagi nggak baik dan Leo yakin Bunda memulainya dengan cara Bunda yang paling semua orang nggak suka."

"Maksud kamu?"

"Angkuh."

"Leo_"

"Leo udah lebih dulu nyoba ngomong sama Papa tentang Andi. Dengan cara baik-baik dan itu tetap nggak berpengaruh. Apa lagi Bunda. Begitu ketemu langsung marah-marah."

Mala menggigit bibir bawahnya kesal. Putrnya yang satu ini memang suka seenaknya saja kalau bicara. "Bunda bicara baik-baik sama Papa kamu! Tapi dia aja yang terlalu sombong! Bahkan dia sama sekali nggak nawarin Bunda duduk disana."

"Bunda juga nggak nawarin Leo duduk dari tadi."

Kali ini Mala benar-benar menyentuh dahinya dan memijatnya. Leo ini... kenapa harus menerima sifat turunan yang tidak baik darinya dan Raka sih? Keras kepala dan hebat dalam hal berdebat.

"Pokoknya Bunda jangan komunikasi sama Papa dulu sampai keadaan Papa sama Andi balik normal lagi. Andi juga nggak akan pindah kerumah kita sebelum Papa ngijinin."

"Kamu mau Andi stres tinggal sama Papa kamu?"

Leo berpikir sebentar. "Kalau gitu Leo yang ikut Andi kerumah Papa sementara waktu."

"Nggak ada! Kamu nggak boleh tinggal sama dia!"

"Bunda niat nggak sih bantuin Andi?"

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang