16

4.5K 456 43
                                    

Perjalanan pulang yang diselimuti kecanggungan. Meski Raka menempatkan mereka di Business Class, namun hal itu sama sekali tidak membuat mereka semua bisa duduk dengan tenang.

Mala menolak menatap Raka selama diperjalanan. Bahkan saat dimobil menuju Bandara, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan sesuatu. Saat mengembalikan barang-barang milik Raka yang ketinggalan dikamarnya pun Mala tidak mengucapkan apapun. Membuat Raka juga melakukan hal serupa.

Sedang Leo masih sulit memercayai apa yang baru saja terjadi diantara orangtuanya. Dia yakin sekali kalau tadi malam dua orang itu baru saja menghabiskan waktu bersama.

Berteman kata mereka? Huh! Mana ada teman yang tidur bersama. Bahkan mereka sudah bercerai dan salah satunya sudah menjalin hubungan dengan orang lain. Leo menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

Andi tetap menjadi anak baik hati yang tidak mau ikut campur meski sejujurnya dia sudah menahan tawanya sejak melihat Raka muncul dihadapan mereka bertiga. Baginya apa yang dilakukan dua orang dewasa itu sungguh lucu.

Pukul setengah dua belas siang, mereka sampai di Bandara Halim Perdanakusuma. Mereka menggeret koper masing-masing. Mala berjalan lebih dulu dari mereka, dibelakangnya ada Raka sementara Andi dan Leo berjalan beriringan.

"Mala," panggil Raka hingga membuat Mala terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Raka menatapnya canggung. "Pak Edi ada disana, kamu mau sekalian aku anterin pulang?"

Belum sempat Mala menjawab pertanyaan Raka, ponselnya berdering. "Ya? Oh, udah disini..." Mala mengedarkan pandangannya lalu menemukan keberadaan Adrian tidak jauh darinya.

Adrian berdiri dengan ponsel ditelinganya, menatap kearah mereka, lebih tepatnya pada Raka yang tiba-tiba saja membeku ditempatnya.

Entah kenapa semangat yang sempat Mala rasakan saat Adrian mengatakan akan menjemput mereka hari ini tidak begitu menggebu seperti sebelumnya. Mungkin karena ada Raka disini. Dan juga hal sialan yang baru saja tadi malam mereka lakukan. Membuat Mala merasa tidak nyaman.

"Kamu udah ada yang jemput..." Raka menggumam pelan.

Mala tidak berani menatap Raka, hanya terus memerhatikan Adrian yang mendekati mereka.

"Hai," sapa Adrian pada Mala dan tanpa canggung memeluk Mala serta menghadiahi kecupan ringan di atas dahi wanita itu. Tepat didepan Raka. Saat kedua lelaki itu saling bersitatap, ada ketegangan yang menyelimuti mereka. Adrian jelas menjadi pihak yang sangat tidak menyukai keberadaan Raka disana.

Leo dan Andi yang berada ditengah-tengah Raka dan Mala turut menyaksikannya.

"Hai, Leo. Gimana liburannya?" tanya Adrian ramah pada Leo.

Leo tidak menjawab, malah menatap Mala dengan penuh arti. Membuat Bundanya berdehem tidak nyaman.

"Om Adrian yang anterin kita kerumah."

Leo mengangguk lambat. "Mobil Om dimana?" tanya Leo.

"Disana," telunjuk Adrian mengarah kesatu tempat. "Kamu mau-"

"Ya udah, pulang sekarang." tanpa memedulikan siapapun Leo berjalan melalui mereka semua, menggeret kopernya dengan memasang wajah dingin. Mala menatap punggung putranya sendu, begitupun Raka.

"Pa," Andi menyentuh lengan Raka, menyadarkan Papanya dari keterpakuannya. "Itu ada Pak Edi, kita pulang yuk."

Raka mengangguk dan menatap Mala. "Kami pulang lebih dulu. Kamu... hati-hati."

"Gak perlu sok khawatir. Saya gak mungkin biarin Mala dan Leo kenapa-napa. Apa lagi menyakiti mereka." Cetus Adrian sinis.

Raka menatap dingin pada Adrian. "Kamu punya masalah apa sama saya?"

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang