"Bun," Leo mengetuk pintu kamar Mala. dia sudah berdiri didepan pintu kamar Mala selama lima menit, tapi Bundanya itu masih belum membuka pintunya. Padahal sekarang sudah pukul tujuh kurang, dan Mala tidak pernah selama ini keluar dari kamarnya. Leo juga sebentar lagi harus ke sekolah. Tapi karena Bundanya masih belum terlihat, dia memutuskan mencaritahu apa yang Bundanya lakukan.
Karena belum mendengar sahutan dari dalam, Leo memutuskan membuka pintunya. Leo mengerti sopan santun. Dia tidak pernah sembarangan masuk kedalam kamar Bundanya, hanya diwaktu-waktu tertentu saja Leo berani menerobos masuk kedalam kamar.
Saat pintu kamar sudah terbuka, Leo menemukan Bundanya masih bergelung dibalik selimutnya. Bundanya terlihat meringkuk, membuat Leo merasa cemas dan melangkah lebar menghampiri Bundanya.
"Bun," panggil Leo. Mala hanya menggumam. Leo memerhatikan buliran peluh diwajah Mala, membuatnya panik seketika. Duduk ditepi ranjang, Leo meletakkan punggung tangannya diatas dahi Mala. Panas. Dan tubuh Mala juga mulai menggigil.
Leo melangkah terburu-buru menuju kotak P3K. Mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh Mala. tiga puluh sembilan derajat. Kepanikan Leo semakin menjadi. Dia tidak pernah bisa memertahankan ketenangannya kalau melihat Bundanya sakit.
Leo berjalan kesana kemari memegangi ponselnya. Mencari-cari nama kontak yang dia simpan. Dia hampir menelepon Haruka, tapi mengingat sekarang masih terlalu pagi dan Haruka punya Ken yang pasti lebih membutuhkannya, Leo mengurungkan niatnya.
Lalu Leo ingin menghubungi Cakra. Tapi saat tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk ke ponselnya, Leo membuang napasnya lega. "Pa!" sahut Leo cepat.
[Ya? kamu kenapa? Kok suaranya panik gini?]
"Bunda sakit. Badannya panas banget. Tiga puluh sembilan derajat. Leo gak tau mau ngapain." Leo menggigiti bibirnya selagi menunggu jawaban Raka.
[Bunda sekarang lagi apa?]
"Tidur. Leo udah bangunin tapi Bunda gak mau bangun."
[Ok. Kamu tenang, jangan panik. Bunda Cuma demam. Sekarang telepon Om Cakra, suruh kerumah Bunda sekarang. Papa masih di Bandara, tapi Papa usahain kesana secepatnya.]
"Papa ngapain disana?"
[Harusnya Papa pergi Ke Bandung hari ini.]
"Oh... kalau gitu Papa-"
[Telepon Om Cakra sekarang. Bunda kalau demamnya terlalu tinggi bisa pingsan.]
"Oke."
Leo melakukan apa yang Raka perintahkan. Pertama dia menghubungi Cakra, lalu menghubungi wali kelasnya untuk meminta izin tidak masuk hari ini. Saat Leo menyeka keringat di dahi Bundanya dengan sebuah sapu tangan, dia melihat ponsel Mala berkedip. Adrian menelepon.
"Halo?" jawab Leo.
[Loh, ini Leo? Bunda mana?]
Entah kenapa Leo merasa dilema. Berat sekali ingin memberitahu Adrian tentang keadaan Mala. Apa lagi sekarang Papanya akan datang. Namun saat Leo menatap wajah Mala yang pucat, Leo menghela napasnya. "Bunda lagi sakit."
***
"Gimana?" tanya Raka pada Cakra setelah sepupunya itu selesai memeriksa Mala.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)
Ficción GeneralTersedia di google play book Squel of Second Wife Ketika Mala sedang berusaha menata kehidupannya yang kini mulai membaik, lagi-lagi keadaan memaksanya kembali bertemu masa lalunya yang rumit. Raka, lelaki itu berubah sejak Amel meninggalkannya.