24

6.7K 530 79
                                    

Hal pertama yang Leo tanyakan pada Mala ketika dia baru saja sampai di rumah sakit adalah kenapa ponsel Bundanya tidak bisa di hubungi? Mala jadi teringat tidak membawa ponselnya karena terbutu-buru ingin segera sampai ke rumah sakit. Bahkan sejak semalam dia belum menyentuh ponselnya. Leo hanya memandangi Mala sebelum mendesah panjang.

Saat Leo datang kesana, Raka sedang tidur. Mala menyiapkan makan siang untuk Leo dan Andi yang langsung makan dengan lahap dihadapannya.

"Papa udah gak apa-apa kan, Bun?" tanya Leo.

"Tadi Dokter Wisnu udah periksa Papa. Lukanya semakin membaik. Beberapa hari lagi kemungkinan Papa udah bisa pulang." Jelas Mala.

"Bun, pencopet yang waktu itu, Bunda masih ingat orangnya? Andi mau hubungi pengacara Papa, biar di laporin aja ke polisi." Adu Andi.

"Inget. Bunda juga udah mengusulkan hal itu ke Papa, tapi Papa bilang gak perlu. Papa gak mau memperpanjang masalah katanya."

Leo mengangguk setuju. "Yang penting Papa udah gak apa-apa."

Meski tidak rela, Andi menganggukan kepalanya dengan bibir mengerucut.

"Sebentar lagi Om Haris sama Aunty Haru mau kesini." Gumam Leo sambil berkutat dengan ponselnya.

"Kamu kasih tau mereka kalau Papa sakit?"

Leo hanya mengangguk. Kemudian dia mengerjap cepat saat menemukan sebuah pesan di ponselnya. Dia langsung menatap Mala dengan tatapan sedikit aneh, bibirnya sudah akan terbuka untuk mengatakan sesuatu namun terhenti saat pintu kamar terbuka dari luar dan memerlihatkan sosok yang masuk kedalam.

"Adrian..." gumam Mala pelan.

Leo meringis samar. Sejak tadi pagi Adrian sudah meneleponnya terus menerus menanyakan kabar Mala karena sejak semalam Mala tidak bisa dihubungi. Membuat Leo yang mulai bisa mengakrabkan diri pada Adrian tidak tega jika harus berbohong.

Jadi, sebelum dia sampai ke rumah sakit, Leo memberitahu pada Adrian mengenai keadaan Raka dan keberadaan Bundanya. Dan baru saja satu menit yang lalu Adrian mengiriminya pesan kalau dia sudah berada di rumah sakit.

Saat ini, lelaki itu sudah berdiri didepan mereka semua.

Mala bisa melihat wajah Adrian yang mengeras menatapnya. Namun seperti ingin menahan diri, dia melarikan tatapannya kearah Raka yang tertidur nyenyak.

Mala berdiri dan menghampiri Adrian. "Kemarin dia di operasi. Perutnya di tusuk oleh pencopet waktu itu." ujarnya memberitahu.

Adrian hanya diam dan terus mengamati Raka dengan tatapan sulit diartikan. Kemudian dia mulai menatap Andi dan Leo. "Om minta maaf, seharusnya kemarin Om yang mengejar pencopet itu. Kalau aja Om melakukannya, mungkin Papa kalian gak akan seperti ini."

Leo hanya diam mendengarkan ucapan penuh penyesalan yang Adrian katakan. Andi melirik orang-orang disekitarnya bingung sebelum mengangguk pelan. "Iya, Om. Nggak apa-apa. Papa juga udah baik-baik saja kok."

Adrian menganggukan kepalanya. "Om sudah membayar semua tagihan rumah sakit Papa kalian," ujar Adrian lagi dan mampu membuat Mala terkesiap. "Hanya itu yang bisa Om lakukan sebagai permohonan maaf. Sayang sekali Papa kalian sedang tidur, Om jadi gak bisa minta maaf dan berterima kasih secara langsung. Andi, boleh Om minta tolong, sampaikan permohonan maaf dan terima kasih Om pada Papa kamu."

Mala menatap Adrian dengan emosi yang mulai menyulut. "Adrian..."

Kini Adrian menatap Mala. Tatapannya tajam dan matanya berkilat. Dia meraih jemari Mala dan menggenggamnya erat menyerupai cengkraman. "Ada yang harus kita bicarakan." Suaranya terdengar menyerupai bisikan.

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang