8

4.5K 496 22
                                    

Leo masih memikirkan tentang siapa teman laki-laki Bundanya yang sempat Leo dengar suaranya ditelepon kemarin itu. Tiga hari sudah berlalu pasca kejadian itu. Leo bahkan sudah menceritakan mengenai masalah Raka dan Andi yang telah selesai. Leo juga sudah menanyai satpam rumahnya yang selalu berjaga, satpam itu mengaku pada hari dimana Leo menginap dirumah Papanya, Mala sempat pulang kerumah jam enam sore, tapi jam delapan malam ada yang datang kerumah dan menjemputnya. Seorang laki-laki. Dan Mala diantar kembali kerumah pukul dua belas malam.

Informasi itu yang membuat Leo semakin yakin kalau Bundanya mulai memiliki kekasih. Kecurigaannya sudah mulai dia rasakan sejak setahun belakangan ini. Baik Leo maupun Mala tidak ada yang bisa menyembunyikan sesuatu dengan sempurna diantara mereka. Mereka akan tahu dengan sendirinya mengenai kebohongan yang mereka sembunyikan.

Leo yang saat ini sedang duduk dibelakang sekolah yang sepi menghembuskan napasnya panjang. Dia sudah berada disana sejak keluar dari kelas setelah bel istirahat dimulai. Melirik jam tangannya, Leo bergegas pergi. Waktu istirahat hanya bersisa lima menit lagi. Leo malas berdesakan ditangga dengan siswa lain jika kembali kekelas setelah bel istirahat berbunyi.

Tapi sedang berjalan lambat menuju kelasnya, Leo tidak sengaja mendengar teriakan perempuan dari lorong sepi yang mana beberapa kelas disana sudah tidak lagi terpakai. Berjalan sekitar lima langkah, Leo melonggokan kepalanya kebalik dinding, matanya menyipit begitu melihat seorang murid perempuan berdiri tersudut sedangkan ada murid laki-laki yang berdiri menghadang.

"Apaan sih, Kak! Aku mau balik ke kelas!"

"Alah, nggak usah jual mahal deh lo. Bilang lo mau gue bayar berapa? Tapi lo puasin dulu gue disini. Tenang aja, ini tempatnya aman kok."

"Jangan kurang ajar ya!"

Leo mengenali sosok murid laki-laki itu. Namanya Abi, anak kelas tiga yang senang membuat keributan. Dan Leo selalu berusaha menjauh dari keributan yang entah berasal dari siapapun.

Jadi untuk itu Leo langsung berbalik dan memutuskan untuk tidak peduli sampai teriakan itu lagi-lagi mengisi indra pendengarnya.

"Udah deh, sini gue bukain kancing baju lo."

"Lepasin! Ah, jangan Kak!"

"Berisik lo."

"Jangan..."

Tangisan pilu murid perempuan itu membuat Leo memejamkan matanya malas. "Sialan banget sih!" rutuknya kesal.

Leo kembali memutar tubuhnya, kali ini langsung menghampiri kedua murid yang saling bersitegang mengenai masalah membuka kancing baju. Sebelah telapak tangan Leo terangkat kedepan, menepuk sedikit kuat bahu Abi yang langsung tersentak dan menoleh kebelakang.

Mulanya wajah Abi terlihat sangat terkejut, namun saat mengamati wajah Leo yang sama sekali tidak dia kenali dan menurutnya bukan orang penting disekolah, Abi langsung menepis tangan Leo.

"Mau apa lo?!"

"Teriakan kalian kedengeran sama gue." Jawab Leo kalem.

Abi menggeram, dia mencengkram kerah kemeja Leo dan menariknya kasar. "Jangan urusi apa yang bukan urusan lo kalau masih mau hidup nyaman di sekolah ini." abi melepas cengkramannya. "Pergi lo!"

Leo mendesah malas dan beranjak pergi dari hadapan Abi. Membuat laki-laki itu tersenyum puas dan kembali mendorong tubuh murid perempuan itu untuk mempereteli kancingnya.

Belum sempat murid perempuan itu kembali menjerit, tiba-tiba saja Abi berteriak kuat. Tangannya yang bersarang ditubuh murid perempuan itu terlepas lalu dia memutar tubuhnya kebelakang.

Leo berdiri di depannya, memegang sebuah kayu yang berasal dari patahan kursi. "Gue terpaksa mukul lo supaya teriakan kalian nggak buat telinga gue sakit."

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang