23

5K 530 60
                                    

Jemari Raka bergerak lemah, kemudian kelopak matanya yang tertutup tampak bergoyang sebelum dia membuka matanya perlahan. Namun ketika cahaya menerobos masuk kedalam retinanya, dia kembali memejamkan mata. Mengerjap, Raka mencoba membiasakan diri.

Setelah benar-benar bisa membuka matanya, Raka menatap sekelilingnya. Rumah sakit, bau obat dan juga... kepala Raka bergerak untuk melihat tangannya. Mala?

Dahinya mengernyit saat melihat Mala duduk disamping ranjang dengan kepala terkulai didekat tangan Raka yang digenggamnya. Dia mulai mengingat-ingat lagi apa yang terjadi sebelum dia berada di rumah sakit.

Pertemuannya dan Adrian yang tidak di sengaja. Mala yang terjatuh mengejar pencopet. Dan dia yang berhasil mengambil gelang dan ponsel Mala dari si pencopet itu.

Raka melirik kearah perutnya ketika mengingat kejadian saat pencopet itu menusuknya dengan sebuah pisau. Dia juga ingat saat sampai di rumah sakit dan bertemu dengan Cakra. Dia sudah bisa mengingat semua itu.

Tapi... kenapa Mala bisa ada disini? Bagaimana wanita ini tahu kalau dia sedang berada di rumah sakit.

Raka menggerakan jemarinya yang berada dalam genggaman Mala, menariknya lepas. Kemudian, diletakannya telapak tangannya di atas kepala Mala. Perlahan dia menepuk-nepuk puncak kepala Mala dengan lembut, lalu mengelusnya penuh sayang.

Bibir kering Raka tersenyum kecil ketika hal yang sejak lama dia inginkan akhirnya terwujud. Dia menyukai kegiatan ini.

Kedua mata Raka kemudian menangkap pergelangan tangan Mala. gelang itu masih disana, dan Raka merasa usahanya mengambil gelang itu dari si pencopet tidak sia-sia meski dia berakhir di rumah sakit seperti sekarang.

Tidak apa-apa... rasa sakit di perutnya tetap tidak bisa menebus kesalahannya di masa lalu yang membuat Mala menderita dan menahan sakit lebih parah dari rasa sakitnya.

Tidak apa-apa jika dia yang terluka asalkan dia bisa melihat Mala bahagia meski tidak bersamanya.

Begini saja sudah cukup baginya.

Kepala Mala yang menggeliat membuat usapan Raka di kepalanya terhenti. Lalu kepala itu terangkat pelan dan wajahnya menatap sempurna pada Raka.

Mereka saling menatap untuk beberapa detik sebelum bibir Raka tersenyum lemah padanya. "Hei."

Mala mengerjap lambat. Tersadar kemudian hingga tubuhnya berdiri tegak seketika. "Kamu... udah bangun? Ada yang sakit?" tanya Mala yang kini berubah menjadi panik.

Raka sudah akan menggenglengkan kepala tapi Mala kembali meracau.

"Perut kamu gimana? Baik-baik aja, kan? aku... aku panggil Cakra dulu. Bukan, aku harus panggil Dokter yang merawat kamu."

Tubuh Mala sudah berbalik untuk berlari keluar, namun Raka menangkap pergelangan tangan Mala dan menariknya lembut hingga Mala kembali berdiri menatapnya.

Kepala Raka menggeleng lemah. "Aku gak apa-apa." Gumamnya dengan suara serak.

Mala hanya terus memandanginya. Bahkan ketika Raka mencoba tersenyum padanya, Mala malah mulai terisak pelan. Membuat Raka menatapnya tidak mengerti.

"Kamu kenapa?" tanya Raka bingung.

Mala menunduk, dan tatapannya jatuh pada jemari Raka yang menggenggam pergelangan tangannya, dimana ada sebuah gelang yang melingkar disana.

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang