14

4.2K 507 48
                                    

Selesai makan malam penuh keheningan itu, Raka mengantar mereka kembali ke Vila. Sebenarnya Mala sudah menolak, tapi Leo dan Andi seolah tidak memedulikan penolakannya dengan langsung masuk kedalam mobil Raka.

Jadilah mereka melalui perjalanan bersama menuju Vila dengan Raka dibalik kemudi, Mala disampingnya dan kedua anak itu dibelakang. Ugh... sungguh potret keluarga harmonis yang sangat tidak Mala butuhkan.

Belum lagi selama diperjalanan ini Leo dan Andi sama-sama tertidur pulas. Terlalu lelah berjalan-jalan seharian. Membuat Mala serasa mati kutu. Mau pura-pura tidur tapi dia yakin Raka akan menyadarinya.

"Tidur aja kalau ngantuk." Ujar Raka dengan suara pelan.

Mala menolak menjawab. Raka melirik Mala yang terlihat sekali tidak nyaman.

Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Raka. Sebuah gelang yang melingkar dipergelangan tangan Mala. Gelang yang diam-diam dia letakkan kedalam tas Mala dihari ulang tahunnya.

Raka merasakan kehangatan yang menjalari seluruh tubuhnya saat menemukan Mala memakai hadiah darinya. Membuatnya tersenyum samar tanpa bisa dicegah.

Tangan Raka terulur pelan untuk menghidupkan musik demi menghilangkan suasana yang terasa kikuk diantara mereka. Tapi belum lagi berhasil menyentuh tombol, Mala sudah melarangnya.

"Jangan hidupin musik. Anak-anak lagi tidur."

Raka menarik lagi tangannya. Namun entah kenapa kata anak-anak yang terdengar dari Mala membuat dadanya berdesir nyaman. Raka melirik dua putranya, lalu kembali memerhatikan jalanan.

"Kamu benar-benar nggak tahu aku mau kesini sama anak-anak?"

Pertanyaan bernada ketus itu membuat Raka melirik sebentar pada Mala. "Aku nggak tahu."

"Atau sebenarnya kamu udah tahu terus sengaja pura-pura kelihatan kaget kaya tadi."

Kedua mata Raka menyipit tidak setuju. "Maksud kamu aku sengaja nyusul kalian buat ketemu kamu?"

Mala melotot padanya. "Aku nggak bilang gitu."

"Terus maksudnya aku pura-pura kaget apa? Perlu kamu tahu, aku udah disini dari kemarin."

"Ya bisa aja kan..."

"Apa yang kamu harapkan sebenarnya? Aku yang masih ngerjar-ngejar kamu disaat kamu udah dilamar sama cowok lain?"

Mala menipiskan bibirnya. Ucapan Raka berhasil menyulut emosinya. Apa katanya? Berharap dikejar-kejar olehnya? Sepertinya tuan yang terhomat dihadapannya ini terlalu berpikir jauh.

Mala sudah akan meluapkan emosinya dan seluruh makian yang sudah berada diujung lidahnya saat tiba tiba saja suara Leo terdengar.

"Masih lama sampainya, Pa?"

Kedua orangtua itu saling memalingkan wajah dan meredam emosi yang tadi sempat tersulut diantara mereka. Mala bahkan langsung membuang wajahnya kesamping.

"Sebentar lagi. Satu belokan lagi udah sampai kok."

Lima menit setelahnya mobil Raka berhenti didepan Vila mereka. Leo membangunkan Andi yang sempoyongan, membantu adiknya yang masih belum terjaga sepenuhnya masuk kedalam Vila.

Mala yang baru saja turun sudah akan melengos pergi namun Raka menahan lengannya. Mala menarik kasar lengannya dan menatap Raka nyalang.

"Punya hak apa kamu berani nyentuh aku?"

Raka menghembuskan napas panjang. Selalu seperti ini setiap mereka bertemu. "Aku minta maaf kalau udah nyinggung kamu. Tapi aku nggak bisa terima kalau kamu nuduh aku yang nggak-nggak. Aku datang kesini murni untuk urusan bisnis. Sama sekali nggak merencanakan pertemuan tadi."

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang