untitled part story

1K 107 17
                                    

Hati Lucas hancur ketika mendengar perkataan dokter yang menyatakan bahwa Mark Lee koma. Dia tak tau harus bagaimana lagi. Ketika Mark mengatakan bahwa pemuda itu mencintainya, tak bisa dipungkiri bahwa Lucas juga mencintai pemuda manis itu.

Sekarang Lucas berada disampingnya pemuda yang tertidur dengan damai di ranjang putih. Ia hanya memandangi wajah pemuda itu. Meskipun setengah dari wajah pemuda tersebut tertutupi oleh masker oksigen sekalipun, Lucas masih bisa melihat kecantikan pemuda itu.

Dering ponsel yang berada dalam sakunya, menganggu kegiatan yang tengah ia lakukan. Dengan berat hati, ia merogoh sakunya dan mengecek siapa yang menelponnya dihari libur.

"Ya, ada apa Jeno-ya?" tanya Lucas.

"....,"

"Tapi itu kan tugas Mark Lee,"

"...."

"Baiklah,"

Bip

Lucas memutuskan panggilan sepihak dan segara beranjak dari kursinya. Dia melihat sekolah wajah Mark lalu mencium dahinya.

Pemuda tinggi itu lalu meninggalkan kamar tersebut. Ia berjalan menuju tempat parkir dan melajukan mobilnya menuju ke kantor polisi.

Roda-roda gerigi berjalan di atas permukaan keras berwarna abu-abu. Gesekan yang berderit nyaris tak terdengar. Berjalan santai membelah jalanan kota Seoul.

Sepuluh menit kemudian, kendaraan beroda empat itu terparkir rapi didepan kantor polisi. Dia berjalan santai masuk kedalamnya. Didepan pintu, ia masuk dan masuk kesebuah ruang berbentuk kubus dengan satu meja dan dua kursi yang berhadapan.

Ruangan itu berbatas dinding beton dan satu sisinya bersisi kaca. Dua orang diluar sisi berkaca,duduk menghadap kearah dua kursi berhadapan. Ruangan kubus itu kedap suara, makanya dua orang yang diluar ruangan tersebut tak akan tau apa yang dibicarakan orang yang ada didalam. Mereka hanya memantau saja.

Tak lama kemudian datanglah dua orang petugas kepolisian bersama seorang pemuda yang tertangkap tempo hari. Pemuda berbaju Oren dengan tulisan dibelakang pakaian berstatus tahanan.

Lucas yang tadinya bermain ponsel pun menghentikan aktivitasnya dan menatap pemuda itu. Tangan pemuda itu diborgol, lalu dia berjalan kearah kursi kosong dan duduk di sana. Lucas menyenderkan tubuhnya ke kursi, begitu juga dengan pemuda itu. Lucas menyilangkan tangannya didepan dada.

Selama beberapa menit, mereka hanya saling memandangi satu sama lain.

"Jadi, apa alasanmu, membunuh istri tuan Jung?" tanya Lucas membuka percakapan.

"Aku tak punya alasan khusus untuk membunuhnya," jawab Kwangmin.

"Aku tak percaya kau tidak memiliki sebuah alasan," kata Lucas.

"Kau tak percaya padaku eoh?" tanya Kwangmin balik.

Lucas menggeleng.

"Dari data yang diberikan, kau itu sebenarnya anak tunggal, lalu kedua orang tuamu, mengadopsi seorang anak dari panti asuhan untuk dijadikan adikmu," ucapan Lucas memancing Kwangmin berbicara.

"Ya, dan kau tau? Aku tak pernah sekalipun menganggap anak itu adalah adikku. Sekalipun dia sudah mengatakan padaku, jika kami adalah saudara meskipun tidak sedarah. Perasaanku padanya bukan sebagai adik dan kakak selayaknya, tapi aku menyayangi dia sebagai orang lain, bukan adikku. Bahkan dia mengambil keputusan untuk masuk ke akademi kepolisian, aku hanya bisa melongo. Aku pernah melakukan hal 'itu' padanya setelah itu kami tak pernah bicara selama tiga tahun terakhir," cerita Kwangmin.

Lucas menaikan alisnya. Dahinya mengerut untuk mencerna setiap kata-kata yang diucapkan Kwangmin.

"Nama adikmu?" tanya Lucas.

LuMark // End //✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang