untitled part story 2

880 108 4
                                    

Kayaknya sih ini part terakhir ya,
Saya nggak pandai bikin kejutan,
Happy reading
____

"Lucas, aku tidak mau makan ini," ucap seorang pemuda manis dengan bibir mengerucut.

"Tidak mau makan? Yasudah tinggal saja disini lebih lama," sahut seorang pemuda tinggi dengan santainya.

Si pemuda manis itu makin mengerucutkan bibirnya. Ia tak tahan lagi ada di ruangan serba putih berbau obat itu. Tapi kondisi tubuhnya belum memungkinkan.

"Lucas ayolah, masa makan bubur terus," sungutnya sebal.

"Ya namanya juga orang sakit, masa kau mau makan bulgogi," sahut pemuda itu.

"Aku ingin makan pizza, boleh ya? Sekali saja," ucap Sang pemuda manis dengan wajah memohonnya.

Pemuda tinggi itu sebenarnya tak tega melihat wajah imut itu memohon. Tapi dia harus bisa menolak saat ini. Jika semakin dibiarkan, anak itu pasti akan semakin meminta yang aneh-aneh. Jabatan boleh dikata, anak itu lebih tinggi darinya. Tapi usia dan kelakuan? Patut dipertanyakan. Terkadang, Lucas berfikir, bagaimana bisa agensinya meloloskan bocah imut itu. Bahkan pesonanya mampu membuat siapa saja tunduk tanpa harus berusaha keras. Ayolah Lucas bisa gila jika seperti ini terus.

"Ayolah Lucas," ucap Mark-pemuda manis itu- sekali lagi.

"No, no, tidak akan Minhyung-ah. Nanti Tae hyung akan memarahiku," ucap pemuda tinggi itu tetap pada pendiriannya.

"Itu kan kau yang dimarahi bukan aku," sahut Mark dengan nada santainya.

Sebuah ide melintas di otak Lucas.

"Baiklah, akan ku belikan apa saja yang kau mau," ucapnya.

Tentu saja mata bulat dengan alis camar itu berbinar.

"Benarkah?" tanyanya antusias.

Lucas mengangguk.

"Aku ingin pizza, bulgogi, ingin minum Soju juga," ucap pemuda itu semangat.

"Sepulang dari rumah sakit akan ku belikan. Tapi tidak untuk Soju," ucap pemuda itu.

Mark mendengus sebal.

"Hey kau bilang kan mau membelikan apa yang aku mau, kenapa tidak boleh Soju? Aku kan sudah dewasa," protesnya.

"Siapa bilang kau sudah dewasa? Umurmu memang sudah duapuluh tahun, tapi sikapmu masih suka labil seperti remaja tujuh belas tahun. Minum satu gelas Soju saja tidak kuat," cibir Lucas.

Bibir Mark mengerut. Debat dengan Lucas sama saja berdebat dengan tembok. Sama sekali tak akan pernah menang.

"Ya baiklah, aku akan makan ini," ucapnya pasrah.

"Good boy," ucap Lucas.

Dengan perasaan yang setengah-setengah, Mark menghabiskan makanannya. Rasanya, ughh tidak dapat didefinisikan. Masa bodoh, yang penting dia cepat keluar dari rumah sakit.

Seminggu kemudian, Mark diperbolehkan pulang. Ia diantar Lucas ke apartemennya. Dia sih tak pusing-pusing soal bagaimana kondisi apartemennya setelah ditinggal kurang lebih tiga Minggu, toh dia juga jarang dirumahnya.

"Terimakasih Xuxi-ya," ucapnya setelah Lucas mengantarnya sampai depan pintu apartemen.

Lucas hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

"Kau mau mampir dulu?" tanya pemuda itu.

Lucas menggeleng. Ada beberapa urusan yang harus dikerjakan.

"Aku akan mengurus beberapa urusan, jadi aku agak buru-buru. Maaf ya, lain kali aku akan mampir," ucap Lucas sambil membungkuk.

"Ahhh ya baiklah," sahur pemuda itu.

LuMark // End //✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang