15

4.6K 427 93
                                    

Saat tengah malam, Krist mengeliat di dalam tidurnya, sebelum membuka kelopak matanya perlahan-lahan, tangan Krist menggapai ke arah sampingnya, dan hanya kekosongan yang di dapatkannya,membuat Krist membuka matanya sepenuhnya. Di sampingnya memang benar-benar tidak ada Singto, kemana pria itu pergi, bibir Krist mengerucut kesal, lihat saja nanti jika Krist bertemu Singto, Krist akan memukulnya, tetapi kemudian Krist menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil tersenyum bodoh, Krist lupa jika dia mengunci kamar dan membiarkan Singto tidur di luar.

Jangan salahkan Krist, karena Singto yang lebih dulu memulainya, padahal Krist bertanya dengan serius, tetapi pria itu justru dengan sengaja menggodanya, rasakan saja sekarang, tetapi Krist ingin melihatnya, membuat pria manis itu melangkah turun dari tempat tidurnya, dan berjalan pergi keluar kamar.

Krist menatap kesekeliling rumah itu, untuk mencari Singto, namun pria itu tidak ada di manapun juga, Krist langsung berjalan menuju ke arah lorong kamarnya, dan membuka setiap kamar yang berada di sana, hingga Krist melihat ada seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas tempat tidur, pria manis itu menghampiri Singto, lalu merangkak naik ke atas tempat tidur, sebelum memeluk Singto dari belakang, setelah itu ikut memejamkan matanya.

Merasakan jika ada lengan seseorang yang memeluknya dari belakang, Singto membalikan tubuhnya dan melihat jika saat ini di sampingnya ada Krist tengah memejamkan matanya.

"Kau ada di sini? Rindu padaku?"

Mata Krist langsung terbuka, dan mendorong tubuh Singto, "Rindu apanya? Tidak, sama sekali aku tidak merindukanmu."

Pria manis itu membalikan badannya memunggungi Singto, membuat pria yang berada di belakang itu memeluknya, "Lalu untuk apa kau ada disini?"

"Aku … aku … takut. Iya, aku hanya takut sendirian."

Takut sendirian?

Bahkan Singto tahu Krist berani keluar sendirian pada dini hari, tidak ada ketakutan apapun yang tergambar dari pria itu, sekarang Krist berkata dia takut sendirian di dalam kamar, apa itu masuk akal.

Singto semakin mempererat pelukannya pada Krist, membuat Krist langsung berusaha untuk menyingkirkan tangan Singto, yang mengganggu itu.

"Aku kesulitan bernapas, jika kau memelukku seerat itu."

"Kau kan tadi berkata jika kau takut, jadi aku memelukmu supaya kau tidak perlu takut lagi."

Apa-apaan itu?

Memangnya Krist tidak tahu, jika Singto berusaha ingin memodusinya saja, Krist membalikan badannya ke arah Singto, dan mendongakkan kepalanya untuk menatap pria yang berada di depannya itu.

"P'Sing…."

"Apa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

Apa yang ingin Krist katakan pada Singto, hal itu tentu saja membuat Singto penasaran, karena pria manis itu kini mulai mengeluarkan wajah murungnya, seperti anak kecil yang akan mengakui dosa kepada ibunya.

"Apa yang ingin kau katakan? Aku akan mendengarkannya dengan baik."

Krist menatap Singto ragu, lalu menundukan kepalanya, "Sebenarnya … aku … malam itu ..." Krist meremas ujung pakaian yang di kenakannya.

"Malam itu apa?"

"Aku sengaja melakukannya, aku sengaja memancing mu untuk tidur denganku, sebenarnya itu adalah ulahku. Aku yang membuat hal itu terjadi."

"Lalu?"

"Aku sengaja menggodamu, untuk membuatmu tertarik padaku."

"Untuk apa kau melakukan hal itu?"

[16]. IF [ Love Now ] { Krist x Singto }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang