Krist menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada tepat di hadapannya saat ini, pria manis itu menatap perutnya yang semakin hari semakin membesar saja, membuat Krist terlihat sangat besar sekarang. Krist mengerucutkan bibirnya ketika dirinya lagi-lagi menatap penampilannya yang terlihat aneh, sebenarnya Krist tidak suka memakai pakaian yang sangat besar itu, hanya saja Krist harus memakainya, apalagi ketika perutnya lebih besar daripada seseorang yang hamil pada umumnya, tentu saja karena di dalam dirinya dua orang malaikat kecilnya sekarang.
Setiap hari Krist selalu menatap ke arah kalender, dan menghitung setiap waktu yang dirinya lewati, sebab Krist sudah tidak sabar untuk melihat wajah kedua anak perempuannya itu lahir kedunia.
Krist sudah memeriksakan dan ternyata dia akan memiliki dua anak perempuan sekaligus, pasti mereka terlihat sangat lucu nantinya, namun Krist harus menunggu beberapa bulan lagi, sebab usia kandungannya baru memasuki usia 28 minggu sekarang.
Tiba-tiba saja ada tangan seseorang yang memeluknya dari arah belakang, pria manis itu menatap ke arah Singto dengan mengerucutkan bibirnya, dan menampik tangan pria itu.
"Jangan memelukku. Mandi sana."
"Iya."
Singto melepaskan pelukannya pada Krist, dan langsung berjalan ke arah kamar mandi, Singto memang selalu menuruti apa yang Krist mau.
"P'Sing...."
Langkah kakinya Singto terhenti seketika, lalu menengokan kepalanya ke belakang menatap Krist yang menatapnya seperti seseorang anak kecil yang ingin meminta mainan pada orang tuanya, hanya saja dia terlalu takut untuk mengatakannya.
"Apa?"
"Mmm ... Tidak bisakah...."
"Tidak bisa, apa?"
"Temani aku hari ini."
Pinta Krist dengan memohon pada Singto, hingga mana mungkin Singto bisa menolak apa yang Krist minta padanya.
"Baiklah."
Krist langsung tersenyum senang, "Sudah pergi sana."
Singto menganggukkan kepalanya, lalu berjalan memasuki kamar mandi meninggalkan Krist yang tengah menatap ke arahnya sekarang.
Setelah Singto pergi Krist melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamarnya, ingin menghampiri kakaknya yang pasti tengah menyiapkan sarapan saat ini, namun ketika Krist ke bawah Gun tidak ada disana, hanya ada makanan saja yang tersaji di meja makan, pria manis itu mendudukkan dirinya lalu sarapan sendirian disana, bertepatan dengan New yang baru saja datang untuk menjemput Gun.
"Nong di mana kakakmu?"
Tanya New saat melihat Krist yang kini tengah sarapan dengan sangat lahap tanpa sadar akan kehadirannya. Krist hanya mengangkat bahu tak acuh pada New.
"Mana aku tahu."
"Baiklah, aku akan mencarinya sendiri."
"P'New, tunggu!"
Entah kenapa saat Krist memanggilnya New merasakan jika dirinya akan terkena masalah nantinya, pria itu membalikan badannya untuk menghadap ke arah Krist.
"Duduk sini."
Krist menepuk bangku yang terletak di sisi kanannya, menyuruh New untuk duduk disana. Padahal biasanya Singto yang mendudukan dirinya di sana.
"P' sudah makan, nong."
"Makan lagi, P' harus temani aku."
"Tapi, Krist--"
Ucapan New terhenti ketika melihat wajah Krist yang kini berubah menjadi murung, "Baiklah."
Pria berkulit putih itu melangkahkan kakinya menghampiri Krist, dan mendudukkan dirinya di samping pria manis itu. Ketika melihat New sudah duduk di sampingnya, krist menyendok makanannya, lalu ingin menyuapkannya pada New.
KAMU SEDANG MEMBACA
[16]. IF [ Love Now ] { Krist x Singto }
Fanfic[ Completed ] Di saat sebuah hubungan rumah tangga yang sudah terjalin lama, tiba-tiba di dalamnya hadir orang orang ketiga apakah yang harus Singto lakukan tetap mempertahankan rumah tangganya atau justru berpaling pada orang lain yang membutuhkann...